Semilir angin mengibas rambut indah itu, sapaan lembut angin seolah masuk menembus wajah manisnya, ia menutup mata sembari menikmati kicauan burung bersama dengan sinar senja dengan kilau indahnya. Tenang rasanya dengan suasana seperti ini, nyaman dan damai.
Bruk
"Astaghfirullah"kaget nya, ia menoleh kearah suara.
Sebuah Pot bunga berwarna coklat yang terletak di atas meja belakang nya terjatuh tersenggol kucing bercorak kuning yang baru saja lewat, bunga matahari yang tertanam di dalamnya berserakan, bunga itu baru Minggu lalu ia tanam.
"Bunga matahari gueee" teriak nya kaget melihat bunga kesayangan nya itu telah berserakan di lantai balkon kamar.
"Bunga kesayangan gue"ucapnya bergegas kearah pot yang telah berceceran itu,ia mengambil bunga matahari yang baru tumbuh lalu membersihkan dari tanah yang menimbun nya"kucing sialan, bunga gue jadi rusak, hiks hiks"umpatnya sambil menangis.
Padahal ia sudah sangat menunggu bunga matahari nya itu tumbuh dan berbunga indah, tapi kucing itu malah menyenggol hingga menjatuhkan pot nya.
"Kucing siapa sih?siapa yang pelihara kucing nakal itu di rumah?"tanya nya dengan air mata yang masih mengalir "Awas aja kalau kesini lagi gue goreng tu kucing" ia mengumpulkan dan membuang tanah yang berserakan itu ke tempat sampah, lalu ia meletakkan batang bunga matahari itu dia atas meja.
Ia masuk kekamar dan bergegas menuju ruang tamu.
Devita kaget bukan main melihat tampilan anak gadis nya, tangannya kotor oleh tanah, dan dengan air mata yang bercucuran.
Ia berdiri dari tempat duduknya lalu menghampiri anak gadisnya yang tengah menangis itu."Kamu kenapa?" Tanya nya kaget.
Hiks hiks
Ia lalu menangis kembali lalu memeluk sang mama, Devita terpaksa harus menerima pelukan nya walaupun tangan aya mengotori baju nya.
"Kamu kenapa?"tanya Devita sekali lagi. "Siapa yang pelihara kucing disini?" Tanya nya sambil melepaskan pelukan dengan nada bicara kesal.
"Kucing?" Tanya Devita heran, kucing siapa yang ada di rumah, mereka tak ada memelihara kucing.
"Iya, dia udah pecahin pot bunga matahari yang baru Minggu lalu Aya tanam, sekarang bunga Aya udah layu nggak bisa tumbuh lagi" kesalnya sambil menyeka air mata bak anak kecil tak di beri mainan.
Devita menahan tawa melihat tampilan anak nya itu,wajah nya sudah kotor dengan tangannya yang masih bertanah tanah.
"Hus hus Lo kemana aja sih Miko... capek gue cariin Lo sepanjang rumah" ucap azra sambil mengelus-elus kepala kucing bercorak kuning yang dia panggil Miko itu.
Ia berhenti melihat Aya yang tengah menangis dengan tangan dan baju nya kotor. Ia menghampiri ke arah adik dan mana nya sambil terus mengelus-elus kucing nya.
"Kamu kenapa dek?" Tanya azra heran. Mereka berdua menoleh kearah azra "itu pelaku nya ma" ucapnya kesal menunjuk kucing yang di pangku azra. "Hah?" Ucap azra kaget baru saja tiba sudah di tubuh sebagai pelaku.
"Azra....itu kucing siapa?"ucap Devita sambil meletakkan kedua tangan nya di pinggang. "Pelaku apa ma,azra nggak ngapa ngapain"ucapnya sambil mundur satu langkah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Salah Semesta
Teen Fiction"walau aku bukan takdir mu, tapi aku akan tetap mencintaimu sampai kapanpun itu, berbahagialah semesta, aku tak akan pernah berhenti mencintai dan menunggu mu kembali pada ku"