Andai, bukan sebab enggan dijadikan bahan omongan, Raikana tidak sudi jauh-jauh datang kemari.Lebih-lebih, seorang yang sejak dulu diam-diam Raikana jadikan saingan—terserah mau panggil musuh dalam selimut atau duri dalam daging karena itu semua benar-sudah pulang.
Otomatis, kembali pada kedudukan yang sempat Raikana tempati sebagai orang paling superior, baik latar belakang keluarga, harta, dan paling utama adalah royalitas untuk menggaet sekian banyak orang di bawah telunjuk otoritas.
Seperti garis besar alur cerita satu film alien yang pernah iseng dia tonton-- dimana mereka bisa mengambil alih otak, menyabotase seluruh kinerja anatomi dan memori si inang ketika masih hidup. Juga, bisa membuat kepala mekar, terbuka sangat lebar layak kelopak bunga mawar ragam bentuk, amis dan berduri tajam, dihias sekian banyak mata mencuat (mirip siput tetapi versi seram) dari celah-celahnya;
jika manusia adalah sekumpulan entitas lemah apabila hanya seorang diri, tetapi menjauh lebih kuat tak tertandingi ketika dia punya aliansi atau relasi—dan pemimpin adalah yang paling mendominasi dalam memegang remot kendali.
Di atas uang, masih ada jabatan organisasi utama monopoli politik. Sebab, secara naluriah manusia itu memang terlahir selalu ingin yang paling diperhatikan dan serakah. Lalu, menjadi yang paling dihormati pada puncak rantai tertinggi, adalah dahaga obsesi yang meronta-ronta minta dipenuhi.
Termasuk, bagi Raikana. Pengalaman buruk masa lalu, buatnya berambisi untuk menjadi paling disegani. Dan hari ini, dia dipaksa keadaan untuk kembali pada keadaan semula sementara waktu. Karena, sadar kekuatan dan koneksi yang dipunyai belum cukup mampu untuk menyaingi apalagi melampaui.
Secuil saja, belum bisa untuk menandingi.
Ikut alur saja untuk saat ini.
Sebab, Raikana punya satu 𝘳𝘢𝘤𝘶𝘯 yang mampu membuat si paling berpengaruh terdistraksi, atau bahkan juga bisa jadi senjata buatnya bertekuk lutut.
Dia tersenyum menyeringai usai memarkirkan motor di depan sebuah bangunan resort mewah. Memainkan kunci yang dilempar berulang kali ke udara. Melangkah masuk ke dalam hunian pribadi keluarga Harsiga yang dengar-dengar, dibangun dari hasil menipu lewat janji manis uang dan memeras rakyat.
Sudah tidak heran.
Singkatnya, Raikana terpaksa ikut pesta perayaan pekan ujian dengan minum dan bersantai. Wacana awal, pergi ke club malam, namun terkendala. Sebab, sebagian anggota masih di bawah umur dan belum punya tanda pengenal resmi. Cukup merepotkan jika sampai nekat ikut, lalu terjaring razia dan di giring ke kantor polisi.
Maka dari itu, jika bisa menciptakan opsi untuk membuat lantai dansa sendiri tanpa ketahuan aparat, kenapa tidak?
Apalagi, orang tua si pemilik vila terlalu sibuk menjadi budak korporat sampai tidak punyai waktu mengurus anaknya. Cukup strategis bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
[√] enigma; kim leehan boynextdoor
Fanfic╰𝖽𝗂 𝖻𝖺𝗀𝗂𝖺𝗇 𝗅𝗈𝗋𝗈𝗇𝗀-𝗅𝗈𝗋𝗈𝗇𝗀 𝗉𝖺𝗅𝗂𝗇𝗀 𝗍𝖾𝗋𝗂𝗌𝗈𝗅𝖺𝗌𝗂 𝖽𝖺𝗅𝖺𝗆 𝗄𝖾𝗉𝖺𝗅𝖺, 𝖺𝖽𝖺 𝖽𝗎𝗇𝗂𝖺 𝗌𝖾𝗆𝗉𝗎𝗋𝗇𝖺, 𝗍𝖾𝗋𝗌𝖾𝗆𝖻𝗎𝗇𝗒𝗂 𝖽𝗂 𝖺𝗇𝗍𝖺𝗋𝖺 𝗄𝖾𝗋𝗎𝗁𝗇𝗒𝖺 𝗈𝗍𝖺𝗄 𝗒𝖺𝗇𝗀 𝗍𝖾𝗋𝗎𝗌 𝗆𝖾𝗆𝖻𝖾𝗋𝗈𝗇𝗍𝖺𝗄...