TEN

0 0 0
                                    

Riyan menutup pintu apartemen itu setelah meletakkan sampah kardus di depan pintu yang akan diambil oleh petugas kebersihan seperti kata Valeria. Sudah terhitung 5 hari ia berada di sini. Menumpang tidur di apartemen gadis yang tidak ia kenali. Entah bagaimana semua ini bisa terjadi. Nyatanya ia tidak menyesal telah sampai pada hari ini. Ia bangga dengan dirinya sendiri atas apa yang telah terjadi, bertahun-tahun ia menahannya walaupun tidak sesuai rencananya yang ingin bertahan sedikit lebih lama, ia tetap menerima apapun itu yang telah terjadi. Nerakanya yang menjadi perangkap hidupnya selama ini akhirnya terlepas walaupun ja yakin tidak semuanya.

Ting tong ting tong

Suara bel pintu berbunyi membuat Riyan langsung membuka pintu karena ia berpikir itu adalah Valeria yang berbalik, mungkin ada barang yang tertinggal.

Namun, perkiraannya salah. Saat pintu terbuka terlihat dua lelaki berdiri menyambutnya dengan ekspresi wajah yang sulit diartikan. Satu lelaki tua berambut putih dan satu lagi lelaki dewasa berambut hitam.

"Kakek?"

Riyan memundurkan langkahnya kala lelaki tua yang ia panggil dengan sebutan 'kakek' itu menerobos masuk dan duduk di sofa ruang tengah diikuti lelaki lainnya.

Pintu tertutup.

"Kakek tau dari mana?"

"Satu minggu kamu pergi tanpa mengabari kakek."

"Kamu kan bisa tinggal dengan kakek."

"Rumah kakek selalu terbuka untuk kamu."

Jelasnya yang membuat Riyan diam dan bingung harus membalas apa.

"Kakek ke rumah papa?"

Kakek itu berdehem.

"Iya, mereka bilang kamu menginap di rumah Figo. Tetapi, kakek tidak percaya. Kakek meminta bantuan Kale untuk mencarimu."

Kale adalah lelaki di samping kakek itu. Lelaki berusia 41 tahun itu adalah tangan kanan kakek. Kale bekerja sejak berusia 18 tahun bahkan sekolah dan kuliahnya di biayai oleh kakek.

Kakek menghela napas. Ia lelah dengan cucunya yang suka bertindak sendiri tanpa mau melibatkannya lebih jauh. Jika bukan karena Riyan, ia sudah lama menghancurkan Hendra dan peliharaannya itu.

"Sekarang kamu ke rumah kakek."

"Tapi-"

"Biarkan kali ini kakek ikut campur. Selama ini kakek selalu diam karena permintaan kamu."

Riyan mengatupkan mulutnya kala ucapan itu keluar dari mulut kakeknya.

"Aku akan ikut kakek, tapi besok, biarin aku pamit dulu dengan pemilik apartemen ini."

Kakek mengangguk.

"Kakek pulang."

Riyan membuka pintu dan menunggu kakeknya hilang dari pandangannya. Setelah itu, ia bergegas ke dalam kamarnya dan mulai membereskan beberapa pakaian yang sempat ia bawa. Ia memijat pelipisnya sebentar sebelum benar-benar tertidur pulas ke alam mimpinya.

*---*

Valeria mendaratkan bokongnya di atas sofa miliknya. Ia memperhatikan Riyan sibuk memasak di dapur. Hari ini adalah hari sabtu, artinya mereka tidak sekolah. Sebenarnya ia ada janji dengan Arvin, tetapi hatinya membawanya ke sini untuk mampir sekadar bertemu dengan lelaki yang menempati hatinya.

Ia memperhatikan Riyan yang sedang membawa hasil masakannya ke hadapan dirinya.

"Nanti sore gue pulang."

First Sight, First FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang