Shanghai adalah salah satu kota di China yang jarang turun salju di musim dingin. Cuacanya cenderung lebih hangat dibandingkan Beijing. Saat musim dingin selama tiga bulan, salju hanya muncul sampai dua tiga kali.
Salju pertama di Shanghai tahun ini terjadi pada tanggal 28 Desember. Itu pun hanya salju ringan namun tetap menebarkan hawa dingin. Sehingga mantel dan syal tetap diperlukan saat berada di luar ruangan.
Jiang Ning sedang duduk di kasur hotel saat ini, menatap keluar jendela yang gordennya terbuka lebar. Tampak pemandangan salju berjatuhan sesekali mengenai permukaan kaca.
Perhatian Jiang Ning lalu teralih pada layar laptop yang ada di depannya, membuka foto-foto dan video yang tadi dikirimkan teman-temannya setelah pemantauan lokasi untuk pembangunan pusat perbelanjaan milik Emperor Group.
Karena tidak tahu harus melakukan apa saat ini, apalagi Zhou Ye dan Cheng Xiao sedang pergi berbelanja, jadi dia menghabiskan waktu dengan memikirkan rancangan yang hendak gedung dibuatnya. Beberapa kali mengamati foto dan video lokasi itu, merenung cukup lama sambil menatap langit-langit, inspirasi itu tak juga muncul di kepalanya.
Setelah cukup lama bergeming dengan pikiran menerawang, Jiang Ning meraih gawai di sisinya, membuka obrolan teratas di WeChat lalu mengirim pesan pada CEO Sok Keren.
Xie Juan sedang menonton siaran tentang bisnis di televisi hotel, menyeruput secangkir kopi hangat ketika notifikasi yang masuk mengalihkan perhatiannya. Saat mengambil gawai dan membuka pesannya, Xie Juan langsung mengernyitkan dahi.
Ning'er: Apa kau sedang sibuk?
Pria itu bertanya-tanya mengapa Jiang Ning mengirimnya pesan seperti ini? Di sisi lain dia juga merasa senang, terlihat jelas di sudut bibirnya yang sedikit melengkung. Tanpa berpikir panjang dia langsung membalas pesan itu. Detik berikutnya mereka sudah berdialog dalam WeChat.
CEO Sok Keren: Aku lumayan sibuk saat ini, ada apa?
Ning'er: Aku ingin menanyakan sesuatu, tapi Anda bisa menjawabnya nanti jika sedang tidak sibuk.
CEO Sok Keren: Jangan panggil “Anda”, sekarang kita bukan di kantor.
Jiang Ning memutar bola mata malas, mengetik balasan sambil berdecak pelan.
Ning'er: Baiklah Xie Wei, saya ingin bertanya apa yang disukai Ayahmu?
Xie Juan menghela napas saat Jiang Ning membalas dengan memanggil nama resminya. Dia tidak tahu bagaimana harus memprotes saat ini. Namun sebuah ide tiba-tiba terlintas di benaknya, membuat senyum kecil terbit di wajah sang CEO. Dia tak lagi menghiraukan kopinya yang tadi diletakkan di atas meja. Siaran berita tentang bisnis juga tak lagi menarik perhatiannya.
CEO Sok Keren: Mengapa kau ingin tahu kesukaan Ayahku?
Ning'er: Ini berhubungan dengan pekerjaan.
CEO Sok Keren: Sejauh mana yang ingin kau tahu?
Ning'er: Banyak, barangkali itu bisa memberiku inspirasi.
Aku segan bertanya padanya langsung. Karena kau mengenalnya dengan baik jadi aku bertanya padamu.CEO Sok Kren: Jika kau ingin mendapatkan banyak informasi berharga, tidak cukup melalui obrolan di sosial media seperti ini.
Ning'er : Jadi?
CEO Sok Keren: Temui aku jam 7 malam ini. Informasi yang kau dapatkan tergantung seberapa baik sikapmu nanti.
“Apa-apaan?” Jiang Ning mendesis kesal. Firasatnya mencium ada sesuatu yang tidak beres, pasti ada sesuatu yang tersembunyi di balik niat Xie Juan yang ingin mengajaknya bertemu.
KAMU SEDANG MEMBACA
REBLOOM (Zhang Linghe & Bailu)
Любовные романыCerita tentang sepasang kekasih yang terpisah karena sesuatu, dalam waktu beberapa tahun mereka hidup masing-masing di negara berbeda. Mencoba saling melupakan meski sesekali kenangan di antara mereka muncul menyapa. Hingga suatu hari takdir mempert...