3 bulan telah terlewati dengan tenang.
Sangat tenang, sehingga membuat para Maestro berkumpul kembali.
"Mana si Hatsuka? Kok ga dateng? Lo udah ngasih tau dia kan?," tanya Airuma memastikan,
"Udah anjir, anaknya udah gue kasih tau lewat berbagai macem cara. Lewat chat udah, lewat email udah, lewat web resmi udah, bahkan sampe gue telpon tu bocah." Pak Zakar menyingkap lengannya di depan dada dan bersandar di kursinya.
Ucapan Pak Zakar membuat Agil tertarik," lo punya nomor si Hatsuka???."
Pak Zakar mengangguk tanpa dosa," gue sama Airuma punya kok."
Agil memasang wajah kesal," apa-apaan?! Kok kalian bisa punya nomornya?!."
Airuma terkekeh," ya minta lah." Singkat, padat, dan membuat Agil ingin menyambit mereka.
"Tau gitu gue minta! Aish, padahal mau gue pepet tu orang," ucapnya dengan perasaan dongkol,
"Emang lo sanggup luluhin dia? Orang kayak kulkas seribu pintu gitu," ucap Hyoe ikut menimbrung pembicaraan.
Airuma dan Pak Zakar terkekeh geli. Parah sekali Hyoe, masa Hatsuka disamain sama kulkas seribu pintu.
"Seribu pintu anjir ... Kwkwkwkwk."
"Eh Pak Zakar, trus si Hatsuka ada bales apa gitu? Dateng kan dia hari ini?," tanya Airuma memastikan.
Pasalnya, Hatsuka ini sudah seperti orang yang menghilang dari peradaban. Terakhir mereka bertemu adalah saat dimana pertama kali ia hadir dalam rapat, itupun 3 bulan yang lalu. Setelah itu tidak ada satu kabar apapun darinya.
Pak Zakar menggeleng dan menghela nafas pelan," kaga ada yang dibales. Gue coba telpon pun nomornya kaga aktif."
"Entah kenapa tapi firasat gue tentang dia itu jelek," ucap Hyoe sembari mengerutkan dahi. Firasatnya kali ini berkata bahwa Hatsuka berbahaya, benar-benar berbahaya.
"Ah, udahlah Hyoe. Nikmatin aja udah, jangan terlalu percaya sama firasat karena itu belum tentu bener," ucap Agil dengan nada santai,
"Dan kalo bener?," tanya Hyoe dengan tatapan menyelidik,
"Kalo bener, yaa, nikmatin ajalah. Toh dari awal kita yang ngarep bakal dapet lawan sepadan kan? Trus sekarang udah dikasih, ngapain takut? Gas broo, kita maestro. Kita ga boleh takut sama apapun."
Ucapan Agil membuat Sui yang baru sampai di ruang rapat menjadi tertarik. Ia mendekati perkumpulan mereka. "Trus kalo taruhannya nyawa orang-orang di kota, apa sepadan sama kesenangan kita? Tujuan kita di awal jadi maestro dan mimpin mereka apa, gil? Gua tanya? Bukannya buat jaga keseimbangan kota? Buat ngelindungin warga-warga yang ga termasuk 'bad side'? Buat menekan dan ngendaliin kekuatan di kota?."
Agil mengerutkan dahinya, pertanyaan Sui seakan menganggap bahwa dirinya sudah lupa dengan tujuan awal mereka. "Gua tau Pak Sui, gua juga masih inget sama tujuan kita dari awal. Tapi ini kan keputusan kita bersama? Ngapain pada ragu sekarang, pas semuanya udah diputusin? Kenapa rasanya lo jadi nyudutin gua gini?
Gua setuju karena jujur gua sendiri bosen, dan gua yakin beberapa dari kalian juga ngerasain hal yang sama kayak gua. Tapi bukan berarti gua mau ngebahayain orang-orang ga bersalah di kota ini. Gua sadar–kalopun memang si Hatsuka ini nantinya semakin menjadi, gua pasti bakal jadi salah satu dari orang yang ngincer kepalanya kok."
Agil tidak main-main dengan ucapannya kali ini. Ia benar-benar kesal dengan ucapan Sui. Ia akui ia adalah orang yang sulit untuk serius, sering mengacau, tidak bisa diam, dan egois. Tapi bukan berarti ia tidak peduli dengan kota yang dulunya ia dan teman-temannya ini perjuangkan. Ia masih ingat dengan semua tujuan awal terbentuknya maestro di Kota Tokyoverse ini.
Airuma, Pak Zakar, dan Hyoe diam membisu. Mereka sangat tau seberapa Agil peduli dengan kota ini. Meskipun sifatnya kurang ajar, tapi mereka mengakui kalau Agil adalah orang yang selalu menjaga dan selalu berusaha menepati janjinya.
