Enam Belas

791 5 0
                                    

"Aku kangen banget sama kamu Garam, ahh ahh sshhh.. udah lama kita nggak bercinta.. ah.. ahh.. ah.."

Tubuh gadis itu terus bergerak maju mundur naik turun dipangkuan Garam. Kedua gunungnya memantul-mantul seolah ingin dipuaskan. Seharusnya Garam langsung meraupnya saja. Tapi kenapa dia merasa aneh saat bercinta dengan gadis didepannya. Harusnya ia bahagia, setelah sekian lama tidak bertemu dengan gadis yang ia cintai. Tapi kenapa otaknya dipenuhi oleh Ruby? Bahkan bayangan Loji mencumbui Ruby membuatnya marah. Karena itulah, dia akhirnya menerima ajakan Frisa minum-minun dan berakhir melakukan seks.

"Gar, isep put*ngku ahh.." desah Frisa lalu mendekatkan dua gunungnya ke mulut Garam.

Disodorkan seperti itu Garam langsung menerimanya. Ia menghisap dan meremas gunung Frisa. Namun saat matanya terpejam, ia teringat percintaanya dengan Ruby. Kedua mata Garam langsung terbuka. Ia melepas hisapanya dan hanya meremas kedua gunung Frisa.

"Ahh.. hisap lagi.. sayang.. sshh.. enak banget!" racau Frisa sambil naik turun.

Garam menjilat puncak gunung Frisa dan kedua tangannya meremas benda kenyal itu.

CKLEK

Kedua mata Garam terkejut saat melihat pintu terbuka dan mendapati Ruby yang berdiri dipintu.

"M-ma-a..."

Pintu tertutup dengan pelan.

"Ruby!" cicit Garam lalu melepas penyatuannya dengan Frisa.

"Garam! Kita belum selesai!" pekik Frisa tak terima.

Sementara Garam berjalan cepat menuju kamar mandi, membuka karet dan membuangnya ke tong sampah. Lalu mengambil celana bokser di lemari dan memakainya.

"Garam kita belum selesai!" rengek Frisa diatas ranjang.

Garam tak peduli, dia membuka pintu kamar. Lalu berjalan menuruni tangga, lalu mendapati Ruby yang tertidur disofa.

"Ayo pindah kamar!" titah Garam saat sudah sampai didepan sofa yang Ruby tidur.

Posisi Ruby kini memunggungi Garam. Hal itu membuat Garam tak tahu kalau Ruby tadi menangis saat melihat Garam bercinta dengan Frisa. Rasanya sakit sekali. Pelan-pelan Ruby menyeka air matanya, tak ingin ketahuan Garam kalau ia menangis.

"K-kamu bau s-sp.."

"Bau sp***a apaan! Daritadi gue belum keluar!" kilah Garam kesal, karena memang sejak tadi hanya Frisa yang keluar dan ia belum.

"Nggak mau tidur sama bekas cewek lain!" sahut Ruby tanpa sadar.

Garam memicingkan kedua matanya. "Nggak usah ngambek gitu!" tegur Garam lalu menarik tubuh Ruby dan menggendongnya dengan bridal.

"Nggak mau! Lepasin!" ujar Ruby, namun Garam tak peduli.

"Nggak mau di kamar tadi!"

"Siapa yang mau bawa lo ke kamar tadi?!"

Ternyata Garam membawanya ke kamar utama yang ada di Lantai satu. Garam membuka lalu menutup dan mengunci pintu kamar itu. Lalu merebahkan tubuh Ruby keatas ranjang.

"Sekarang gantian gue mau liat ditubuh lo ada bekas orang nggak?!" ujar Garam.

Ruby mengernyitkan dahinya. "Kamu nuduh aku main sama Pak Loji?" tanyanya.

"Ya siapa tahu? Loji itu bajingan, dia bisa bikin cewek manapun berakhir di ranjang," jawab Garam yang sekarang sudah menarik kaos Ruby.

"Kayak lo gitu kan," gumam Ruby yang lagi-lagi didengar Garam.

"Ngomong apa lo?"

"Hah? E-enggak kok hubby."

Garam menghela napas lega saat melihat tubuh Ruby tak ada cinta sama sekali. Sejak Loji mengajak Ruby jalan tadi dia uring-uringan. Mau melarangpun takut ketahuan. Mau mengintilpun takut dikira menganggu.

CUPP

Garam mengecup kening Ruby sangat lama. Jantung Ruby bertalu-talu, beginikah rasanya jatuh cinta? Tapi kenapa Ruby harus jatuh cinta pada orang yang salah.

"Tidur!" titah Garam melepas kecupannya lalu menarik kaos Ruby kebawah menutupi perut gadis itu.

Ruby mengangguk lalu memejamkan kedua matanya. Garam menarik selimut menutup tubuh Ruby. Lalu berjalan menuju kamar mandi menuntaskan hasratnya yang tadi belum selesai.

CKLEK

Pintu tertutup. Ruby membuka kedua kelopak matanya.

Huh! Harusnya gue kesel dia udah ngeseks sama Frisa! Kenapa gue malah baper dah!

••••

"Garam! Gimana liburannya sayang?"

"Biasa aja Mi," jawab Garam.

"Nggak usah disahutin si nenek lampir itu Gar!" potong Tera, Mama Garam.

Karena yang pertama kali menyapa Garam sejak masuk ke mansion ini memanglah Ibu tirinya, Latifa.

Latifan menatap sinis kearah madunya itu. "Kenapa sih? Emang salah nyapa anak sendiri?" sindirnya.

Tera memutar bola matanya malas. "Udah Gar, nggak usah diladenin tuh si lampir."

Sementara Ruby yang berada disamping Garam hanya bisa diam menatap perang dingin antara istri pertama dan istri simpanan itu.

"Gimana liburannya sama Garam pasti seru ya? Eh siapa nama kamu kemarin?" tanya Latifa yang kini beralih pada Ruby.

"R-ruby, Tante," jawab Ruby dengan gugup.

"Loh, jangan panggil Tante dong. Panggil Mama, saya juga mertua kamu loh," sahut Latifa yang membuat Ruby hanya bisa tersenyum canggung.

Tera menatap kesal kearah Ruby yang malah meladeni Latifa. Makin-makinlah Tera membenci menantunya itu. "Garam, bawa perempuan itu ke kamar!!" titahnya.

Garam mencekal lengan Ruby, lalu menatap Latifa. Sejujurnya dia tidak ingin meladeni Latifa, tapi bagaimanapun wanita itulah yang tercatat dalam catatan negara sebagai Ibu kandung Garam.

"Aku ke kamar dulu Mi!" pamit Garam.

Latifa tersenyum palsu. "Ya, istirahat sayang," ujarnya, sambil memikirkan rencana selanjutnya untuk menjatuhkan Garam. Menurut Latifa, kehadiran Ruby sangat membantu untuk merebut tahta yang dimiliki Garam saat ini.

"Nggak usah sok perhatian sama anakku! Menjijikan!" tegur Tera.

Latifa tersenyum licik. "Kita liat aja, anak siapa yang bisa menjadi pemimpin Kerajaan Gt Grup!"

•••••

"Sini!!"

Baru saja sampai di kamar, Garam sudah memanggil Ruby. Ruby yang masih kesal dengan kejadian semalam menjawab dengan malas. "Apa?"

Setelah peristiwa Garam bercinta dengan sang mantan tercinta, paginya Ruby dan Garam langsung terbang ke Jakarta. Karena memang masa liburan mereka sudah habis.

"Udah sini nggak usah pake nanya!" titah Garam yang sudah duduk di sofa. Perasaan Ruby tidak enak, ia melirik jam dinding yang menunjukkan pukul satu siang. Tidak mungkinkan sesiang ini Garam mau melakukannya?

Ruby bisa memikirkan itu karena ia tahu, Garam akan bersikap normal padanya ketika membutuhkan seks.

"By, ini masih siang," keluh Ruby, sejak tadi pagi Garam memang selalu minta untuk dilayani namun Ruby menolak. Ia masih jijik saat melihat seks antara Garam dan Frisa. Ruby sungguh tak habis pikir Frisa ternyata semurahan itu.

Tanpa menyahut, Garam langsung menarik tubuh Ruby hingga terduduk dipangkuan Garam dengan posisi mengangkang. Ruby menghela napasnya panjang, sungguh dia tidak ingin melakukannya. Dia masih sakit hati mengingat kejadian semalam. Ya, katakanlah Ruby sekarang terjebak perasaan dengan target. Ia pun kesulitan untuk mengaturnya.

"By, Aku nggak mau!" tegas Ruby.

Garam menaikkan alisnya. "Siapa yang ngasih lo pilihan!"

Selanjutnya, seperti biasa Garam melakukannya lagi dengan posisi duduk. Lelaki itu sungguh kecanduan dengan tubuh istrinya.

Jebakan Cinta (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang