"Yaelah ini mah gampang loh?"
Perkataan itu sukses membuat semua teman-temannya menatapnya dengan sinis.
"Gampang gampang, lo aja ga ngerjain." Balas Clarissa Tamara, gadis yang tingginya mencapai 172 cm itu adalah gadis yang selalu menunjukkan respon jujurnya terhadap apapun di kejadian depannya dan bermulut pedas.
"Karena gue males aja. Kalau rajin mah udah selesai gue."
Gadis lainnya menoyor kepalanya.
"Gue pengen jambak lo deh." Tambah Elfira Natasya, gadis paling senang bermain tangan pada orang-orang di sekitarnya. Apalagi saat gadis itu sedang tertawa, pasti semua orang akan memilih menghindar."Udah-udah. Sekarang cepetan catat semuanya bego. Ntar keburu kelasnya dimulai." Ujar Candice Glowver, gadis berkacamata yang terkenal sebagai ketua cheerleader di SMA ini.
Akhirnya mereka memutuskan untuk fokus mencatat semua rumus-rumus yang bisa membuat orang muntah bahkan hanya mendengarnya. Iya pelajaran Fisika. Pelajaran yang paling dibenci Valeria. Bahkan untuk melihat materinya dia sudah alergi.
Setelah selesai Valeria menutup bukunya dan pergi ke toilet karena dia sudah menahannya sejak tadi agar pr nya segera selesai.
"Nanti jangan langsung pulang ya, temenin aku ke beauty store, skincare aku udah habis soalnya."
Matanya menangkap dua sejoli yang sedang berjalan ke arah yang sama dengannya. Entah mengapa Valeria reflek menyembunyikan dirinya di balik tembok.
"Ga bisa, ntar ada latihan basket."
Mimik wajah gadis itu menjadi masam dan mengkerut.
"Sebentar aja. Habis itu baru latihan, ya?"
"Ga bisa."
"Aku minta temenin mama kamu aja deh."
Lelaki itu mengacak rambutnya frustasi.
"Oke gue ikut lo."
Gadis itu menampilkan senyum kemenangannya dan berlalu pergi meninggalkan lelaki yang kini bersandar di tembok.
Ketika itu juga Valeria berakting senatural mungkin keluar dari balik tembok seolah baru saja naik ke lantai ini, kebetulan pula tangga berada di balik tembok ini.
Dia berjalan melewati lelaki yang tampak kesal itu. Valeria tidak bisa menahan matanya untuk tidak melirik lelaki itu dan berkesempatan melihat name tag-nya.
Riyan Gerrard
Valeria berteriak dalam hatinya setelah melihat nama panjang lelaki yang berhasil mencuri perhatiannya beberapa hari lalu. Dia tidak pernah membayangkan akan bertemu lagi dengan lelaki itu di sekolah yang luas ini. Artinya takdir berpihak kepadanya.
Saat dia mengetahui nama lelaki itu, dia merasa dunianya berputar. Nama itu membawa berbagai emosi yang berkobar di dalam dirinya. Ada kegembiraan, kekaguman, dan sedikit kecemasan. Sekarang, nama itu bukan lagi sekadar seutas kata, tetapi memiliki makna yang mendalam baginya. Dia merenungkan setiap huruf, setiap suku kata, dan setiap konsonan, seolah-olah itu adalah kunci untuk memahami hatinya sendiri.
Tiba-tiba, segala sesuatu terasa lebih hidup dan berwarna.
Gadis itu menyadari bahwa perjalanan cinta ini baru saja dimulai, dan dia siap menghadapinya dengan hati yang penuh harapan dan keberanian walaupun sedikit.*---*
"Oh iya gue mau kumpul bentar sama anak cheers dulu ya. Lo pada tungguin gue, awas ya ninggalin! Cuma bentar kok"
Walaupun dia adalah ketua cheerleader, nyatanya Candice adalah gadis penakut yang tidak bisa sendiri kemana-mana. Bahkan untuk ke toilet saja dia akan minta untuk ditemani.
KAMU SEDANG MEMBACA
First Sight, First Feeling
Teen FictionPertemuan kala itu, Riyan Gerrard Wijaya, lelaki bertubuh tegap dan tinggi itu adalah seorang kapten basket yang mempunyai paras yang diidam-idamkan oleh kaum hawa. Wajahnya sedikit judes padahal dia sangat ramah walau hanya dengan teman sekitarnya...