"Ga gitu Gil, bukan maksud gua mau nyudutin lo. Gua cuma ngeluarin apa yang ada di pikiran gua. Ah udahlah, jangan diperpanjang Gil. Sorry kalo lo merasa tersudut sama pertanyaan Gua, gua disini sama sekali ga ada niat buat nyudutin lo. Itu murni dari sifat penasaran gua aja.
Lagipula, gua waktu itu juga setuju sama dan ikut ngedukung kalian. Dan gua cuma mau antisipasi kalo semisal tindakan si Hatsuka ini membahayakan warga ga bersalah di kota." Sui memilih untuk mengalah, ia benar-benar tidak ada niat untuk menyudutkan Agil sama sekali.
Agil menghela nafas lelah," sorry kalo kesannya gua baperan, tapi gua cuma mau ngelurusin hal yang seharusnya udah keliatan."
"Assalamu'alaikum, waduh ada apaan nih. Rame betul," ucap Habibie yang baru memasuki ruang rapat,
"Pak Zakar? Pak Airuma? Kenapa? Kok suasananya berat?," tanyanya lagi karena tidak mendapatkan jawaban dari yang bersangkutan.
Airuma dan Pak Zakar saling melemparkan tatapan, seolah saling menyuruh untuk menjawab pertanyaan Habibie.
"Anu Pak, Pak Sui sama Pak Agil saling lempar pendapat tentang maestro baru." Merasa tidak ada yang akan mengalah, Hyoe memberanikan diri untuk menjawab.
"Oh iya, ada maestro baru ya? Saya waktu itu berhalangan hadir di rapat. Masya Allah, gimana sama maestro barunya? Ehm, siapa ya namanya?." Habibie merespon ucapan Hyoe dengan antusias tinggi. Ia penasaran sekaligus tertarik pada orang yang berhasil membujuk Airuma.
"Namanya Hatsuka, Pak Habibie. Ehm, jujur kita masih belum punya pendapat apa-apa tentang dia ... Karena ya, sampe sekarang kita masih belum liat satupun tanda atau perubahan dari Kota sejak datengnya si Hatsuka ini."
Bzt bzt #+$+#-;*;
Lampu di ruang rapat tiba-tiba berkedip secara berulang-ulang. Hal itu membuat para maestro yang sudah berkumpul menjadi waspada.
"Eh eh, apaan nih? Ada yang ngedisko disini?." Agil dengan panik melihat sekeliling.
Hyoe menimpali," disko matane."
"Astaghfirullah nak Agil, kamu ini sangat duniawi sekali ya."
Setelah 3 menit lamanya berkedip, lampu kembali menyala seperti biasa. Seolah kejadian tadi tidak pernah terjadi.
Perhatian Pak Zakar yang semula mengarah ke sekeliling ruangan, seketika terhenti di satu titik. "Itu, kayaknya "tandanya" ga sih?." Pak Zakar menunjuk ke arah layar proyektor yang tiba-tiba sudah menyala.
"Hah? Tanda apaan?," tanya Sui lalu mengikuti arah jari telunjuk Pak Zakar,
"...." Pak Sui diam membisu.
Tidak hanya Pak Sui rupanya, Agil, Airuma, Hyoe, dan Habibie juga ikut terdiam melihat 1 kata di layar proyektor yang menyala.
"... Itu, kode dari Hatsuka bukan?," tanya Hyoe penuh perasaan ragu,
"... Kayaknya iya?." Airuma menelan air liurnya karena gugup.
Sementara Agil hanya tersenyum lebar," itu berarti kesenangan sebentar lagi bakal dateng kan."
–Tuberkulosis–
Hehe, sebentar lagi bakal masuk alur cerita~
Btw, ada beberapa scene di GTA RP yang bakal aku potong dan aku pakai yak. Jadi jangan kaget kalo nemu scene yang seharusnya ada dan ga ada. See you on the next chapter~
Sabtu, 18 Mei 2024
Ame
KAMU SEDANG MEMBACA
TOKYO NOIR FAMILIA : Who's the Winner?
Fanfiction⚠Cerita ini mengandung : •Bahasa kasar, umpatan, makian, dan sejenisnya •Adegan kekerasan •𝘔𝘶𝘯𝘨𝘬𝘪𝘯 akan ada sedikit bumbu-bumbu bxb maupun gxg •Cerita tidak 100% sama dengan alur GTA 𝐇𝐚𝐫𝐚𝐩 𝐛𝐢𝐣𝐚𝐤 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚. ✦𝑺𝒊𝒏𝒐�...