A Little Kindness

85 6 34
                                    

Dalam pesawat Jiang Ning duduk di dekat jendela, sebuah kebetulan yang bagus karena dia sangat suka melihat keindahan di luar pesawat selama perjalanan. Awan-awan yang tampak seperti gumpalan putih atau asap-asap yang tersebar, dilatarbelakangi pemandangan kota yang samar dan gunung-gunung, membuat perasaannya langsung menjadi damai.

Di sebelahnya ada Zhou Ye yang bertukar tempat duduk dengan Wang Xingyue, karena wanita modis itu ingin berbicara dengan Jiang Ning. Wang Xingyue yang pendiam tak keberatan berpindah ke ujung, berseberangan dengan Cheng Xiao dan Fang Yilun yang duduk dengan orang lain.

Setelah pesawat lepas landas dan posisinya menjadi stabil di udara, pramugari membolehkan penumpang untuk melepas sabuk pengaman, Zhou Ye mencondongkan tubuh pada Jiang Ning, mulai mendiskusikan liburan tahun baru yang akan tiba beberapa hari lagi.

“Ning Jiejie, kita akan berada di Shanghai sampai tanggal 30 besok dan kembali ke Beijing malam hari. Aku berpikir untuk tetap di Shanghai sampai tanggal satu nanti dan menghabiskan liburan tahun baru di sana. Bagaimana denganmu?”

“Aku belum memikirkannya saat ini,” jawab Jiang Ning sambil menggeleng.

“Ayo bersenang-senang di Shanghai bersamaku, aku tahu tempat-tempat bagus di sana,” bisik Zhou Ye, sorot matanya menyiratkan berbagai rencana menarik. 

Saat ini Jiang Ning tinggal sendiri dan dua sahabatnya kemungkinan besar ada acara masing-masing di tahun baru, Jiang Ning berpikir merayakan tahun baru di Shanghai sepertinya tidak terlalu buruk. “baiklah, akan kupertimbangkan,” ujarnya.

“Oke, beritahu aku lagi nanti. Aku akan bertanya pada yang lain dulu, apa mereka mau ikut dengan kita atau tidak.”

.Jiang Ning tak lagi memperhatikan Zhou Ye yang sudah berpaling ke arah lain dan kembali melempar pemandangan diluar jendela. 

Saat tim arsitek melakukan rapat di Emperor Tower dua hari lalu, Cheng Xiao mengusulkan agar mereka berangkat pada akhir pekan tanggal 29, berjalan-jalan sehari di Shanghai tanggal 30, lalu kembali keesokan harinya ke Beijing di tanggal 31. Dengan pesawat pagi mereka akan tiba di Beijing menjelang siang.

Rencana itu awalnya sudah disetujui, apalagi Cheng Xiao ingin merayakan tahun baru bersama keluarganya. Namun di perjalanan saat ini Zhou Ye malah berubah pikiran dan mulai mengajak yang lain untuk ikut rencananya.

Dengan pandangan yang masih terkunci pada di luar jendela, Jiang Ning tak memperhatikan Wang Xingyue yang sudah kembali berpindah di tengah. Lelaki pendiam itu lagi-lagi tak keberatan karena Zhou Ye ingin berbicara dengan Cheng Xiao.

Diam-diam Xingyue menatap Jiang Ning yang sudah memejamkan mata. Cahaya matahari yang masuk jatuh di wajah cantiknya, menyiratkan ketenangan yang menyejukkan. Wajah cantik itu tampak polos dalam kondisi seperti ini. Tanpa sadar sudut bibir Xingyue berkedut membentuk guratan samar yang jarang terlihat.

“Sepertinya aku tidak bisa, orang tuaku akan keberatan kalau aku tidak merayakan tahun baru dengan mereka,” suara Cheng Xiao terdengar agak keras di tengah deru pesawat.

“Sama, aku pun begitu,” sahut Fang Yilun dari samping Cheng Xiao.

“Baiklah, apa boleh buat,” Zhou Ye menghela napas pasrah. Meski merasa keseruan dalam rencananya akan berkurang karena tim tidak lengkap, dia juga tak bisa memaksa kedua temannya itu.

Dia memutar tubuhnya ke arah Xingyue yang ada di belakang, “bagaimana denganmu, Didi? Apa kau sudah memutuskan untuk ikut denganku dan Ning Jiejie?”

“Hm,” seperti biasa hanya jawaban singkat yang keluar dari bibir Xingyue, namun hal itu sudah berhasil membuat Zhou Ye tampak lebih bersemangat.

“Meski hanya bertiga pasti tetap kalah seru,” Zhou Ye tersenyum dan menempelkan punggungnya di sandaran kursi, “aku tidak enak membuatmu berpindah tempat terus, jadi aku akan duduk terus di sini sampai pesawat mendarat.”

REBLOOM (Zhang Linghe & Bailu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang