bagian 7

1 0 0
                                    

Aku terkejut membuka notifikasi subuh ini.

BAPALA 'GARUDA' team

Riani Garuda: 
Serius, besok. Packing semua barang kalian sprti yg kalian bw waktu misi pertama.

Putra Garuda:
Bercanda nya ngga lucu, Ri:"

Riani Garuda:
Sumpah, kemarin Mas Fajar bilang.

Helena Garuda:
Jadi?

Riani Garuda:
Sabtu jam 6 tepat udah ada di sekolah. Bw semua perlengkapan seperti yg dibawa waktu misi pertama. Jgn ada alasan sakit, pergi bareng keluarga atau alasan-alasan basi yg lain. Kalau kalian mau tetep ada di Bapala. Tolong ikut acara kali ini. Trims. Salam semangat, 

Mas Fajar
Angkatan Elang

Aku menepuk-nepuk jidatku cukup keras. Untung sekarang masih pukul 4 pagi, aku masih mempunyai waktu 2 jam untuk bersiap-siap. 

Aku melompat turun dari atas kasur, mengambil ransel besar ku diatas lemari. Membuka lemari, dan mengambil baju-baju yang akan dibawa. Hingga satu jam berlalu, aku sudah siap dengan ransel besar. Berjalan ke luar kamar, menuju dapur untuk menemui bunda yang tengah sibuk berkutat dengan perkakas dapur.

"Bun,"

Bunda menoleh, terkejut dengan aku yang berpakaian lengkap jaket serta ransel besar.

"Mau kemana, Ra?"

"Ada misi Bapala bun"

"Di mana?"

Aku menggaruk tengkuk. Belum selesai membaca notifikasi tadi sampai akhir.

"Belum tau sih, cuma katanya jam 6 harus sudah ada di sekolah.”

Bunda mengangguk paham. "Ya sudah. Hati-hati Ra, kalau ketemu adikmu jangan dibawa pulang,"

"Adik?"

"Iya, masa kamu ngga tau sih"

"Apa sih bunda, Raisa ngga ngerti"

"M O N Y E T" eja bunda diakhiri tawa.

Aku semakin cemberut. "Dih bunda," lalu, kalimat iseng tiba-tiba muncul di otakku. "Kalau monyet adiknya Raisa, berarti Raisa monyet dong?"

"Bukan bunda ya yang bilang" 

"Tapi kan bun, Raisa anaknya bunda. Kalau Raisa monyet berarti bunda juga?"

"Ra, mending ngga usah pulang lagi deh sekalian."

"Iya bunda ampuunn."

ᴥᴥᴥ

Selama perjalanan, yang aku pikirkan adalah bagaimana reaksi Alan nanti. Setelah kejadian ketahuan cemburu dengan Alan di markas waktu itu dan kejadian pahit saat mengetahui ia berpacaran dengan Ratu. Aku belum pernah berani bertemu dengannya lagi.

Sampai tiba di sekolah, semuanya sudah berbaris rapi di lapangan. Padahal ini masih pukul setengah enam. Aku menaruh ranselku di pinggir lapangan terdekat, lalu segera mencari barisan kosong dan berbaris disana.

Mas Gama dengan beberapa senior yg lain memasuki lapangan diikuti sebuah mobil truk besar yang membawa banyak pohon-pohon kecil. 

Mas Gama berhenti, begitupun mobil truk tersebut.

"Pagi, semuanya."

Sapa Mas Gama membuka misi pagi ini.

"Hari ini kita akan mengadakan misi penting, setiap dari kita masing-masing akan menanam pohon yang ada di mobil truk ini. Satu orang boleh menanam lebih dari satu pohon, semakin banyak pohon yang ditanam semakin baik nilai yang didapat. Semuanya mengerti?"

"Mengerti mas." ucap semuanya sambil mengangguk-anggukan kepala.

ᴥᴥᴥ

Setelah berbasa-basi cukup panjang, mas Gama menyuruh semua anggota Bapala untuk segera masuk ke dalam bis. Perjalanan kali ini tidak begitu jauh dari daerah kami. Hanya berjarak sekitar 10km saja. Dan, misi kali ini berada pada bukit di pelosok daerah yang cukup sulit di jangkau kendaraan seperti bus yang kami tumpangi kali ini.

Sehingga, sekitar 2 jam perjalanan. Kami telah sampai, belum sampai tujuan sebenarnya karena Mas Gama bilang semuanya harus berjalan kaki sekitar 1 jam lagi untuk sampai.

Kamu kuat Ra.

Yakinku sebagai sugesti awal untuk menguatkan diri sendiri.

Banyak peraturan dalam misi kali ini. Namun yang terpenting, kami harus menjaga pohon kecil yang kami pegang masing-masing. Tidak ada kelompok khusus. Misi kali ini harus kami hadapi sendiri-sendiri.

Ternyata lebih banyak jalan yang berlubang dengan lumpur didalamnya, membuat sepatu yang aku kenakan bermandikan lumpur yang kotor dan menjijikan. Yah, mau bagaimana lagi? Ini juga kan sudah menjadi resiko seorang anggota Bapala yang kesekian, selain harus kuat fisik, yaitu

Kami juga dituntut untuk tidak takut kotor.

Setelah sepatuku bermandikan lumpur. Di depan kami, kini terpampang dengan jelas sebuah sungai kecil yang begitu jernih dan tidak terlalu dalam. Kami harus menyebranginya tanpa jembatan, dan kami harus berjalan dengan kaki yang kuat agar tidak terbawa arus yang bisa membuat pohon terjatuh.

Aku sedikit takut dalam misi kali ini.

ᴥᴥᴥ

Pohon yang kami bawa akhirnya sampai di tempat dimana seharusnya ia di tanam. 

Kami berhasil menyelesaikan misi ini, helaan nafas lega mulai terdengar.

"Sudah selesai?" tanya Mas Gama membuat kami mulai memperhatikannya.

"Sudah, Mas." Jawab kami bangga.

"Misi kali ini adalah misi yang penting untuk kalian, karena ini adalah misi dimana kalian dinyatakan lulus atau tidak menjadi anggota Bapala. Dan, angkatan kalian di misi ini, saya nyatakan,"

Senyum mulai merekah di bibir setiap anggota Bapala angkatan Garuda -angkatan kami-.

"Tidak lulus." Ucap Mas Gama tegas dan jelas.

Tunggu, aku tidak salah dengar kan?

"Kalian sibuk menjaga pohon yang saya amanatkan. Sehingga kalian lupa akan solidaritas dan menjaga teman kalian sendiri, Riana teman kalian hilang dan belum di temukan hingga sekarang. Kalian sadar jika ada teman kalian yang hilang?"

Semuanya beradu pandang, saling mencari dimana sosok Riana. Dia benar-benar tidak terlihat. Dia benar-benar hilang, dan kami baru menyadari setelah Mas Gama mengatakannya. 

"Kalian benar-benar egois. Dimana rasa soliadaritas kalian terhadap kawan kalian sendiri? Bagaimana mungkin, kami mengangkat kalian sebagai anggota Bapala jika tidak ada satu kesatuan dalam diri kalian?"

Mas Gama mengatakannya dengan nada yang berbeda dari biasanya. 

"Baru kali ini, ada anggota yang hilang dalam misi penting. Dan selamat untuk kalian, angkatan Garuda yang menjadi angkatan pertama melakukan kesalahan fatal ini. Sekali lagi, saya nyatakan kalian TIDAK LULUS."

Ucapan mas Gama membuat beberapa isak mulai terdengar. Kecil, tapi lama kelamaan semakin jelas terdengar. Membuat mataku mulai berkaca-kaca, dan membuatku menggigit bibir bawahku. Menahan tangis.

"Sudah hampir menjelang malam. Kita bermalam disini, dan esok pagi baru kembali. Misi kali ini gagal. Jadi, jangan berharap kalian bisa saya angkat menjadi anggota Bapala." Ucap Mas Gama lagi, lalu pergi meninggalkan kami ke angkatan Elang yang menatap kami dengan tatapan kecewa.

Aku tidak bisa menahan tangis lagi. Lelahku hari ini, hanya sia-sia. Rasanya, sakit sekali. Aku mengepalkan tanganku kuat-kuat. 

Tiba-tiba ada tangan yang mengelus lenganku pelan.

"Sudah ya jangan nangis,"

Suara itu. 

Aku menolehkan kepalaku dan menemukan Alan berdiri tepat disebelahku.

Astaga. Tangisku berhenti seketika. 

Benar-benar terhenti. Air mataku rasanya kering seketika. 

Alan, ternyata kamu adalah obat penenang paling hebat untukku.

ELEGI WIYATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang