16.

806 152 21
                                    

Aku melirik Ethan.

Ia tampak begitu elegan dengan hanya mengenakan polo shirt berwarna hitam, celana bahan dan juga jam tangan mewah di pergelangan tangan kanannya. Laki-laki itu duduk di kursi penumpang mobil mewahnya yang sedang di kendarai supirnya, persis di sebelah kananku.

"Kamu mau bawa aku ke rumah Pak Lazuardi?" Tanyaku kepadanya.

Ethan menoleh ke arahku, menatap ke arah rambutku yang kugerai untuk sepersekian detik kemudian menaikan alisnya sebentar.

"Iya," balasnya.

"You're trying to kill me don't you?" Dengusku.

"We're having a dinner, Ray. Kamu, aku, papaku, saudara tiriku, dan mamaku,"

"Your dad, are you kidding me!" Aku ikut menaikan alisku "He's fuckin gonna put me back in jail, if he sees me!"

"Tidak akan ada yang mengenal kamu, Ray. Laki-laki itu bahkan tidak ingat wajah karyawannya, apalagi kamu yang sudah lama tidak ia lihat,"

"Walaupun hanya satu kali, dan sebentar. Tapi Papa kamu hadir di persidangan aku sialan!" Aku memakinya. "Ini lucu ya, buat kamu? Mempermainkan hidup orang,"

"Oh it is funny Ray. Kamu belum tahu rasanya ketika kamu tahu kamu mampu membuat semua orang menurut dengan kamu. Ketika kamu mampu merubah nasib seseorang dengan hanya jentikan jari." Dia berbicara hiperbola dengan suaranya yang sedikit serak itu "But trust me, malam ini aku tidak sedang mencoba untuk bercanda."

Aku mendengus "Jerk."

"Here's the thing, Ray," Ethan memegang bibirnya dengan ibu jarinya sementara matanya melihat ke arah luar jendela. "Just do as i told like a good girl, dan aku tidak akan macam-macam,"

"What if i dont want to?"

"Well you're here. Sudah bersolek dengan sangat cantik. No other way back, Ray. We already half way there,"

"Aku bisa saja mengacau,"

"Your choise." Dia mengedikan bahunya. "Pilihan kamu kalau kamu mau teman kamu kehilangan pekerjaannya juga nama baiknya. Aku bisa saja memanipulasi rekam kerjanya menjadi catatan hitam, dan dia selamanya tidak akan pernah bekerja,"

"Bastard!"

"Like i said, it's your choise. Kamu yang memutuskan. Kamu yang pegang kendali,"

Aku mengalihkan pandangku, melipat kedua tanganku di depan dada selagi mobil terus berjalan membelah jalanan bersama lautan kendaraan roda empat lainnya.

"Why me?" Tanyaku, tak mau menatap ke arahnya. "Kenapa dari semua orang, kamu harus membantu aku keluar dari penjara, mencarikan pekerjaan. Kenapa memilih aku?

"Karena kamu kuncinya."

"Kunci apa?"

"Rex,"

Begitu nama Rex disebut olehnya, aku menoleh lagi ke arahnya dengan mendelik. Rahangku mengeras, sementara tatapan mataku menghunus tajam.

"Rencana jahat apa yang sebenarnya ada di kepala kamu Ethan?" tanyaku dengan nada tidak santai.

Ethan mendengus sembari tersenyum "Like i said, dia mau mengambil semua yang aku miliki,"

"And what is that?"

"Dia mau mengambil alih semua perusahaan yang namanya sudah lama kubesarkan," katanya kemudian ia menarik napasnya dengan tersendat.

Aku mengkerutkan alisku.

"Dia tiba-tiba bekerja dengan sangat keras untuk membuat Papa tertarik dengan dia." Ethan menjeda kalimatnya kemudian menghela napasnya "Tahun lalu, dia sudah merebut dua perusahaan atas namaku menjadi miliknya."

The MisshapenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang