Chapter 22 🌿

3.4K 674 25
                                    

akhirnya bisa up lagi 🤧

◆◆◆

Malam ini, setelah kunjungan Arzeon dan Levina. Archel dibuat melangkah santai menuju kamarnya dengan kepala tertunduk, membawa boneka dinosaurus itu ke dalam pelukan hangatnya sambil tersenyum kecil.

Hari ini sungguh menyenangkan, mengobrol dengan Arzeon dan Levina benar-benar membuatnya nyaman. Ingin sekali Archel lebih dekat dengan mereka. Namun sayangnya, mereka hanyalah tokoh figuran di cerita ini.

"Tidak apa, setidaknya hari ini aku sudah bersenang-senang. Karena besok, aku harus kembali berjuang untuk merusak alurnya." Batinnya santai, sambil menatap percaya diri kearah depan.

Klik!

Pintu otomatis di kamarnya langsung terbuka lebar, Archel segera berjalan masuk dengan riang sambil sesekali memainkan bonekanya.

Hingga iris hijau itu dibuat membulat sempurna, oleh keberadaan seorang pria yang sudah duduk disana sambil memunggunginya.

Tubuh Archel kembali bergetar, bahkan boneka yang semula dia peluk kini jatuh bebas menghantam lantai marmer yang dingin.

"D-daddy?" Panggilnya pelan.

Artem menoleh sekilas, sebelum akhirnya membalikkan seluruh badan untuk menatap Archel disana.

"Archel, duduklah." Titahnya pelan, dengan nada yang melembut.

"K-kenapa, kenapa aku sulit sekali mengontrol diriku jika bersamanya?!" Batin Archel frustasi, rasa trauma itu akhirnya kambuh kembali.

Sosok Artem, sungguh mengingatkannya dengan sang Ayah dulu. Hubungannya yang begitu buruk, membuatnya takut bahkan selalu tidak nyaman jika bertemu.

"K-kenapa Daddy ada disini? Apa Archel sudah berbuat salah?" Tanyanya ragu.

Artem langsung beranjak dari kursi, menghampiri Archel yang terus menunduk bahkan tidak berani untuk sekedar menatapnya sama sekali.

Namun Archel disana melangkah mundur dengan perlahan. Berusaha untuk menjauh disaat Artem terus mencoba mendekat.

"Archel, Archellio." Panggilnya terus.

Archel hanya terdiam, tangan mungilnya meremas kuat celana Piyama dibawah sana. Berusaha mati-matian untuk melawan rasa takutnya.

"Archel, Daddy ingin bicara denganmu." Artem berlutut, menyamakan tingginya dengan si bungsu. Kemudian tangan besarnya terulur, menarik pelan dagu itu agar bersitatap langsung dengan netra birunya.

"Lepas!" Archel menepis kasar tangan besar Artem. Entah keberanian dari mana, dia tiba-tiba reflek melakukannya.

"Jangan dekat-dekat." Lanjutnya. Archel bergerak mundur, namun Artem dengan segera menarik tangannya yang hampir menjauh.

"Kenapa?"

Archel langsung menatap nyalang wajah dingin Artem. "Bisa-bisanya dia bertanya begitu, setelah semua perlakuannya selama ini!" Batinnya kesal.

Sementara itu, Artem disana melirik teliti netra hijaunya. Mata yang tengah menyorot tajam, penuh kebencian dan juga kesedihan, di waktu yang bersamaan.

"Itu karena Daddy membenciku!" Jawab Archel lantang, kemudian memutar tubuhnya untuk pergi dari kamar, namun Artem kembali menahan dengan menariknya mendekat.

"Archel."

Archel yang sedang berada diambang emosi, matanya mulai berkaca-kaca. Dia akhirnya langsung meledakkan amarahnya di hadapan sang Daddy.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ARCHELLIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang