Dua Puluh

724 15 0
                                    

"Kita mau kemana by?" tanya Ruby saat mobil Garam memasuki area parkir restoran.

"Bukan urusan lo!" ketus Garam lalu turun dari mobil. Dengan kesal Ruby turun dari mobil mengikuti Garam.

"Hubby tungguin!" Ruby berjalan cepat menyusul Garam. Sementara suaminya tidak menggubris Ruby sama sekali.

"Tunggu disini, gue mau ketemu client!" ujar Garam pada Ruby yang kini sudah duduk di meja restoran.

Setelah itu Garam meninggalkan Ruby dan berjalan menuju meja yang sudah ada sekertarisnya. Sementara Ruby, perempuan itu langsung membuka menu. Kedua bola matanya memindai dengan teliti makanan yang ia pilih, sambil sesekali mengucapkan menu yang ia pilih pada pelayan yang ada didepannya.

"Baik saya bacakan lagi pesannanya ya Bu. Lobster saus mentega, Jus Jeruk, Air mineral, cheescake, nasi putih, tumis kangkung, cumi saus telur, dan kepiting saus padang. Apa ada tambahan?" tanya pelayan perempuan itu.

Ruby menggeleng. "Nggak mbak itu aja," jawabnya lalu pelayan itupun meninggalkan Ruby sendiri.

"Kapan lagi makan enak gratis," gumamnya lalu membuka ponsel. Ia akan mengirim pesan pada Aron.

to Aron
[Ron, si Garam lagi rapat sama client, tapi gue nggak tahu dia ngomong apa. Karena gue duduk agak jauh dari dia.]

from Aron
[Lo perhatiin aja, ponselnya ditaruh dimana?"

to Aron
[Diatas meja]

from Aron
[Besok-besok lo pasang perekam suara dijas biar nggak ketahuan. Gue nggak bisa sadap karena takut ketahuan ponselnya gue retas, kalau sampai dia tahu ponselnya mencet-mencet sendiri. Bisa abis kita."

"Loh, Ruby lo disini?" Ruby terkejut melihat sosok Loji yang berdiri didepannya. Dengan cepat dia mematikan ponselnya sebelum ketahuan Loji.

"E-eh Kak Loji ngapain disini?" sapa Ruby basa-basi.

"Gue boleh duduk?" tanya Loji dan Ruby mengangguk.

"Lo nemenin Garam?" tanya Loji yang membuat Ruby terkejut. Darimana lelaki didepannya ini tahu kalau dia datang bersama Garam. Ingin menjawab tapi takut salah dan dimarahi Garam.

Sementara Loji memindai penampilan Ruby dari atas sampai bawah. Keningnya mengernyit, tidak seperti sekertaris pada umumnya yang memakai pakaian formal. Justru Ruby malah memakai dress floral berwarna putih dengan lengan pendek yang membuat Loji semakin terpesona dengan kecantikan Ruby. Menurutnya, Ruby sangat cantik. Kulitnya putih, hidungnya mancung, matanya lebar dan bibirnya pink alami. Siapa laki-laki yang bisa menolak pesona Ruby? Loji memang sudah terbiasa bertemu dengan perempuan cantik. Bahkan yang lebih cantik dari Ruby juga ada, Frisa contohnya. Namun entah kenapa magnet Ruby menariknya sangat kuat.

"I-iya P-eh Loji," kedatangan Loji diluar dugaan, apalagi Ruby baru sadar kalau penampilannya sekarang sangat tidak cocok jika disebut penampilan sekertaris.

Haruskah Ruby menelpon Garam saja? Tapi sayangnya Ruby tidak punya nomor Garam. Ia baru sadar, seminggu lebih menjadi istri Garam, nyatanya ia tidak sedekat itu dengan suami palsunya.

"Iya, gue sebenarnya ikutan meeting sama Garam, tapi udah ada sekertaris gue sih. Jadi gue tinggal aja deh nemenin lo," ujar Loji yang kini tersenyum pada Ruby.

Meskipun Loji tidak menampik, ia merasa curiga dengan hubungan Ruby dan Garam. Seharusnya saat di Bali, Loji tidak harus percaya begitu saja pada Garam. Logikanya, mana ada sekertaris liburan berdua dengan bosnya tanpa ada sesuatu diantara mereka.

"Lo nggak nemenin Garam?" tanya Loji yang membuat Ruby bingung harus menjawab apa. Pasalnya ia takut salah bicara dan dimarahi Garam. Ruby takut jika terjadi salah paham dan menganggu misinya.

"I-itu s-say-"

"Ngapain lo disini?!" sela Garam.

Ruby bernapas lega, untung Garam tiba-tiba datang disaat Loji mendadak seperti menginterogasinya.

"Janjian meeting, malah disini bukannya ikut!" sindir Garam yang membuat Loji tertawa.

"Ada sekertaris gue kali Haha. Nggak usah lebay deh!" kilah Loji.

Garam menautkan kedua alisnya. Ia juga menatap tajam kearah Ruby, tiba-tiba dadanya memanas saat sekertaris Loji tadi mengatakan ternyata Loji duduk dibelakangnya bersama seorang perempuan. Tentu saja Garam langsung menoleh ke belakang, dan betapa terkejut dirinya saat melihat Loji sudah duduk ditempat Ruby.

"Ayo kesana! Jangan bikin client kita marah!" ujar Garam yang membuat Loji kesal. Padahal dia masih ingin bersama Ruby. Tapi Garam sangat menyebalkan malah membawanya ke meja meeting.

"Ya deh! Ngeselin banget lo Gar!" gerutu Loji namun tetap beranjak dari kursinya.

"Gue cabut dulu ya By. Nanti kalau selesai kita lanjut ngobrolnya," ujar Loji sambil tersdnyum yang membuat jantung Garam bergemuruh. Ingin sekali menendang pantat sahabatnya ini.

"Buruan!"

••••

Garam tersenyum sinis saat ia bisa membawa kabur Ruby dari Loji. Setelah mendengar Loji ingin mengajak Ruby mengobrol. Tentu saja Garam tidak diam saja. Laki-laki itu langsung menyuruh sopirnya menghampiri Ruby untuk segera masuk kedalam mobil. Setelah meeting selesai, Garam bergegas meninggalkan Loji yang sedang mengomel sendirian.

Dan sekarang, mobil Garam sudah berhenti di basement. Ruby mengernyitkan dahi dan menatap Garam. "Kita ngapain kesini Bi?" tanya Ruby.

Namun Garam tak menjawab lalu memilih turun dari mobil. Ruby awalnya ingin menolak, tapi karena tugasnya menempeli Garam. Ia terpaksa turun dan berjalan mendekat ke Garam.

"Ikut gue!" titah Garam yang kini sudah menyeret Ruby masuk kedalam lift.

"Kita nggak pulang ke rumah Bi?" tanya Ruby.

"Bacot banget sih lo? Bisa diam nggak!" bentak Garam.

Amarahnya selalu tersulut kalau ingat Loji dan Ruby di restoran tadi. Hingga beberapa menit kemudian lift berhenti. Garam menarik kasar lengan Ruby menuju unit apartemennya. Ia menekan password lalu mendorong Ruby masuk kedalam dan mengunci pintunya. Sampai di ruang tengah Garam langsung menatap kesal ke Ruby.

"Buka baju lo sendiri atau gue yang bukain?!" titah Garam yang membuat Ruby terkejut.

"Hah? Maksudnya apa Bii?" jawab Ruby yang panik saat Garam melepas jasnya dan melemparnya asal.

Ruby ketar-ketir, mana dia tidak membawa parfum yang diberikan Daye lagi. Sialan dia malah terjebak Garam lagi. Ruby makin gelagapan saat Garam sudah bertelanjang dada.

"Lo buka sendiri atau gue robek baju lo biar telanjang seharian!" sungut Garam yang membuat Ruby ketakutan lalu dengan cepat membuka dressnya.

Tak butuh waktu lama, keduanya kini sudah telanjang bulat dengan posisi tubuh berdiri saling berhadapan. Ruby sampai malu rasanya meskipun mereka sudah beberapa kali melakukan seks.

"Salah lo deket-deket Loji!" sungut Garam lalu menarik tengkuk Ruby dan menyerang bibir istrinya.

Ruby mendelik dengan perlakuan Garam. Apalagi tubuh kulit telanjang mereka yang saling bersentuhan membuatnya meremang. Ruby masih membatu dengan perlakuan Garam. Sampai Garam meremas dua bukitnha barulah ia agak sadar dengan perlakuan Garam.

Jebakan Cinta (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang