TERPAKSA MENERIMA

564 25 3
                                    

"Kalau menurut Buya itu yang terbaik, insya Allah Fadhlan terima," suara yang memecah keheningan ruang keluarga di rumah Ibrahim Hidayatullah dan segera disambut senyum dua manusia yang paling disayangi Fadhlan.

Buya dan Umma-nya sama-sama melafadzkan hamdalah karena putranya tidak mempersulit perjodohan ini.

Fadhlan Zikri Haimzan sebetulnya tidak terlalu yakin dengan jawabannya barusan. Kedua orang tuanya memintanya menikahi seorang wanita yang sama sekali belum ditemuinya. Namanya Gendis Danastri.

Seorang gadis yang kurang beruntung tapi dinilai solehah oleh kedua orang tuanya. Gendis, usianya masih tujuh belas tahun. Dia baru saja lulus Sekolah Menengah Atas dan saat ini ayah sebagai keluarga satu-satunya yang dimilikinya di kampung, baru saja meninggal dunia seminggu yang lalu. Ibunya Gendis sudah meninggal sejak usianya masih lima tahun karena gagal ginjal. Gendis tinggal sebatang kara.

Sebetulnya, kesulitan hidup Gendis bukan karena menjadi yatim piatu.

Gendis sendiri sudah menjadi tulang punggung keluarga sejak ayahnya tidak lagi bisa bekerja tiga tahun yang lalu karena stroke. Selama ini dia membantu di rumah neneknya Fadhlan untuk bersih-bersih dan kalau libur sekolah, ikut bantu-bantu di sawah mereka. Sikapnya yang all out saat membantu, tidak suka bergosip, jujur, disiplin, penyayang dan perhatian pada orang tua yang mempengaruhi nenek Fadhlan bicara pada orang tua Fadhlan tentangnya.

Tati, nenek Fadhlan memperkenalkan Gendis pada Ibra dan istrinya Qomariah ketika mereka mudik. Qomariah menyukai gadis itu, apalagi setelah ingat tentang siapa Gendis. Anak tetangganya yang dulu kecil sering digendong-gendong olehnya. Hal lain yang menarik untuk Qomariah, karena Gendis selalu menjaga agamanya dan apapun alasannya tak pernah menunda selalu solat di awal waktu. Hingga tercetuslah ide menikahkan Gendis dengan Fadhlan ketika ayah Gendis baru meninggal.

Ada sebetulnya keinginan untuk menolak dalam diri Fadhlan. Tapi dia tidak pernah lupa kalau pernah berjanji pada orang tuanya akan menikahi siapa saja yang mereka pilihkan untuknya karena dia tidak mau pacaran.

Dulu sih Fadhlan sangat yakin sekali dengan keinginannya ini sebelum dia bertemu dengan Tamara. Adik tingkatnya di fakultas kedokteran yang kali ini sedang menjalani Koas di tempatnya bekerja. Fadhlan sudah berprofesi sebagai dokter umum.

"Jadi, mas Fadhlan akan menikah dengan gadis kampung itu?"

"Gendis namanya, Ta."

"Ya sebodo amatlah, mau Gendis, kendi, kendil! Mana aku peduli!"

Ragu ketika melihat kemarahan Tamara. tapi akhirnya Fadhlan memilih mengangguk'.

"Maaf. Mas tidak punya keberanian untuk menolak keinginan kedua orang tua Mas, Ta."

"Lalu hubungan kita selama ini gimana Mas? Katanya Mas Fadhlan sayang sama aku. Tapi kenapa mau dijodohin?"

Sulit untuk Fadhlan menjawabnya. Dia juga inginnya sih menolak. Tapi bagaimana?

"Bukannya kamu tidak mau menikah dalam waktu dekat?" makanya, Fadhlan yang mengingat kalau Tamara ingin sekali mengejar karirnya sampai dia bisa melanjutkan ke tingkat spesialis baru menikah.

Ini juga yang menjadi pertimbangan Fadhlan mengambil keputusan untuk setuju. Tamara belum bisa menikah cepat sedangkan kedua orang tuanya ingin Fadhlan menikah lebih dulu sebelum dia pindah ke Jepang dan mengambil beasiswa spesialisnya. Menurut mereka, akan lebih aman jika Fadhlan sudah menikah. Selain ada yang mengurus kebutuhannya nanti, Fadhlan juga tidak perlu khawatir akan tergoda dengan wanita-wanita yang hanya menginginkan hubungan sesaat dan belum tentu bisa diajak serius untuk menikah.

Sedangkan Tamara, dia ingin mengambil spesialis di Jerman. Dia tak suka Jepang. Lagian, masih tahun depan. Ini tidak sesuai dengan keinginan kedua orang tuanya.

"Memang tidak bisa mengatakan pada mereka kalau di zaman modern seperti ini banyak orang yang menikah usianya yang sudah hampir kepala empat. Mas Fadhlan seharusnya lebih berani dong!"

"Maaf, Mas tidak berani menolak keinginan orang tua Mas."

"Hah, gimana sih? Masa sudah dewasa masih seperti anak ingusan? Ya sudah kalau memang maunya seperti itu! Kita putus! Karena karir saya juga lebih penting daripada pernikahan! Saya tidak bisa menikah sekarang dan dianggap gak punya karir, terus jadi babu di rumah mertua! Saya mau jadi wanita yang mandiri, Mas!"

(Bersambung)

Cast:

1. Fadhlan

 Fadhlan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

2. Tamara

 Tamara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Istriku Semanis Kopi SusuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang