7.

1K 193 36
                                    

Lagu klasik mengalun.

Terdengar sangat indah menemani tamu-tamu yang menghadiri acara perayaan ekspansi perusahaan the Chalmers. Para tamu undangan yang malam ini terlihat elegan hilir berganti saling bersilat lidah.

Satu demi satu bergantian menyapa satu sama lain koleganya yang dikenal. Satu demi satu tertawa, menyantap kudapan, selagi sebelah tangan mereka memegang gelas-gelas sampanye.

Sementara aku. Aku disini terdiam. Berusaha menenangkan jantungku yang berdegup dengan kencang setelah Mas Reza membawaku bertemu dengan Ethan Widjaya.

Maksudku, apa yang akan terjadi? Aku bebas tanpa syarat setelah lima tahun di penjara sementara vonisku mengatakan aku harus dipenjara seumur hidup.

Kenyataannya seluruh keluarga Widjaya tahu kalau aku dipenjara atas tuduhan tindak pidana terkait obat-obatan yang di konsumsi Rex. Dan mereka bukan main ketika akhirnya menuduhku mati-matian.

Walau tak pernah ada satupun percakapam berarti antara aku dengan Ethan dahulu kala. Tetapi, tentu Ethan mengenalku sebagai perawat adiknya yang cacat mental itu. Dan tentu Ethan mengenalku karena tampaknya aku adalah penjahat di dalam hidup Rex.

Apakah dia akan mencidukku lagi, lalu membawaku pergi ke kantor polisi?

Di tengah-tengah pesta semeriah ini?

Aku menelan ludahku dengan sangat sulit. Tak bisa di cegah, keringat dingin mulai membanjiri tubuhku. Tangaku bergemetar, dan aku rasanya sudah tidak bisa mengkondisikan wajahku lagi.

Tamatlah sudah kalau sampai itu terjadi. Namaku sudah barang tentu tidak bisa di selamatkan.

"Pak Ethan Widjaya..." Suara Mas Reza terdengar ketika kami sudah berada di hadapan Ethan yang di detik itu juga membuatku sakit perut.

Sialan! Aku harus apa?

Ethan melirik ke arah Mas Reza sebentar kemudian ia mengalihkan tatapannya kearahku. Untuk sepersekian detik dapat kulihat alisnya berkerut sebentar selagi laki-laki itu memperhatikan wajahku, sebelum akhirnya ia menaikan sebelah alisnya. Dan tatapannya langsung berubah.

Oh tidak!

Tanpa bisa kuprediksi, sudut bibirnya tertarik dengan tatapan terhibur ketika matanya bertatapan dengan mataku, mulutnya kemudian terbuka sedikit seolah mengejekku ketika sepertinya ia menyadari siapa diriku.

Apa yang akan dia lakukan?

"It's a pleasure to meat you," Mas Reza berkata lagi. Tak begitu memperhatikan bagaiaman raut wajah Ethan berubah ketika laki-laki itu menatapku yang menciut di sebelah Mas Reza.

"Ah," Ethan menjawab pertanyaan Mas Reza tetapi tatapan matanya tak teralihkan dariku sama sekali. "Reza, right? Dari The Chalmers."

"Benar," Mas Reza melirikku Sebentar. Tatapan matanya berkilat penuh harap ketika ia menyadari Ethan sedari tadi tak berhenti menatapku. "Ini asisten baru saya. Seharusnya karena dia pernah bekerja dengan keluarga Widjaya, Pak Ethan mengenal-"

"Soraya, kan?" Ethan menyelak perkataan Mas Reza. Terlihat tak perduli sama sekali dengan laki-laki itu.

Aku menahan napasku kuat-kuat. Berusaha mempersiapkan diri atas apa yang akan terjadi kepadaku. Karena tampaknya aku salah sangka. Kupikir ia hanya mengingat wajahku saja. Kupikir ia hanya tahu kalau aku adalah penjahat di keluargaya. Tetapi ternyata laki-laki ini mengingat namaku juga.

"Benar," Mas Reza berkata dengan antusias. "Saya rasa kalau malam ini Pak Ethan mempunyai waktu luang, Bapak bisa berbincang dengan saya dan asisten saya.."

The MisshapenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang