Untuk beberapa menit Jiang Ning berdiri di depan pintu apartemen dalam keadaan linglung. Mengamati dekorasi yang terpasang begitu apik di ruang tamu. Ada balon-balon hijau dan merah di dinding, juga pita berwarna merah bertuliskan “Selamat Hari Natal” yang disulam dengan benang berwarna emas.
Pohon natal berdiri dengan manis di pojokan dan dialasi karpet bundar, dihiasi bola-bola merah, hijau, dan perak yang digantung di sekeliling pohon. Ada juga hiasan lampu-lampu berbentuk kristal salju dan bintang. Tampak begitu gemerlap di tengah cahaya temaram ruang tamu, terlihat jelas lampunya sengaja tak dinyalakan semua.
Di jendela yang gordennya terbuka lebar juga tak kalah semarak, karena kristal salju dan bintang-bintang bercahaya itu juga digantung di sepanjang jendela seperti tirai.
Dengan langkah perlahan Jiang Ning mendekati pohon natal, mengaguminya beberapa saat lalu menunduk untuk mengamati beberapa kotak berisi hadiah. Saat dia melempar pandangan ke jendela yang di depannya terdapat sofa panjang dengan sandaran rendah dan bantal-bantal berjajar rapi, Jiang Ning melangkah ke sana dan duduk sambil menatap pemandangan di luar. Wajahnya yang cantik menyiratkan perasaan nostalgia.
“Kau tahu tidak kenapa aku suka tinggal di apartemen ini meskipun kecil?’ tanya Jiang Ning.
Saat itu dia dan Xie Juan duduk di sofa sambil menikmati pemandangan kota dari dinding kaca. Tangannya dilipat di atas sandaran sofa, matanya menatap lurus keluar seperti saat ini. Sementara Xie Juan di sisinya mengusap rambut panjang gadis itu.
"Karena kau suka menikmati pemandangan kota,” jawab Xie Juan.
"Benar aku menyukai itu. Namun bukan itu alasan utamanya,” Jiang Ning melempar senyum pada pria tampan di sisinya.
“Lalu apa?” Xie Juan menatap ingin tahu.
“Karena dengan membiarkan tirai terbuka lebar, menyaksikan keadaan ramai di luar yang terlihat dari dinding kaca, aku tidak terlalu merasa kesepian saat sendiri. Bahkan ketika tidur, aku suka membuka tirai apartemen dan mematikan lampu kamar. Cukup dengan cahaya lampu-lampu kota dari luar, itu membuatku merasa tenang,” Jiang Ning kembali mengalihkan pandangan di luar, tapi senyum indah itu tak pudar di wajahnya.
Hati Xie Juan selalu merasa hangat tiap melihat kekasihnya tersenyum, dengan gemas dia menarik Jiang Ning dalam pelukannya dan ikut menikmati pemandangan di luar.
“Dengan adanya aku di sini, seharusnya kau tidak semakin kesepian, bukan?” bisik Xie Juan lembut.
“Oh,” Jiang Ning mengangguk bersemangat,
Satu kecupan lembut mendarat di kepala Jiang Ning, membuat gadis itu tertawa senang dan semakin meringkuk dalam pelukan pria berdada bidang di sisinya.
Jendela di apartemen Jiang Ning saat ini tidak kalah lebar dari dinding kaca apartemen itu. Memanjangkan dari satu sisi ke sisi lain, dengan bingkai yang sangat tinggi hampir mencapai langit-langit. Mengingat kembali kenangan lama, Jiang Ning tak bisa menahan rasa sesak dalam hati yang mulai naik ke tenggorokannya.
Rasanya air matanya hampir jatuh, tapi dia sudah bertekad tak akan menangis lagi untuk pria itu apa pun yang terjadi.
Apartemen yang disediakan Emperor Group untuk Jiang Ning jauh lebih besar, pun lebih mewah dibandingkan apartemennya waktu kuliah dulu. Dapur dan ruang kerja dibuat terpisah. Kamar tidurnya juga lebih luas, bahkan ada kamar tamu pula, masing-masing lengkap dengan kamar mandi.
Di dekat dapur juga ada kamar mandi, juga ada ruangan kecil untuk mencuci pakaian dan menyetrika. Jika penghuni apartemen tidak sempat mencuci pakaiannya, di lantai dua ada layanan binatu untuk penghuni apartemen, jadi mereka tidak perlu membawa pakaiannya keluar. Alat-alat memasak juga lengkap, bahkan ada oven, microwave, air fryer, dan juga kulkas yang masih kosong.

KAMU SEDANG MEMBACA
REBLOOM (Zhang Linghe & Bailu)
Любовные романыCerita tentang sepasang kekasih yang terpisah karena sesuatu, dalam waktu beberapa tahun mereka hidup masing-masing di negara berbeda. Mencoba saling melupakan meski sesekali kenangan di antara mereka muncul menyapa. Hingga suatu hari takdir mempert...