"... Echi kan? Dia kan yang bareng Caine tadi? Anak anjing! Mau gua hajar tu anak ya?!," gumam Rion yang amarahnya sudah meledak. Ia berbalik dan ingin pergi dari sana untuk mencari Echi. Sesekali anak itu harus dihajar supaya sadar.
Melihat Rion berbalik, Krow, Jaki, dan Mako buru-buru menghadangnya. Mereka tau apa yang akan dilakukan Rion, maka dari itu mereka mencegah Rion bertindak. Karena nanti Rion sendirilah yang akan menyesali tindakan impulsifnya itu.
"'Yon tenang yon, lo jangan kebawa emosi kayak gini." Mako mengunci kedua lengannya dari belakang, sementara Krow dan Jaki menahan Rion dari samping.
"Minggir! Gua mau hajar tu anak! Udah dibilangin jangan ngebut-ngebut di sekitar tikungan, masih batu juga tu anak!." Rion terus berupaya untuk melepaskan kuncian di tangannya. Amarah benar-benar menguasai dirinya sekarang.
"Tenang cok! Gua tau lo emosi, tapi sekarang bukan waktunya, anjing!." Krow terus berusaha menahan Rion walaupun dia sama emosinya. Tapi walaupun ia marah, ia sadar kalau sekarang bukan waktu yang tepat untuk marah. Masih ada Caine yang belum jelas keadaannya.
"Awas! Gua mau hajar si anak bangsat!." Rion tetap keukeuh dan mengerahkan semua tenaganya untuk lepas dari Mako, Krow, dan Jaki.
Buagh!
Sebuah tinju seketika mendarat di pipi kanan Rion. Pelaku yang melakukan pemukulan tersebut adalah Garin, yang saat ini sudah menundukkan kepalanya karena menangis.
"Mami ... Mami ga bakal suka kalo lo kebawa emosi dan berakhir nyakitin anggota-anggota lo, Yon. Apalagi Echi ... Dia cewe, dan mami ... Ga bakal tega ngeliat cewe dipukulin. Mami pasti bakal tambah sedih ...."
Setelah mendengar kata-kata Garin entah kenapa emosi Rion seketika lenyap. Amarah yang menggebu-gebu terasa tidak pernah ada. Usaha untuk melepaskan kuncian Mako perlahan melemah.
Melihat Rion yang sudah tenang, Krow, Jaki, dan Mako langsung melepaskan pegangan mereka. Rion yang sudah mulai tenang seketika mengusap kasar wajahnya dan mengumpat," kontol!."
Ia duduk di tempat yang disisakan Mako dan bersandar di dinding rumah sakit.
Kriet ....
Pintu ruang operasi seketika terbuka, membuat Rion dan yang lainnya seketika menoleh.
Sebuah brankar dengan Caine terbaring lemah diatasnya keluar, diikuti berbagai macam peralatan medis di belakangnya. Dan disusul juga dengan banyaknya dokter dan perawat yang mengikuti.
Seorang dokter berinisiatif untuk berbicara begitu melihat Rion dan yang lainnya. "Dengan keluarga Bapak Caine, benar?," tanyanya dengan hati-hati.
"Iya benar, bagaimana kondisi Caine?," tanya Rion dengan rasa khawatir yang semakin membuncah.
Dokter itu tampak berpikir sejenak," hmm, mau dibicarakan di ruangan saya atau langsung disini?."
Rion melihat sekelilingnya," langsung disini aja gapapa Pak."
"Baik. Bapak Caine memiliki 1 luka yang lumayan mengkhawatirkan, yaitu patah tulang di bagian lutut kirinya. Karena luka tersebut, Bapak Caine sempat kekurangan darah. Tapi beruntungnya golongan darah Bapak Caine termasuk umum dan kita memiliki cukup banyak stok darah yang sesuai." Dokter tersebut menjeda ucapannya sejenak.
"Dan sialnya, luka Bapak Caine terpapar air laut dalam waktu yang cukup lama. Dimana itu menyebabkan infeksi pada lukanya semakin parah. Tidak hanya itu, saluran pernapasan Bapak Caine juga sempat tersumbat oleh air laut, yang menyebabkan masuknya air laut ke dalam tubuh Bapak Caine."
Key sekali lagi menutup mulutnya dan menangis. Funin disampingnya berusaha menenangkan walaupun dirinya juga sedang menangis.
–Tuberkulosis–
Alo aloo, maapkeun untuk updatenya yang lama🙇♀️
Aku lagi pemulihan dari sakit hati karena ketolak UTBK hehe:'
Btw happy reading guys~
Kamis, 20 Juni 2024
Ame
KAMU SEDANG MEMBACA
TOKYO NOIR FAMILIA : Who's the Winner?
Fanfiction⚠Cerita ini mengandung : •Bahasa kasar, umpatan, makian, dan sejenisnya •Adegan kekerasan •𝘔𝘶𝘯𝘨𝘬𝘪𝘯 akan ada sedikit bumbu-bumbu bxb maupun gxg •Cerita tidak 100% sama dengan alur GTA 𝐇𝐚𝐫𝐚𝐩 𝐛𝐢𝐣𝐚𝐤 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚. ✦𝑺𝒊𝒏𝒐�...