Baru beberapa hari lalu Jiang Ning berucap dalam hati akan kerinduannya pada kota Beijing, dan pagi ini dia mendapat panggilan dari Mr. Hopper untuk menghadap ke ruangan pribadi atasannya itu.
"We've just got a big project, very prestigious," Mr. Hopper berucap gembira sewaktu Jiang Ning baru saja memasuki ruangannya.
Dengan tenang Jiang Ning mendekati meja sang atasan, duduk di kursi kosong dalam posisi berseberangan. Hanya dipisahkan sebuah meja kayu berukuran cukup besar.
Di atas meja itu tentu saja ada papan nama, komputer, tumpukan dokumen, dan beberapa peralatan lain yang semestinya ada di meja kantor. Beberapa di antaranya merupakan barang mewah, semuanya tertata rapi dan presisi. Sebuah keharusan bagi seorang pengidap OCD.
"Proyek prestisius seperti apa?" tanya Jiang Ning penasaran.
Dengan bersemangat Mr. Hopper mulai bercerita tentang teman lamanya yang berasal dari China. Mereka sama-sama menempuh pendidikan S2 di Columbia University, juga mendapatkan gelar MBA mereka di tahun yang sama.
"Mr. Xie itu salah satu pengusaha terhebat di China, pemilik Emperor Group. Masuk dalam jajaran 10 orang terkaya di sana. Memiliki banyak bisnis di mana-mana. Tadi malam dia menelponku untuk mengajak bekerja sama, ingin salah satu arsitektur terbaik di perusahaan kita menanganinya proyek pembangunan mall terbarunya di Shanghai," jelas Mr. Hopper panjang lebar.
Sesaat Jiang Ning tertegun. Bukan karena profil tuan Xie yang luar biasa itu. Mendengar nama Xie sekilas membuat Jiang Ning teringat seseorang. Tapi karena Mr. Hopper mengatakan itu adalah temannya semasa kuliah, maka yang dimaksud pasti bukan Xie yang dia kenal. Karena Mr. Hopper hampir sepantaran dengan ayahnya
"Lalu, apa yang bisa aku bantu untuk proyek ini?" Jiang Ning jelas tidak mengharapkan itu adalah dirinya, karena saat ini dia menangani pembangunan restoran kapal di dekat pantai Seabreeze. Saat ini masih dalam tahap penyediaan bahan-bahan bangunan yang sedang diurus oleh insinyur di perusahaan dan tim pertukangan yang terlibat.
"Mr. Xie ingin pembangunan pusat perbelanjaan terbarunya membawa semangat budaya China untuk lebih dikenal dunia. Dan aku ingin kau yang menangani proyek ini," tiap kalimat diucapkan Mr. Hopper dengan mantap, seperti perintah mutlak yang tak boleh dibantah.
"Hah?" otak Jiang Ning seperti beku beberapa saat, rentetan kalimat yang baru saja di dengarnya terlalu mengejutkan, karena bertentangan dengan isi pikirannya saat ini.
"Mr. Hopper serius mempercayakan ini padaku? Bukankah arsitek berbakat lainnya masih banyak?" Jiang Ning masih ngin memastikan.
"Kau satu-satunya arsitek di perusahaan ini yang mengerti budaya di sana, orang tuamu berasal dari sana, kau pernah tinggal di sana beberapa tahun, meskipun kau berkewarganegaraan Amerika saat ini. Tidak ada orang lain yang lebih tepat lagi, Miss Jiang," pancaran kegembiraan di mata Mr. Hopper sebelumnya sudah menghilang, berganti keseriusan yang dalam.
"Lalu bagaimana dengan proyek restoran Mrs. Jones? Jika proyek di Shanghai sebesar itu, maka akan sulit bagiku menangani dua-duanya sekaligus," selain itu Jiang Ning masih kurang percaya diri dengan kemampuannya menangani proyek besar dari Emperor Group. Namun dia tidak memperlihatkan keraguan itu di permukaan. Masih bertahan dalam postur tenangnya sejak awal.
"Itu masalah gampang. Arsitek lain di perusahaan kita bisa menanganinya. Kau tinggal menyerahkan semua desain hotel itu, lalu fokus pada pembangunan mall di Shanghai. Ini adalah perintah, bukan penawaran," Mr. Hopper menatap lurus karyawannya sambil menggerakkan telunjuk. Kalimat penuh keyakinan yang keluar dari bibirnya itu menjadi penutup penyampaian informasi pagi ini.
Jiang Ning tidak punya alasan lagi untuk menolak, lagi pula dia memang ingin kembali ke China. Jika bukan karena pekerjaan, dia sudah melakukannya sejak dulu. Dia ingin bertemu teman-teman lamanya seperti Chrysant dan Sean, atau mungkin dengan Xie yang itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
REBLOOM (Zhang Linghe & Bailu)
RomansaCerita tentang sepasang kekasih yang terpisah karena sesuatu, dalam waktu beberapa tahun mereka hidup masing-masing di negara berbeda. Mencoba saling melupakan meski sesekali kenangan di antara mereka muncul menyapa. Hingga suatu hari takdir mempert...