"Jadi gitu mi ceritanya," ucap Echi mengakhiri cerita saat mereka berperang dengan BO tadi.
"Asliii mi, Key tadi denger kalo papi manggilin mami pas dikroyok anak CN."
Damn, akhirnya ini dibahas juga.
"Ah udahlah, mo turu gua." Rion bergegas bangun dari duduknya dan melangkah dengan tergesa-gesa. Dia malu woi!
"Apa-apaan, sini dulu dong tersangka utamanya. Masa mo kabur gitu aja sih?," celetuk Riji saat melihat Rion yang siap untuk pergi,
"Hadepin musuh berani, giliran hadepin kayak gini takut. Astaghfirullah bapak siapa sih?," sindir Selia tidak melihat kearah Rion.
Mako menimpali," waduh, siapa ya? Yang inisialnya Panglima Tol Kiri bukan sih?."
"Emang ga jelas si bapak ni. Masa malu sama tingkahnya sendiri. Mana ga ngaku lagi kalo tadi manggilin mami. Jahat banget mami ga diakuin." Damn Echi, habis ini kalo gajinya dipotong jangan kaget ya.
"Bapak kau kotak, Chi. Siapa bilang gua takut? Ga ada tuh." Rion kembali duduk di sebelah Caine dan memasang wajah angkuh, untuk menutupi rasa malunya tentu saja.
"Bapakku kan kau, paok. Macem manalah kau." Dan ya, bukan Echi namanya kalau tidak berani membantah Rion.
"Ssstt, udah guys udah. Ini udah malem, ga baik ribut-ribut. Oh ya, aku lupa sampein ini tadi." Caine menengahi keributan yang terjadi supaya tidak semakin besar.
"Ngomong apa mi?," tanya Key penasaran,
"Ada sesuatu yang terjadi kah, pas kita pergi tadi?." Selia mau tidak mau bertanya, ia takut sesuatu terjadi–mengingat keseimbangan kota sedang menuju kearah yang mengkhawatirkan.
Caine menggeleng," engga ada apa-apa kok. Semuanya aman selama kalian pergi tadi." Ia tersenyum sembari menatap satu persatu orang yang ada di sekelilingnya," you did well guys, so proud of you. Makasih karena udah kembali dengan selamat, tanpa ada satupun yang terluka parah."
Aww, hati mereka seketika menghangat setelah mendengar ucapan Caine barusan. Bahkan Rion, yang kepribadiannya kadang tsundere dan keras pun kini sedang tersenyum kecil.
"Mamiii, aaaaa, lop sekebon untuk mamii." Echi yang kini posisinya sedang tiduran di paha Caine seketika memeluk perut Caine. Hatinya hangat, sangat-sangat hangat.
Riji, Mako, Selia, dan Key tersenyum lebar. Mereka mendekat kearah Caine dan berpelukan.
"Sini beh, kita pelukan juga." Ajak Riji dan menarik tangan Rion tanpa persetujuan dari si empunya.
"Ssstt, si papi nanti bisa meluk mami sendiri. Sekarang kita monopoli dulu si mami." Mako berbisik–ehm, niatnya saja berbisik padahal suaranya dengan sengaja tidak ia pelankan.
Rion dengan gemas ikut berpelukan," pantek betul lah kalian ni. Kupotong juga gaji kalian lama-lama."
"Woi woi, gua kejepit anjeng! Awas ah, sesek ni cok!." Echi menginterupsi kegiatan berpelukan mereka. Jahat sekali–sudah tau dirinya sedang rebahan di paha Caine, mereka malah berpelukan seenaknya. Kegencet kan dia.
Caine tertawa renyah. Memang, tidak ada orang lain yang bisa membuat ia tertawa sekeras ini selain mereka. Selalu ada kelakuan lucu mereka yang membuat hatinya terasa lebih ringan.
Setelah dirasa puas tertawa, Caine menghentikan tawanya. Selain karena ia sudah lelah tertawa, ia juga tidak mendengar suara dari orang-orang di sekitarnya.
Caine memandangi mereka yang saat ini sedang tersenyum tipis. Entah kenapa ia merasa malu. "Uhm ... Guys? Kalian, kenapa? Kok diem?."
Key, yang sadar lebih dulu seketika menggeleng dan tersenyum," ehehe engga ada apa-apa mi. Key cuma lagi terpana aja pas liat mami ketawa lepas kayak tadi."
KAMU SEDANG MEMBACA
TOKYO NOIR FAMILIA : Who's the Winner?
Fanfiction⚠Cerita ini mengandung : •Bahasa kasar, umpatan, makian, dan sejenisnya •Adegan kekerasan •𝘔𝘶𝘯𝘨𝘬𝘪𝘯 akan ada sedikit bumbu-bumbu bxb maupun gxg •Cerita tidak 100% sama dengan alur GTA 𝐇𝐚𝐫𝐚𝐩 𝐛𝐢𝐣𝐚𝐤 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚. ✦𝑺𝒊𝒏𝒐�...