20.

623 118 4
                                    

Aku mengatur napasku.

Memegang dadaku seraya memejamkan mataku dengan rapat-rapat. Tidak, ini terlalu berlebihan. Aku rasanya ingin berteriak, memaki didepan wajah Ethan sembari mencekik leher pria itu hingga ia kehabisan napas.

Persetan!

Bagaimana bisa ia berkata seperti itu di depan keluarganya? Di depan Rex? Menikahiku akhir tahun ini? Aku dan seorang Ethan Widjaya?

Aku menggelengkan kepalaku. Masih terbayang bagaimana wajah memerah Rex tadi sebelum akhirnya aku dibawa pergi ke ruang terpisah oleh ajudannya Lazuardi Widjaya karena entah apa yang akan dikatakan laki-laki baya itu kepada kedua kaka beradik ini.

Rex menarik napasnya dengan panjang, kemudian ia dengan sedikit tidak terkendali berusaha melepas dasi yang masih mengikat lehernya.

Aura persetuan diantara kedua kakak beradik itu sama sekali tidak berusaha disembunyikan di hadapan Lazuardi Widjaya yang punya kuasa atas segala hal.

"Why?" Ethan memiringkan sedikit kepalanya "You don't like the idea?" Lanjutnya dengan nada mengejek yang cukup kentara kepada Rex.

Rex mendecih kencang.

"The idea?" Tanyanya, suaranya serak dan dalam. Kedua kancing teratas kemejanya sekarang sudah terbuka, menampilkan tulang lehernya yang tecetak dengan kokoh.

Aku menelan ludahku dengan sedikit sulit.

Sejak dulu menatap Rex yang sedang tersulut bara emosi selalu membuatku merasa ketar-ketir, sebab aku tak tahu apa yang ada dikepalanya dan apa hal yang mampu ia lakukan.

Ibu jari Ethan kemudian terasa bergerak di tanganku, ia mengusap punggung tanganku dengan sangat lembut yang pada saat itu juga langsung membuat pusat perhatian Rex tertuju ke sana.

Ke tanganku, yang berada di dalam genggaman tangan Ethan, yang barusan ia usap dengan lembut bagai aku adalah kekasihnya betulan.

Brengsek!

Ethan tertawa sinis "Perlu aku katakan lagi kalau aku dan-"

"Jangan buat aku mengatakan lagi seberapa aku tidak suka dengan segala tingkahmu. Ethan Widjaya." Rex melirik tautan tangan kami. Membuatku refleks meremas tanganku sendiri.

Ethan tertawa sementara jantungku berdetak semakin memburu.

"I dont like your presence, i don't like anything that you own, i dont like everything about you," Rex menggeram. "Everything you do, everything you touch, I dont like it at all! It's disgusting,"

Adalah kalimat terpanjang yang pernah keluar dari mulut Rex yang pernah kudengar. Dan juga adalah kalimat hinaan yang setidaknya membuatku sangat tertohok malam ini, melebihi rasa malu ketika Astoria tadi menyebutku kampungan.

Dia mengatakan tidak suka dengan segala sesuatu yang disentuh Ethan, sementara barusan ia dengan jelas melihat tanganku di genggam dengan erat oleh saudaranya itu.

Oh Tuhan. Siapa sebenarnya laki-laki yang sedang kulihat ini?

"Rex, tarik napas," suara Astrid kemudian mendominasi ruang makan. Terdengar sangat panik "Jangan tersulut, ini hanya masalah sepele. Calm your self, Rex,"

Tetapi bagai orang tuli Rex malah mengambil pisau makan di sebelah piringnya, kemudian ia dengan begitu enteng menusukkannya pada tangan Ethan yang masih menggenggam tanganku.

The MisshapenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang