Become Closer

75 6 48
                                    

Note:
Jika di chapter sebelumnya saya menulis tempat Xie Juan bekerja ada di lantai 17, kali ini saya ingin mengubahnya menjadi lantai 77. Juga nama gedung milik keluarga Xie berubah menjadi Beijing Trade Center, bukan lagi Beijing World Trade Center.

.
.
.
.

Alarm berbunyi di atas nakas. Ada gerakan malas di balik selimut disertai erangan bernada mengeluh. Satu tangan terulur meraih benda pipih yang terus berbunyi di atas nakas. Saat selimut disingkap, tampak wajah bantal Jiang Ning dengan mata setengah terbuka.

Layar gawainya menunjukkan pukul enam pagi. Membeku sesaat, Jiang Ning menatap langit-langit kamar dengan pikiran berjalan lambat. Setelah kesadarannya terkumpul penuh, dia mengingat sekarang harusnya masih pukul setengah sebelas malam di Beijing. Dia lupa mengatur jam gawainya yang masih menunjukkan waktu bagian negara California, Amerika Serikat.

Membuka pengaturan gawai dengan perlahan, dia mengubah angka jam sesuai dengan waktu di kota tempatnya berada saat ini. Tentu saja tak lupa mengecek google lebih dulu untuk memastikan pukul berapa berapa tepatnya sekarang.

Sebelum turun dari pesawat Jiang Ning sempat tidur, tiba di hotel dia juga langsung terlelap tanpa makan malam lebih dulu. Jam tujuh di Beijing berarti masih jam tiga pagi di Ricky Beach. Masih jam tidur bagi Jiang Ning.

Gawai kembali diletakkan di nakas. Dia menarik selimut bermaksud untuk tidur lagi. Sayang sekali jetlag membuatnya terjaga di tengah malam buta, karena badannya masih terbiasa dengan pola waktu di negara bagian California selama bertahun-tahun.

Jiang Ning memutuskan untuk bangun, mencuci muka sebentar di kamar mandi, lalu duduk di kursi malas dekat jendela sambil menikmati snack yang diambil dari kopernya. Dia malas memesan makanan dari pelayan, tak tega membuat mereka bekerja untuknya meski belum terlalu larut saat ini. Gorden dibiarkan terbuka lebar, jadi dia bebas menikmati gemerlap malam kota Beijing dari lantai lima di hotel tempatnya menginap.

Karena tidak bisa tidur, dia memutuskan untuk mempelajari lebih banyak lagi tentang profil Emperor Group. Sebelumnya dia sudah mempelajari sedikit saat berada di pesawat. Chrysant bilang Emperor Group adalah sebuah perusahaan raksasa, memiliki banyak hotel, restoran dan apartemen di mana-mana. Sekarang perusahaan ini akan merambah ke pembangunan pusat perbelanjaan, dan Jiang Ning didapuk untuk menjadi arsitek yang akan memimpin proyek ini, bersama tim arsitek lainnya di Beijing.

Saat sedang asik-asiknya berselancar di website dan membaca berbagai informasi tentang Emperor Group, Jiang Ning terkejut ketika menemukan foto salah satu gedung yang tidak asing baginya terpampang di halaman website perusahaan tersebut. 

"Hah? Jadi Beijing Trade Center itu punya Emperor Group?" gadis itu membulatkan mata, sekali lagi membaca informasi yang tertera di bawah gambar itu dan kembali terkejut.

Tentu saja Jiang Ning masih mengingat dengan baik gedung tinggi kokoh dengan ratusan lantai itu. Karena saat masih kuliah dulu dia dan teman-temannya pernah ke sana untuk melakukan observasi, lalu membuat laporan tentang bagian mana yang paling menarik di gedung itu menurut penilaian masing-masing, sebagai tugas yang harus dikumpulkan pada dosen mata kuliah studio perancangan arsitektur.

***

Pandangan kagum rombongan mahasiswa yang baru turun dari bus sore itu tertuju pada gedung tinggi tak jauh di depan mereka. Semuanya memuji betapa menakjubkannya itu, bahkan orang-orang yang awam dengan arsitektur akan mengatakan Beijing Trade Center merupakan rancangan luar biasa. Apalagi bagi yang mempelajari dengan baik tentang bagaimana merancang sebuah gedung.

Sambil berbicara satu sama lain rombongan mahasiswa itu berjalan masuk ke lobi. Masing-masing mengenakan kartu identitas mahasiswa yang tergantung di dada, terhubung dengan pita yang melingkar di leher.. Seorang pemuda yang tampaknya adalah ketua kelas melapor pada resepsionis, sambil menunjukkan surat izin dari dosen mereka. Surat itu telah ditandatangani salah satu pejabat yang memiliki kuasa untuk membolehkan mereka melakukan observasi di Beijing Trade Center.

REBLOOM (Zhang Linghe & Bailu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang