Lima Belas

806 7 1
                                    

"Kemampuan lo menurun Gar," ujar Frisa.

Frisa dan Garam selesai melakukan surfing. Keduanya membawa papan masing-masing. Sambil berjalan, mereka berdua mengobrol tentang beberapa hal. Namun Frisa lebih suka membawa obrolan mereka kemasa lalu dimana mereka saling mencintai saat itu.

"Gue udah lama nggak surfing, sibuk urus bisnis," jawab Garam.

Ketiga sahabat itu suatu kuliah memang pencinta alam. Selain naik gunung, ketiganya juga suka olahraga air, snorkling, surfing dan diving. Karena itu juga, Garam semakin menggilai Frisa. Karena mencari cewek yang mau diajak olahraga alam sangat susah. Dan Frisa adalah gadis yang tidak pernah bawel dan manja saat diajak olahraga. Keduanya sangat cocok dalam hal obrolan maupun kesukaan.

"Gue kadang me time sendiri ke pantai sih," jawab Frisa.

"Oh ya, gue malah nggak ada waktu."

"Lihat mereka berdua deh, cocok banget tau!" ujar Frisa sambil menunjuk kearah Loji dan Ruby yang sedang mengobrol sambil tertawa itu.

Garam mengikuti arah telunjuk Frisa. Dadanya tiba-tiba memanas saat melihat Ruby tertawa dengan Loji.

Anjing gue kenapa? Sadar Garam, Frisa ada disamping lo! Liat Frisa!

Garam menatap Frisa, ia mencoba menyingkirkan bayangan Ruby dalam otak dan hatinya. Namun saat melihat Frisa tersenyum, ia juga tersenyum. Bersyukur karena ternyata sosok Frisa masih menyita perhatiannya. Mungkin tadi dia cuma khilaf.

"Ayo kesana!" pekik Frisa sambil menarik lengan Garam. Keduanya berlari menuju tempat Loji dan Ruby.

"Seru banget kalian ngobrolnya!" pekik Frisa.

Atensi Loji dan Ruby langsung beralih pada dua orang yang selesai bermain surfing itu. Namun padangan Ruby tak sengaja bertemu dengan tangan Frisa yang merangkul lengan Garam.

Kenapa hati gue nyeri banget?

Garam melepaskan tangan Frisa guna meletakkan papan surfing dikursi samping. Setelah meletakkan papan miliknya, Garam mengambil papan Frisa dan meletakkanya ditempat yang sama dengan papannya.

Frisa tersenyum lebar. "Terimakasih," ujarnya senang.

Loji tersenyum jail. "Ciye bau-bau balikan nih ye," goda Loji.

Ruby mendadak melunturkan senyumnya. Apalagi saat melihat Garam juga tersenyum membuatnya kesal bukan main. Sial sekali dirinya ini, ia rasa misinya sudah gagal kali ini. Bisa-bisanya dia terjebak perasaan pada target.

"Apaan sih Ji. Justru lo tuh sama Ruby, kalian keliatan cocok banget."

Apaan sih nih cewek jodoh-jodohin gue sama Loji? Ngeseli banget! batin Ruby dalam hati. Meskipun kesal ia harus tetap tersenyum.

"Wah iya, lo peka juga ternyata By. Nanti malam gue juga udah janjian mau ngajak Ruby jalan bareng," sahut Loji dengan senang.

Garam mengepalkan kedua tangannya. Jika tadi Ruby yang kesal, kini gantian Garam yang kesal. Dadanya memanas, ingin sekali dia mengumpat namun ia harus menahannya. Selain menahan amarah, Garam juga harus memberi perisai pada dirinya sendiri agar tak terjebak perasaan dengan gadis antah berantah seperti Ruby.

"Ekhem, pulang dari Bali peresmian nih pasti!" sindir Frisa.

Ruby hanya tersenyum tipis tak ingin menanggapi. Sebaliknya dia mencuri pandang ke Garam yang terlihat biasa saja. Nyeri sekali hatinya, mulai detik ini Ruby berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia tidak akan terbawa perasaan lagi dengan target.

Lo harus profesional Yuby!!!

"Justru kalian sebelum pulang dari Bali harus balikan!" timpal Loji, dia adalah orang yang paling berharap kedua sahabatnya itu bersatu kembali.

•••••

"Lo serius belum pernah ke Bali sama sekali?" tanya Loji.

Ia dan Ruby benar-benar merealisasikan rencana jalan malam mereka. Selain karena gabut, Ruby juga ingin melaksanakan misi-misinya. Lalu sekarang mereka berdua sedang jalan-jalan sepanjang pertokoan untuk membeli oleh-oleh. Bukan untuk Ruby, namun Loji yang katanya mendapat titipan dari Mamanya.

"Ngomong-ngomong anda kenal sama Bos Garam dan Mbak Frisa sejak kapan?" tanya Ruby.

Berenang sambil minum air. Begitulah prinsipnya sekarang.

"Kalau gue sama Frisa sih pas awal masuk kuliah, kalau sama Garam udah dari kecil sih, soalnya bokapnya temenan sama bokap gue," jelas Loji.

"Korek lagi lebih jauh By!"

Itu suara Daye, sejak perjalanan tadi Ruby menghidupkan airpod yang menyambung ke panggilan Ruby dan Daye. Ruby menyembunyikan ponselnya di-slingbag tanpa membuat Loji curiga sama sekali.

"Kok bisa betah sih kamu sama Bos garam yang jutek sama suka nyinyir itu," pancing Ruby.

Loji tertawa. "Iya, emang gitu si Garam tuh, dia suka nyinyir sama siapapun kecuali sama Frisa."

Frisa frisa lagi!

"Tapi kok kamu bisa betah, saya aja nggak betah sama dia. Kalau cari kerja gampang, saya pasti pindah."

"Yaudah jadi sekertaris gue aja," timpal Loji sambil mengerlingkan mata kanannya yang membuat Ruby sedikit terkejut.

"Err... nanti saya pikir-pikir dulu deh," bukan godaan yang Ruby tapi sebuah info, tapi Loji malah terlihat genit padanya.

"Ciye, sikat aja By"

"Gue siap nampung lo kalau keluar dari GT grup."

"Ciye ditampung nggak tuh!"

Kalau saja disampingnya tidak ada Loji, Ruby pasti sudah mengumpati Daye habis-habisan.

"Sebenarnya saya tuh cape banget ngadepin Bos Garam, Ji. Dia marah-marah mulu tau, barangkali kamu punya tips buat ngadepin singa kayak dia."

Loji terkekeh. "Gue mah udah pasrah sama kelakuan Garam. Orang yang bisa bikin Garam luluh itu cuma Frisa."

Ruby menelan ludahnya, mendengar nama Frisa saja rasanya hatinya nyeri.

"Dan lagi, Garam itu paling takut sama Maminya," sahut Loji yang langsung membuat Ruby tersenyum.

Ini yang gue tunggu.

"Lo udah pernah kerumahnya kan?" tanya Loji memastikan.

Ruby mengangguk ragu. "Iya," bohongnya.

"Garam itu sayang banget sama Tante Tera, dia bakal lakuin apapun buat tante Tera," jelas Loji yang tak sedikitpun curiga dengan Ruby. Loji juga heran sendiri kenapa bisa cerita masalah pribadi Garam pada orang yang baru ia kenal.

"Memang keliatan banget sih waktu saya datang kerumahnya," sahut Ruby.

"Iya kan? Tapi ini rahasia kita loh, jangan sebarin ke karyawan lain.  Udah yuk ayo balik, udah tengah malem," Rubypun mengangguk.

Keduanya lalu berjalan menuju tempat parkir mobil Loji. Setelah sampai mereka masuk kedalam mobil. Loji melajukan mobilnya membelah jalanan yang masih ramai ini. Perjalanan diisi dengan keheningan karena Ruby yang sangat lelah.

Tiga puluh menit kemudian. Mobil Loji sampai didepan gerbang Villa Garam.

"Makasih ya Ji udah ngajak jalan," ujar Ruby.

Loji tersenyum. "Ya, besok kita gantian kulineran," usul Loji yang dijawab dengan acungan jempol Ruby.

"Gue pulang dulu!"

Ruby melambaikan tangan pada mobil Loji yang melenggang jauh. Ruby menatap pos satpam yang sepi, dia merasa aneh. Tak biasanya satpam itu tak ada. Akhirnya dengan inisiatifnya dia membuka gerbang sendiri. Untung tidak dikunci, ia lalu berjalan menuju pos satpam, ternyata satpamnya tidur.

Ruby mengendikkan bahunya lalu berjalan masuk kedalam Villa. Dia melepas sepatunya asal lalu berjalan menuju kamarnya dan kamar Garam.

CKLEK

Pintu sedikit terbuka. Kedua mata Ruby bersibobrok dengan kedua mata Garam yang membola. Tubuh Ruby serasa lemas saat melihat seorang perempuan sedang berada diatas tubuh Garam.

"M-ma-a..." cicit Ruby dengan gugup lalu menutup pintu itu dengan pelan lalu dengan sekuat tenaga berjalan menuju ruang tamu.

Jebakan Cinta (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang