»»--⍟--««Chapter 22»»--⍟--««

27 17 7
                                    

Alva terdiam dalam keheningan yang memenuhi ruangan. Matanya, yang biasanya penuh dengan keceriaan dan kehangatan, kini terlihat kosong dan tanpa semangat. Mereka tidak bergerak, mencerminkan kekosongan yang menghantui pikirannya yang kacau.

Duduk dengan tubuh yang tinggi, mencapai ketinggian 172 sentimeter, Alva seperti patung yang terperangkap dalam pikiran-pikirannya yang gelap.

Carl, mencoba mengalihkan perhatian Alva dari lamunannya, mencoba mencairkan suasana dengan berkata,
"Pantesan lo nggak mau punya cewek, Va."

"Sumpah lo anak Tuhan banget, Va..." tambah Beren, satu-satunya teman dekat Alva yang hadir di situ. Hanya Beren yang bisa merasakan kehampaan di dalam hati Alva.

Mereka telah berbagi banyak pengalaman bersama, dan Beren selalu ada di samping Alva dalam setiap langkah hidupnya.

"Eh, Va... si itu pulang kata tetangganya," celetuk Beren, berusaha memecah keheningan yang menyelimuti Alva. Namun, Alva pura-pura tidak peduli, mengelak dari percakapan itu.

"Siapa?" tanya Alva, mencoba untuk tetap terlihat tidak terlalu tertarik.

"Si itu, loh..." jawab Beren dengan semangat.

"Siapa?" ulang Alva, mencari kejelasan.

"Princess Cheese," ucap Beren sambil tertawa, lalu menepuk-nepuk pundak Alva. Namun, Alva seolah membeku saat mendengar nama itu. Rasanya seperti mimpi, sudah setahun lamanya sejak terakhir kali mereka bertemu.

Alva sangat merindukan kehadiran gadis itu dalam hidupnya.
Alva merasa kebingungan dan canggung. Ia berusaha tersenyum, mengingat kembali sosok gadis itu, yang begitu istimewa baginya karena adalah cinta pertamanya.

Princess Cheese, nama yang begitu unik dan manis, mengingatkan Alva pada semua kenangan indah yang mereka bagikan bersama. Mereka bertemu di taman saat musim semi yang indah, di bawah pepohonan sakura yang mekar.

Alva ingat betul bagaimana senyum Princess Cheese membuat hatinya berdebar kencang, bagaimana suaranya yang lembut seperti melodi yang menenangkan jiwa Alva yang gelisah.

Namun, seiring berjalannya waktu, hubungan mereka memudar. Jarak dan kesibukan hidup membawa mereka ke arah yang berbeda, hingga akhirnya mereka berpisah.

Saat Beren mengingatkan Alva tentang Princess Cheese, semua kenangan itu kembali menghantui Alva. Ia merasa seperti dihantui oleh bayangan masa lalu yang begitu indah namun kini begitu jauh. Tidak bisa dipungkiri, Alva masih menyimpan perasaan yang dalam terhadap Princess Cheese, meskipun sudah lama berpisah.

Kutuliskan kenangan tentang cara aku menemukan dirimu...

Terus bermain di pikiran Alva, seperti melodi yang tak pernah pudar dari ingatannya. Mereka bermain dalam benaknya seperti adegan-adegan yang berulang dalam film yang tidak pernah ia bosan tonton. Itu adalah festival kecil di kota tempat mereka berdua tinggal, di mana keberuntungan sepertinya memutuskan untuk menyatukan mereka.

Princess Cheese, dengan pesonanya yang memikat, berdiri di tengah kerumunan seperti bintang yang bersinar di malam gelap. Wajahnya yang cantik, dan aura kelembutan yang menyelimutinya, menarik pandangan Alva seketika. Mata mereka bertemu dalam keajaiban momen itu, dan Alva tahu, di situlah takdirnya berada.
Setiap kali Alva mengingat momen itu, hatinya masih berdebar-debar, seakan-akan kembali merasakan getaran pertemuan pertama mereka.

Princess Cheese adalah kilauan yang menerangi kegelapan yang pernah meliputi hatinya. Setiap kali mereka bertemu, cinta itu tumbuh dalam dirinya seperti bunga yang mekar di musim semi.

Princess Cheese, dengan senyumnya yang manis dan suaranya yang lembut, mampu menyentuh hati Alva dengan cara yang tak terlukiskan. Setiap kata yang keluar dari bibirnya terdengar seperti serenada yang menyentuh jiwa Alva dengan lembut. Mereka berbagi cerita, tawa, dan juga canda, menciptakan kenangan-kenangan yang indah dalam ingatan Alva.

Tentang apa yang membuatku mudah berikan hatiku padamu...

Dan Alva tidak bisa menahan diri untuk memberikan hatinya padanya. Kepada Princess Cheese, Alva membuka dirinya sepenuhnya. Gadis itu adalah segalanya baginya, sosok yang membuat hatinya berdetak dengan irama yang berbeda. Dalam kehadirannya, Alva merasa seperti menemukan bagian yang hilang dalam dirinya, seperti menemukan rumah dalam pelukan cinta.
Mereka menjalin hubungan yang penuh warna, di mana setiap hari terasa seperti petualangan baru.

Princess Cheese tidak hanya menjadi kekasih bagi Alva, tetapi juga menjadi sahabat yang setia. Bersama-sama, mereka menemukan kebahagiaan dalam setiap momen, bahkan dalam kesederhanaan sehari-hari.

Namun, seperti yang sering terjadi dalam kisah cinta, takdir memutuskan untuk memisahkan mereka. Jarak dan waktu merenggangkan ikatan yang mereka bangun dengan susah payah. Meskipun terpisah, kenangan tentang Princess Cheese tetap menghangatkan hati Alva, mengingatkannya akan cinta yang pernah mereka bagikan.

Dalam setiap detik yang berlalu, Alva merindukan Princess Cheese lebih dari yang bisa diungkapkan dengan kata-kata. Namun, dia juga tahu bahwa meskipun mereka terpisah, cintanya untuknya akan selalu abadi.

Princess Cheese akan selalu menjadi bagian yang tak terpisahkan dari dirinya, seiring dia melanjutkan perjalanan hidupnya, membawa kenangan tentang cinta yang pernah mereka miliki bersama.

Takkan habis sejuta lagu untuk menceritakan cantikmu...

Pikir Alva dalam keheningan yang mendalam. Princess Cheese, dengan segala keanggunan yang melingkupinya, adalah gambaran sempurna dari keindahan yang abadi. Rambutnya yang lembut, seperti benang sutra yang tersusun rapi, dan matanya yang memancarkan kehangatan, seolah-olah mengundang Alva untuk terbenam dalam dunia keindahan yang tak terbatas.

Setiap kali Alva melihatnya, dia merasa seakan-akan melayang di atas awan, tersesat dalam pesona yang tak terlukiskan. Tidak ada kata-kata yang bisa cukup untuk mengungkapkan keelokan yang dimiliki oleh Princess Cheese. Dia adalah impian yang menjadi kenyataan bagi Alva, dan dia bersedia melangkah ke ujung dunia hanya untuk melihat senyumannya yang mempesona lagi.

Kan teramat panjang puisi tuk menyuratkan cinta ini...

Setiap detik, setiap hembusan angin, membawa bayangan gadis itu dalam pikiran Alva. Dia merindukannya dengan cara yang tak terungkapkan, dan hatinya terluka setiap kali menyadari bahwa mereka tidak lagi bersama.

Dalam pemikirannya yang terdalam, Alva merenungi betapa tak terhingga dan abadinya cinta ini. Setiap kali dia mencoba untuk menulis tentang perasaannya, ia menyadari bahwa kata-kata tidak akan pernah cukup.

Setiap puisi yang ia tulis, setiap bait yang ia rangkai, terasa seperti selembar kertas kosong di hadapan cinta yang begitu besar ini. Alva terdiam dalam pemikirannya, membiarkan kenangan tentang Princess Cheese memenuhi pikirannya yang kosong.

Meskipun telah berlalu satu tahun sejak mereka terakhir kali bertemu, cintanya pada gadis itu tidak pernah pudar. Baginya, Princess Cheese akan selalu menjadi cinta pertamanya, dan tidak ada yang bisa menggantikan tempatnya dalam hatinya.

Mungkin takkan pernah cukup kata-kata untuk menjelaskan betapa dalamnya cinta Alva pada Princess Cheese. Mungkin hanya hati mereka yang bisa memahami, dalam bahasa yang tidak perlu kata-kata. Dan sementara Alva terus merindukannya, ia tahu bahwa Princess Cheese akan selalu menjadi bagian yang tak terpisahkan dari dirinya, bahkan jika jarak memisahkan mereka.

Risak & Rusuk [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang