05. Purpose

613 16 10
                                    

"Lalu mengapa anda setuju untuk menikah dengan saya?"

Karma tersenyum mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Carrita. "Mengapa saya setuju ya? Anda tidak akan percaya kalau saya bilang saya mencintai anda," Karma sedikit menjauhkan dirinya dari Carrita, kemudian menyenderkan punggungnya ke kursi. "Mungkin karena saya membutuhkan bantuan anda." Lanjutnya tanpa menatap kearah gadis itu.

Bantuan? Bantuan apa yang ia inginkan?

"Bantuan?"

"Tolong ajari saya bagaimana caranya mencintai seseorang karena saya sudah lupa."

Alis gadis itu terangkat. "Kenapa harus saya? Anda bahkan tidak pernah melihat wajah saya. Kenapa anda meminta bantuan pada saya?" Tanyanya bertubi-tubi. Karma menghela nafas.

"Saya memiliki masa lalu yang buruk. Semasa kecil sama tidak pernah merasakan bahagia." Balasan Karma barusan terdengar sedih. "Saya tidak akan menceritakan detailnya, intinya saya meminta bantuan anda karena satu-satunya wanita di negeri ini yang tidak mengejar saya hanya anda seorang."

Tapi bohong, dasar gadis bodoh. Kau mudah sekali ditipu.

Perkataannya barusan terdengar sungguh-sungguh. Mulut gadis itu sempat menganga sedikit, untung saja ia memakai topeng, jadi tidak ketahuan.

Aku harusnya merasa malu, ia melamarku karena ia bilang aku tidak mengejarnya. Karma, kalau boleh jujur aku sudah menyukaimu sedari dulu. Aku juga sangat mencintaimu. Hanya saja aku tidak berani mengatakannya.

"Saya akan membantu anda semampu saya." Carrita meremas jubah hitamnya. "Saya akan berusaha menjadi istri yang baik untuk anda. Semoga anda tidak kecewa melihat rupa saya nantinya." Kata-kata yang sedari tadi ditahannya akhirnya keluar, gadis itu tak sampai hati mendengar pengakuan Karma yang begitu menyedihkan.

"Terima kasih banyak, calon istriku." Karma menggoda Carrita, pipi gadis itu sudah bersemu merah, jantungnya juga berdebar kencang. Laki-laki ini benar-benar pandai memainkan kata-kata. "Jadi? Kenapa anda terus memakai jubah itu?"

"OH! Maaf, aku jadi bertanya terus dan melupakan pertanyaanmu yang tadi." Carrita menepuk kepalanya pelan. "Sebenarnya pakaian ini sangat panas, saya sering kesulitan berjalan kalau menggunakan pakaian seperti ini." Ujarnya jujur, memang benar pakaian ini sangat mengganggunya. "Tapi saya harus memakainya, karena ayah akan marah kalau saya memperlihatkan wajah saya pada anda sekarang."

Mata Karma berkedip beberapa kali. "Saya akan sabar menunggu, lagipula hanya tiga bulan lagi."

Umurmu hanya tersisa sampai tiga bulan kemudian, terhitung mulai dari hari ini.

"Mohon maaf karena saya datang tiba-tiba Yang Mulia Putri dan Duke Karma, saya hanya ingin menyampaikan pesan kalau seseorang mencari Duke Karma di kediaman." Ajudan kerajaan tiba-tiba saja datang dan menyerahkan sepucuk surat untuk Karma. Pria itu menerima surat tersebut lalu membacanya.

"Saya sangat menyesal karena terpaksa pergi tuan putri, seseorang mencari saya dalam keadaan darurat. Mohon maaf tuan putri." Ujar Karma sedih. "Padahal kita berdua baru saja mengobrol."

"T-tidak apa-apa anda bisa pulang terlebih dahulu. Saya bisa mengerti."

"Terima kasih banyak tuan putri, anda sangat murah hati." Lagi-lagi Karma mencium punggung tangan kanan Carrita. "Saya permisi," Pria bertubuh tegap itu pergi meninggalkan Carrita seorang diri di taman.

"Dia benar-benar membuatku jatuh cinta."

Carrita melihat kearah punggung Karma hingga pria itu benar-benar hilang dari pandangannya. Sementara pria itu bergegas pulang.

Silent WhispersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang