6.

1.1K 165 9
                                    

Lima tahun lalu.

"Rex," aku memanggilnya. Kedua sudut mataku menyipit, bibirku tersenyum dengan lebar ketika aku memberikan laki-laki itu kado yang dibungkus kotak berpita berwarna biru.

"Happy birthday," lanjutku yang langsung di balas senyuman menawan Rex yang selalu kukagumi.

Hari ini Rex ulang tahun yang ke dua puluh tiga. Tidak ada perayaan khusus, hanya tiup lilin dan potong kue sederhana saja. Yang menghadirinya-pun hanya kami-kami saja. Ada Rex, Bu Tara, aku, dan beberapa Staff lainnya.

Tidak ada yang special sesungguhnya karena setiap tahun selalu seperti ini. Namun entahlah, kali ini akuingin membuatnya terasa berbeda dengan memberikan Rex hadiah.

Hadiah pertamaku untuk Rex.

Menurut para karyawan yang sudah lama bekerja disini, katanya ayah Rex jarang berkunjung kemari. Entahlah, selama aku bekerja disinipun suami Bu Tara itu bahkan tidak pernah kulihat rupanya bagaimana. Ke absenannya yang misterius itu juga berlaku pada hari ulang tahun Rex. Selama hampir dua tahun bekerja disni, tidak pernah kulihat Lazuardi Widjaya datang di hari ulang tahun anaknya itu.

Betapa malangnya nasib Rex. Sudahlah memiliki kekurangan, ayahnya tak pernah terlihat pula. Aku tahu hidupku tidak seberuntunh Rex yang memiliki bergelimpangan harta dan nama belakang yang tersohor, hingga bisa mengasihaninya seperti sekarang. Tetapi, mengetahui kalau ayah kandungmungmu masih hidup, sehat, dan memilih untuk tidak perduli akan keberadaan dirimu itu rasanya sakit.

Itu juga yang selama ini menimpaku. Maka dari itu, aku tidak bisa menghindari rasa kashianku terhadap Rex.

Mungkin, kalau menurutku Ayah Rex malu memiliki anak berkebutuhan khusus seperti Rex. Atau boleh jadi laki-laki itu tak sudi menganggap Rex adalah anaknya karena sekali lagi, Rex didagnosa Autis ringan. Dapat terlihat dari sikap ayahnua yang abai terhadap Rex. Atau mungkin juga ada alasan yang lainnya. Aku tidak tahu pasti, hanya menerka-nerka saja. Hanya Tuhan dan Lazuardi Widjaya yang tahu alasannya.

Jadi bukan hal yang baru lagi kalau semisal tahun ini kami hanya merayakan ulang tahun Rex dengan orang itu-itu saja. Which is, aku, bu Tara dan Staff lainnya.

Oh hampir aku lupa membicarakan mengenai saudara laki-laki Rex. Walau dia juga tak pernah datang di hari ulang tahun Rex. Namun lain cerita dengan ayah mereka yang brengsek.

Ya. Ethan Widjaya.

Saudara beda ibu Rex itu sudah beberapa kali kutemui. Lebih dari lima kali mungkin? Katanya, Ethan acap kali disuruh melihat keadaan rumah yang di tempati Bu Tara ini sementara Lazuardi Widjaya tidak bisa datang kemari.

Ethan biasanya datang tiga bulan sekali. Mengecek persediaan obat dirumah, mengecek keadaan rumahnya, keadaan adiknya yang cacat mental, terkadang bahkan laki-laki itu mengecek apakah Bu Tara terlihat baik-baik saja atau tidak. Padahal faktanya Bu Tara adalah ibu tirinya. Tetapi laki-laki itu tetap bersikap sopan dan tidak semena-mena.

Memang kesannya kalau dari wajahnya, Ethan terlihat acuh. Mungkin karena fitur wajahnya yang keras juga pembawaan laki-laki itu yang judes.

Rahang Ethan terukir dengan tajam bertengger di kedua sisi wajahnya, akan terlihat sangat kontras kalau saja ia mencukur habis bulu halus disekitar sana. Belum lagi cara berjalannya yang terlihat angkuh. Kalau sekali lihat, orang pasti akan mengganggap Ethan adalah orang yang angkuh, dan menyeramkan.

Tak banyak yang ia lakukan selain melihat-lihat kalau kemari. Namun, walau seperti itu, walau terkesan tidak terlalu perduli, berani kujamin sesungguhnya Ethan kemari karena ingin bertemu dengan saudaranya itu. Tetapi entah mengapa, rasa-rasanya Ia seperti sulit sekali mengakui kalau ia perduli dengan saudara sedarahnya itu.

The MisshapenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang