dausut (18+)

5.5K 11 0
                                    

Ruby merasakan tubuhnya berat, seperti ada yang menindihnya. Jangan-jangan dia ketindahan hantu lagi. Lalu Ruby mengerjap, merasakan ada sesuatu yang melingkar di perutnya.

Ruby seketika merinding, kedua kelopak matanya terbuka sempurna. Lalu tertegun saat melihat ruangan ini. Tiga puluh detik kemudian, Ruby tersadar dia di kamar Garam.

Dan itu berarti, orang yang kini memeluknya adalah Garam? Ruby langsung membelalakkan kedua matanya. Dengan cepat, dia mendorong tubuh Garam. Namun sialnya, kenapa Garam malah makin erat memeluknya. Ruby makin panik. Tidak mungkinkan, Garam akan memperkosanya? Pikiran itu melayang-layang di otak Ruby.

"Hubby lepasin dong mau berak nih," bohongnya, yang pertama dia harus menyelamatkan dirinnya.

"Jorok banget sih lo!" tak disangka, Garam malah menendang tubuh Ruby hingga terjatuh di lantai.

"Aduh ayang, sakit nih tubuhku. Kenapa di tendang sih!" gerutu Ruby kesal.

"kalau gue nggak lagi nyamar, habis lo asin. Gue patahin tangan sama kaki lo!" batin Ruby.

"Siapa suruh lo jorok," ucap Garam lalu kembali tidur.

Ruby memanfaatkan hal itu untuk berlari ke kamar mandi. Dia harus mencari cara agar bisa keluar dari sini.

tok tok

Bunyi ketukan di pintu kamar Garam. Ini kesempatan Ruby untuk meminta tolong kepada pembantu Garam.

cklek

"Permisi bu, mau antar makanan," ucap pelayan perempuan itu.

"Oh iya, makasih mbak. Boleh minta tolong nggak?" ucap Ruby.

"Boleh Non, kenapa?"

"Eh nggak jadi, biar saya kesana sendiri aja" ujar Ruby, namun langsung dihadang oleh pelayan itu.

"Maaf Non. Non nggak boleh keluar, tuan besar melarang Non Ruby sama den Garam keluar kamar selama satu hari," ujar pelayan itu.

Ruby langsung mendelik, "Ih apaan sih Mbak! Minggir g-" belum sempat menerobos pintu sudah tertutup dan di kunci. Sial, Ruby jadi pusing lagi. Bisa nggak sih dia mundur dari rencana ini? Keluarga Darmawan terlalu membuatnya frustasi.

Ruby langsung meletakan makananya di atas nakas. Lalu meraih ponselnya, bermaksud menghubungi Daye. Namun sial, ponselnya mati. Mana dia nggak bawa charger. Ruby berpikir ingin meminjam charger Garam. Namun Ruby lupa, kalau ponsel Garam bukan ponsel murahan seperti miliknya.

Akhirnya Ruby memilih untuk ke balkon. Siapa tahu dia menemukan ide.

"Sial. Di kunci juga luga. Bisa mati engap gue disini!" geramnya kesal.

Ternyata Ruby salah besar. Keluarga Darmawan sulit diatasi. Pantas saja clientnya rela membayar mahal demi misi ini.

Karena kesal, Ruby akhirnya memilih makanan yang diberikan pelayan tadi. Sepotong sandwich ala makanan bule, dan segelas susu. Ruby langsung memakannya dengan lahap.

Setelah itu, dia memilih tidur lagi. Rumayan, dia bisa istirahat, karena sebelumnya dia pasti kekurangan jam tidur. Ruby mengerjapkan matanya. Sepuluh menit kemudian, Garam mulai kesal. Karena Ruby tiba-tiba bergerak tidak jelas di ranjangnya.

"Apa sih lo? ribet banget!"

"Hubby kok tubuhku panas banget ya" itulah yang dirasakan Ruby sekarang, seperti tadi malam.

Garam melengos, dia memunggungi Ruby dan tidur lagi. Namun Ruby semakin menjadi. Gadis itu bahkan mendinginkan AC yang membuat Garam tidak nyaman.

Garam terbangun, lalu meraih remote Ac. "Lo apaan sih! Nggak usah bikin masalah pagi-pagi"

Cupp

Entah apa yang merasuki Ruby. Dengan lancang, tiba-tiba dia mencium bibir Garam. Bodohnya lagi, Garam malah membalas ciuman itu.

•••••

Garam membodohi dirinya. Kenapa dia terpancing dengan ciuman Ruby. Mana dia sekarang menikmati ciuman ini. Garam jadi heran, ternyata Ruby seagresif ini. Sejenak Garam berpikir, mungkin juga ini bukan pertama kali untuk Ruby. Apalagi Ruby dengan tak tahu dirinya menjebaknya dan mengikutinya. Garam jadi yakin, kalau Ruby ini bukan gadis baik-baik.

"Mendingan gue nikmatin ajalah. Anggep aja dia wanita bayaran. Nggak lebih, toh akhirnya juga gue nikah sama Mina. Jadi ya terima aja ini service, lagian yang nyerahin diri dia kok. Bukan gue!" batin Garam.

Garam langsung menyerang Ruby. Kini tubuh Ruby sudah berada di bawah Garam. Ciuman keduanya makin agresif, kedua lidah mereka saling bertaut. Kini tangan Garam sudah masuk ke dalam kaos milik Ruby.

Garam makin senang saat tahu Ruby tak memakai Bra. Garam makin yakin, kalau Ruby bukan gadis baik-baik. Lagian, kucing dikasih ikan siapa yang nolak.

Garam meremas milik Ruby. Ruby yang hilang kendali langsung meremas rambut Garam. Kewarasannya hilang saat Garam membalas ciumannya. Bahkan Ruby justru ingin lebih dari ini.

Garam melepas ciumanya, lalu beralih ke leher Ruby. Ruby langsung mendesah nikmat. Garam yang tak sabar lalu menarik kaos Ruby ke atas. Garam baru tersadar kalau Ruby memakai kaosnya. Garam melempar kaos miliknya, lalu terpampanglah milik Ruby yang tak terlalu besar itu, namun cukup dengan kedua tangannya. Garam langsung menangkupnya, yang satunya ia remas dan yang satunya ia mainkan dengan mulutnya.

"Aahh..." Ruby tak bisa lagi menahan desahanya. Hal itu membuat Garam semakin bergairah.

Di bantu Ruby, dia melepaskan kaos yang ia pakai. Setelah itu, Garam melepas celana pendek Ruby. Karena sudah terbawa nafsu, Ruby hanya mengikutinya saja.

Garam langsung bermain dimilik Ruby dengan lidah dan jarinya membuat Ruby mendesah nikmat. Ruby terus saja meremas rambut Garam.

"Ahh Garam, Aku mau pipis," desahnya.

Garam mengabaikanya, dia melepas celananya, lalu terpampanglah milik Garam. Ruby langsung setengah sadar dari kenimatannya.

"Ini nggak bener" batinnya, dia langsung menahan dada Garam.

"Udah Garam, berhenti sampai sini!" larangnya.

"Gue nggak peduli!" ucap Garam lalu membungkam mulut Ruby dengan ciuman.

Dengan kasar, Garam memasuki milik Ruby. Garam makin kesal karena susah sekali menerobos milik Ruby, padahal Ruby kan sudah pernah melakukannya berkali-kali. Sampai Ruby mencakar punggung Garam, Garam melepas ciumannya.

"Sakit bodoh!"

"Sakit banget Garam!" ucap Ruby sampai menangis.

Padahal milik Garam belum masuk sepenuhnya namun Ruby malah menangis. Atau jangan-jangan Ruby hanya akting. Garam semakin menekan miliknya, namun tangisan Ruby makin kencang. Garam lalu merasa aneh, lalu melihat milik Ruby yang mengeluarkan darah.

"L-lo? m- masih p-perawan?" tanya Garam.

Ruby mengangguk sambil menangis kencang. Entah menangisi rasa sakitnya atau karena keperawananya yang hilang. Garam langsung menarik miliknya. Dia langsung menghapus air mata Ruby mencoba menenangkannya. Sekali lagi, ini hanya rasa kemanusiaan saja.

"Masih sakit?" tanya Garam, Ruby mengangguk.

"Maaf, gue kelepasan," ujar Garam, lalu menyelimuti tubuh Ruby. Dia tidak mungkin memaksa Ruby. Ini pertama kalinya untuk Ruby. Tapi dia merenggutnya tanpa ijin.

"Udah terlanjur," jawab Ruby pasrah.

Lagian, Dia dan Garam menikah sah secara agama. Kalaupun nanti selesai, itu sudah resiko yang ia tanggung, yang terpenting dia tidak kumpul kebo.

••••

Next => Komen + Vote yang banyak yaaaaa

Jebakan Cinta (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang