Huolaaa otak gak aman ini sebenarnya nulis 3 naskah wkwk
Dahlah, semoga tokohnya gak ketuker🙂🤚
Happy reading---
***
Setelah hari mendapat wejangan dari sang Papa, Suno mengulur waktu sampai ia yakin bahwa keputusannya memang benar-benar bulat untuk kembali menjadi dirinya yang ambis. Dan kali ini ia memerlukan pendapat Yura untuk merancang ulang kesepatan mereka waktu itu.
Ia akan mengatakan sejujur-jujurnya bahwa dirinya akan membatalkan perjanjian kala itu dengan alasan yang sudah jelas. Namun, ia tidak keberatan jika membantu gadis itu setiap minggu untuk membuat vlog yang khusus ada dirinya di sana. Sebab ia bahkan senang saat gadis itu membantunya menemukan teman baru yang bisa diajak bercengkrama membahas segala hal yang melibatkan otak besarnya. Ia tak akan pernah ragu membagi informasi dan hasil belajarnya selama ini pada orang-orang yang mau belajar, terutama pada Yura.
Hari ini, ia membuat janji temu dengan Yura di taman Udayana. Lebih tepatnya di salah satu stand yang tak jauh dari proyek pembuatan danau yang baru setengah jadi. Laki-laki dengan outfit monokrom itu sedari tadi menggerakkan kepalanya, memastikan arah datang Yura.
Tak butuh waktu lama untuk menoleh ke sana ke mari, seorang gadis yang memakai sweater rajut berpadu celana jeans putih dengan tas louis voitton menggantung di lengan kanannya berjalan santai ke arah Suno. Matanya runcingnya menyipit, dengan bibir yang melengkung membentuk sebuah guratan manis. Lantas duduk di hadapan Suno setelah dipersilakan.
"Apa kabar? Masih dengan kejenuhan yang hakiki?" tanya Yura menyapa rekan vlogger-nya itu. Sekedar basa-basi, sebelum membahas hal yang lebih berat.
Suno menipiskan bibirnya, menggeleng pelan menjawab pertanyaan itu. Mengundang lipatan terbentuk di dahi gadis itu. "Oh, udah ada jalan tengah?"
"Iya, saya udah nemu pencerahan kemarin. Makanya hari ini saya minta ketemu sama kamu, untuk bahas perihal perjanjian kita waktu itu."
Yura mengangguk-angguk kecil, "Mau dibatalkan?"
Laki-laki itu sontak membulatkan matanya, seolah mengatakan,"Bagaimana Yura bisa tau?"
Gadis itu tersenyum miring, sembari membuka tutup botol teh yang dibelikan Suno. "Kak Hanggi yang ngasih tau. Tapi aku gak tau rencana kamu apa, yang pasti kamu mau batalin kesepakatan waktu itu," ucap Yura menjawab keterkejutan Suno.
Suno menghela napas pelan, ternyata dari Hanggi. Ia hampir mengira orang di hadapannya ini adalah spek cenayang. Apa ia terlalu banyak pikiran sekarang?
"Aku sih gak masalah ya, No. Aku bisa ganti haluan kok, gak harus melibatkan kamu. Lagipula kita punya kesibukan masing-masing, jadi aku pikir sih gak apa-apa. Kalo menurut kamu gimana? Kenapa mau batalin kesepatan itu?" Gadis itu menatap Suno penasaran. "Apa kamu ... udah ngerasa gak jenuh lagi?" tebaknya masih dengan pandangan lurus menyelami iris hitam laki-laki itu.
"Maybe." Suno mengangkat bahunya. "Saya ngerasa memang harus kembali seperti biasa. Saya suka dengan kehidupan saya yang gak terlalu melibatkan perasaan, kecuali rasa peduli. Saya kembali menemukan tujuan, yang sebelumnya membuat saya luntang-lantung, hilang arah. Tekad saya pun juga sudah kuat untuk fokus pada tujuan itu."
Yura mengangguk paham. Dari awal ia memang mengenal pribadi Suno lewat cerita Hanggi. Bahwa laki-laki itu cukup kaku, tetapi tetap saja menyebalkan. Namun, Yura tak pernah menyangka, meski terkesan kaku dan sarkas, Suno itu juga memiliki sisi humoris dengan caranya sendiri. Jangan lupakan pula otak encer yang dimiliki pemuda itu. Sangat membantu.
"... , tapi kamu bisa kok minta bantuan ke saya untuk masuk ke vlog-mu. Gak harus dengan perjanjian itu, saya ikhlas buat bantu. Lagipula kelima list yang saya susun udah gak berarti apa pun. Beberapa memang udah tercapai, tapi saya enggan mengakuinya. Makanya saya memilih untuk kembali menjadi diri saya yang sebenernya."
Nah kan, baru juga Yura katakan bahwa laki-laki itu tak memandang bulu untuk membantu orang. Sungguh, laki-laki seperti Suno ini punya banyak nilai plus.
"Gimana?"
Yura mengerjap pelan, beberapa kali. Ia sampai lupa jika masih berhadapan dengan Suno. Tidak sadar karena terlalu memuji pemuda di depannya ini.
"Boleh aja sih, aku malah seneng kamu masuk ke vlog-ku. Kemarin malahan ada mahasiswa yang kenal kamu, kata dia kamu temen sekelasnya. Siapa ya namanya?"
Suno mengernyit, "Kamu yang ngasih tau malah gak tau. Gimana sih?" ketusnya, kembali pada sifat aslinya.
Yura mendecak. Agak menyesal telah memuji hebat laki-laki itu. Ternyata sama saja dengan laki-laki kebanyakan. Cih!
"Siapa emang?" tanya Suno, entah kenapa jadi penasaran.
"Lupa deh, namanya pake huruf M. Sulit banget disebut," ucap Yura sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Cewek atau cowok?"
"Cewek."
"Ciri-ciri?"
Yura memicingkan matanya menatap Suno. "Kenapa nanya-nanya? Mau kamu deketin ya?"
Suno membalas tatapan gadis itu datar. Tidak bisakah sehari saja gadis di hadapannya ini tidak memancing perdebatan?
"Oke-oke, fine! Username-nya doraemeots kosong tiga. Kamu bisa cari deh tuh!" seloroh Yura membacakan nama media sosial salah satu penggemarnya.
"Kirimin link-nya elah!" protes Suno, malas mencari.
Yura bersungut, tak lupa mengumpat kasar tanpa suara untuk laki-laki di hadapannya itu. Namun, tak ayal tetap mengirimkan profil media sosial penggemarnya tersebut.
"Gimana? Kamu kenal?" tanya Yura, penasaran.
"Saya belum buka. Sabar." Suno mendengus kesal. Jarinya mulai menekan link profil yang dibagikan Yura.
"Kenapa?" tanya Yura melihat perubahan ekspresi wajah Suno. "Kamu kenal? Dia baik atau jahat?" sambungnya runtun.
Suno menggeleng, semakin membuat Yura penasaran.
"Minta tetring dong," ucap Suno cengengsan.
Detik itu juga, tangan mulus Yura mendarat indah pada kepala Suno. Membuat penjual yang berada di samping stand-nya sampai menoleh ke arah keduanya. Saking besar suara tabokan Yura.
"Astagfirullah, Neng, kalo adiknya buat salah mah diperingatin baik-baik. Kasihan itu kepalanya nanti hilang," kata penjual itu sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Pantes kok dia, Bu. Nakal banget anaknya," sahut Yura seraya menatap kesal pada Suno.
"Aduh, kalo kayak gitu pelan-pelan aja, Neng. Adiknya itu, Neng."
Yura tersenyum saja sambil mengangguk kepada penjual itu. Menahan diri agar tidak mengamuk kali itu juga. Mana disangka Suno adalah adiknya lagi. Cih, gak sudi!
Sementara itu, Suno hanya bisa mengusap-usap kepalanya. Tak dapat dimungkiri bahwa pukulan gadis itu luar biasa sakitnya. Untung tidak sampai membuatnya hilang ingatan seketika. Bisa berabe lah dirinya, padahal baru saja selesai berbenah dengan sekelebat kerumitan hidup. Ya kali, akan menghadapi ngang-ngeng-ngong dunia tanpa tau apa pun.
"Ya udah, ayo! Udah aku hidupin hotspots-nya!" Antara ikhlas dan tidak, Yura mengalah. Sebab ia terlampau penasaran.
Suno tak menjawab, ia beralih membuka akun sosial medianya. Kembali membuka room chat-nya dengan Yura. Lantas meng-klik link profil yang tertera di sana.
Suno terbelalak melihat profil yang ditampilkan. Ia menolehkan kepalanya pada Yura, membuat Yura melayangkan tatapan bertanya.
"Siapa?"
"Mantan masa kecil saya," lirih Suno, merasa malu.
"WHAT?!"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Break the Rules [Sunwoo TheBoyz]✔
General Fiction[Follow Sebelum Baca!!] 》spin-off seri campus life《 *** Menjadi mahasiswa dengan IPK nyaris 4,00 membuat Suno Majdi cukup terkenal di prodi matematika angkatannya. Laki-laki ambis itu kerap kali mengikuti ONMIPA-PT mewakili universitasnya. Dan tak j...