01. Unknown Princess

679 20 15
                                    

Apa keinginan terbesarmu?

Kekayaan, kekuasaan, dan cinta

Tiga keinginan yang menduduki peringkat teratas apabila pertanyaan tersebut ditanyakan. Jawaban yang membosankan bukan? Setiap keinginan mereka hanya memberikan kepuasan sesaat.

Aku ingin bebas

Hanya kata-kata sederhana ini yang bisa kutulis dalam buku dan kuharapkan setiap harinya. Berharap suatu saat nanti keinginanku akan menjadi kenyataan.

"Tuan Putri, Yang Mulia memanggil anda." Suara yang datang dari balik pintu itu cukup membuat gadis itu kaget. Pena yang digunakannya sampai jatuh ke lantai. "Maaf kalau saya membuat anda kaget."

"Tak apa, aku akan segera kesana."

"Baik." Ujar pelayan sambil meninggalkan ruangan.

Gadis itu memungut pena yang tadi tak sengaja ia jatuhkan ke lantai. Kemudian pena itu diletakkan tepat disebelah buku. Setelah selesai merapikan buku, gadis itu pergi menemui ayahnya.

Tak perlu waktu lama, gadis itu sudah sampai.

"Ayah memanggil saya?"

"Putriku, bagaimana kabarmu?"

"Kabar saya baik," Jawab sang putri sambil tersenyum tipis. "Bagaimana dengan ayah?"

"Tentu saja sangat baik. Duduklah, aku ingin bicara tentang ulang tahunmu sekaligus pesta kedewasaan yang tiga bulan lagi akan diadakan."

"Apakah ayah akan benar-benar mengadakan pesta kedewasaan? Ayah saja tidak mengizinkan siapapun melihat saya, bukan begitu?" Tanyanya dingin.

"Carrita, ayah tidak bermaksud menyembunyikanmu. Ayah akan jelaskan alasannya nanti. Untuk sekarang sebaiknya--"

"Ulang tahun saya masih sangat lama, dan saya tidak ingin membahasnya sekarang. Kalau tidak ada lagi yang ayah tanyakan, saya permisi." Gadis itu membungkuk kemudian pergi meninggalkan ayahnya yang masih duduk mematung di dalam ruangan.

Kenapa Putri Carrita tidak pernah kelihatan? Selama aku tinggal di negeri Carisvar, putri mahkota itu tidak pernah menampakkan wajahnya.

Rumor beredar, katanya Putri Carrita itu memiliki wajah yang buruk rupa dan badan yang gemuk seperti monster.

Kalau alasannya sedemikian rupa, wajar raja menyembunyikannya.

Pantas saja raja malu.

Meski seorang putri mahkota, dia tidak pantas disebut seperti itu.

Lebih baik aku yang menggantikannya, aku lebih cantik darinya.

Begitulah gosip yang beredar di seluruh penjuru negeri. Raja memang tidak pernah memperlihatkan putrinya ke publik. Karena itulah rakyat menebak-nebak bagaimana rupa putri mahkota kerajaan Carisvar tersebut.

Beberapa gosip memang tidak sedap untuk dibaca. Tapi Carrita Aurora tidak pernah peduli.

Biarlah mereka berbicara.

Biarlah mereka mengejek.

Karena hanya itu yang dapat mereka lakukan.

"Maria, tolong bawakan surat kabar untuk hari ini." Ucapnya setengah berteriak. Kemudian pelayan bernama Maria itu datang membawa surat kabar yang ditulis hari ini.

Kedua bola mata Carrita bergerak kesana kesini, ia membaca larik surat kabar tersebut. Tiba-tiba sudut bibirnya terangkat. "Mereka masih saja membicarakanku ya? Apa mereka tidak bosan?"

"Rakyat negeri ini sangat penasaran dengan wajah putri mahkota mereka."

"Penasaran? Yang kubaca justru ejekan untukku. Tertulis disini kalau wajahku seperti monster. Memangnya pernah ada monster di negeri ini? Ada ada saja." Carrita menggelengkan kepalanya, ia masih membaca sambil meninum secangkir teh yang sedari tadi disajikan.

"Mereka bicara tidak sopan, haruskah saya meminta kepala pelayan untuk memenggal kepala penulis berita ini Tuan Putri?" Tanya Maria berapi-api. Ia tidak terima majikannya diolok-olok. "Bagaimana bisa mereka menilai sebelum melihat?"

"Itulah yang membuat kasta manusia bermacam-macam, dan orang yang membuat rumor itu adalah salah satu contoh kasta terendah." Jawab Carrita santai, tangan kanan gadis itu bergerak membuka halaman selanjutnya.

"Apa Tuan Putri tidak sakit hati?" Maria mendekat kearah Carrita, menatap gadis itu iba.

"Aku sudah tidak bisa merasakan sedih ataupun sakit hati."

Merasakan hal semacam itupun juga tidak ada gunanya.

Maria tau, tuannya tersebut merasakan sedih dan sakit hati. Tapi perasaan tersebut tenggelam dalam kesunyian. Rasa sunyi ketika banyak orang disekitar tapi hanya kau yang tak terlihat.

"Saya harap, Yang Mulia benar-benar mengadakan pesta kedewasaan untuk Tuan Putri."

"Aku sendiri saja tidak yakin hal itu akan terjadi. Mengingat ayah tidak pernah memberikanku izin keluar istana." Mata gadis itu tetap fokus membaca surat kabar.

Kapten Karma, sang pahlawan kerajaan telah kembali dengan membawa kemenangan.

Sebuah senyuman tipis muncul di wajah Carrita. "Akhirnya dia kembali."

Silent WhispersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang