Kerajaan Carisvar hari ini sangat sibuk. Banyak orang berlalu lalang melewati koridor, kecuali satu orang. Yang Mulia Putri Mahkota Carrita. Gadis itu sedang duduk di depan cermin besar karena sedang didandani. Hari ini akan menjadi hari paling bahagia untuknya.
"Semuanya sudah selesai Yang Mulia Putri." Ujar pelayan yang mendandani Carrita. Gadis itu sangat cantik dengan balutan gaun pengantin berwarna putih. Untuk sentutuhan terakhir, pelayan tersebut memasangkan veil di kepala Carrita.
"Putriku, kau benar-benar cantik!" Felix memuji putrinya yang masih mematut di depan cermin. "Pegang lenganku, aku akan menuntunmu ke aula pernikahan." Felix menuntun tangan Carrita agar bergelayut di lengannya. Keduanya lalu berjalan pelan ke aula pernikahan.
Di aula pernikahan, para bangsawan sudah riuh ramai menunggu mempelai wanita, karena mempelai pria sudah berdiri di depan pendeta.
Ketika pintu dibuka, sang mempelai pria dan para bangsawan langsung menoleh kearah pintu. Carrita dan Felix berjalan beriringan kearah altar. Tiga langkah sebelum sampai di altar, mempelai pria langsung mengambil alih tangan Carrita kemudian membawanya ke depan pendeta.
Astaga, bagaimana mungkin ada laki-laki setampan Karma? Tuhan benar-benar baik karena telah menciptakanmu.
"Kedua pengantin dipersilahkan untuk berciuman sebagai tanda cinta sehidup semati kalian." Ketika pendeta mempersilahkan kedua mempelai mendekat, Karma mendekap tubuh Carrita kemudian mendekatkan wajahnya. Gadis itu bersiap-siap menutup matanya.
"Putri, Yang Mulia Putri bangunnn."
Sebuah suara mengusik pendengaran Carrita, gadis itu menggeliat pelan. "Loh aku bermimpi? Astagaa kenapa harus di mimpi!" Carrita duduk lalu mengacak rambutnya frustasi.
"Yang Mulia Putri maaf karena mengganggu tidur nyenyak anda, tapi saya terpaksa membangunkan anda karena Duke Karma datang ke istana untuk menemui anda." Ujar Maria sambil membereskan ranjang yang baru saja dipakai tidur.
"Oh Karma datang— EH? KARMA DATANG?" Ia terkaget-kaget begitu sudah mendapatkan kembali kesadarannya. "Katakan padanya tolong tunggu sebentar, aku akan bersiap-siap." Carrita langsung berlari menuju kamar mandi.
Sementara itu, Felix masih tetap melihat surat yang dikirimkan Kerajaan Barat. Surat itu berisi ancaman, dan ia tak bisa membiarkannya begitu saja. Ia terus memikirkan ini hingga kepalanya hampir meledak.
"Yang Mulia, Duke Karma datang menemui Yang Mulia Putri." Ajudan kerajaan yang bernama Edgar itu buru-buru menyampaikan pesan kepada Felix.
"Biarkan saja, katakan padanya agar tidak usah memberi salam padaku. Kepalaku sedang pusing." Ujar Felix yang masih memijat pelipisnya.
"Lalu, ada lagi yang datang kemari Yang Mulia." Dahi Felix mengkerut.
"Selamat siang Yang Mulia Raja Felix, saya memberi salam pada matahari Kerajaan Carisvar. Semoga Dewi selalu melindungi anda." Tiba-tiba seseorang keluar dari balik pintu dan memberi salam. Kedua mata Felix melotot begitu melihat siapa yang memberi salam barusan.
"P—pangeran Kyo? Bagaimana anda bisa datang kemari?" Felix sangat kaget, ia langsung bereaksi alami seperti itu.
"Bagaimana saya datang kemari? Saya menaiki kereta kuda?" Jawab Kyo santai. Pria itu duduk di sofa tanpa dipersilahkan.
"B—bukan seperti itu maksudku."
"Lalu?"
"Ada tujuan apa anda datang kemari?" Felix berhasil mengatur keterkejutannya, ia bisa bicara normal kembali.
"Bukankah sudah jelas? Saya datang kemari untuk bertanya, kenapa anda tak membalas lamaran saya? Bukankah itu tidak sopan Yang Mulia?" Kyo mengintimidasi Felix lewat kata-katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent Whispers
FantasyMencintai atau dicintai, keduanya serupa namun tak sama. Tergantung bagaimana cara kita melihat dan merasakannya [Update terus kalo lagi gak writer block]