GAK BOLEH!

214 15 3
                                    

Selama mereka berumah tangga, tidak pernah ada kecupan selembut itu untuknya. Bahkan tidak pernah ada satupun kecupan kecuali saat mereka ijab kabul dulu. Fadhlan memberikan kecupan di kening Gendis.

Setelah itu? Hidup mereka masing-masing. Paling banter cuma mencium tangan saja. Yah, Gendis yang mencium tangan suaminya.

Pria itu sendiri tidak pernah bersentuhan dengannya bahkan saat mereka cuci piring bareng kemarin, Fadhlan masih menjaga jarak dengannya.

Sakit sih. Dua tahun menikah mereka hanya sebagai teman sekamar.

Sampai kapankah Gendis harus menunggu suaminya jatuh cinta padanya?

'Sabar!'

Hanya satu kata itu saja yang ada di dalam benaknya yang membuat Gendis berusaha selalu kuat untuk menjalani hidupnya sebagai istri Fadhlan.

Toh, selama ini suaminya juga selalu memperhatikannya bukan? Dia tidak pernah melupakan kewajibannya akan kebutuhan lahiriah Gendis.

Semua les-lesnya dibayar dan sebentar lagi, Gendis akan kuliah dibiayai Fadhlan juga. Mungkinkah nanti kalau dirinya sudah pintar suaminya mulai meliriknya?

Ini adalah harapan Gendis.

"Bukan Umma wanita tercantik untukmu Fadhlan, tapi istrimu Gendis!" dan koreksi dari ibu mertuanya yang sudah melepaskan pelukan dari suami Gendis, membuat Gendis kembali sadar dari angannya. Mereka masih ada di airport dan dia tak boleh mengumbar rasa sedihnya.

Tapi sejujurnya, jawaban mertuanya membuat hati Gendis kecut meski dirinya tersenyum malu-malu.

Gendis merasa, dirinya tidak pernah terlihat cantik. Bagaimana suaminya ini bisa tertarik padanya?

Apa dia harus belajar bermake up? Atau dia harus memutihkan kulitnya agar warna kulitnya sama dengan suaminya?

Ini juga diam-diam memusingkan untuk Gendis.

Sepanjang jalan menuju ke rumah keluarga suaminya meski Gendis mengobrol dengan mertuanya, tapi tetap hatinya tidak bisa berbohong kalau sosok Fadhlan yang sedang menyetir mobil menggantikan Ibra, memang sangat menarik untuknya. Jauh di dalam lubuk hatinya, ingin sekali Gendis menaklukkan hati Fadhlan.

Tapi apa dia mampu? Lalu bagaimana caranya?

"Mbak Gendis! Ya ampun, Bunga udah kangen banget loh! Makin manis deh senyumnya!"

Fadhlan memiliki tiga orang adik. Bunga, Puspa dan Husein, yang paling bungsu adalah adik laki-laki Fadhlan.

Mereka semua berkumpul di rumah menyambut kedatangan kakak kesayangan mereka.

Meski ada banyak sekali urusan di luar, itu dikesampingkan dulu. Ibu mereka akan marah besar jika mereka pergi di hari ini.

Lagipula, mereka juga sudah merindukan berkumpul dengan keluarga yang lengkap. Fadhlan dan kakak ipar mereka sudah dua tahun tinggal di luar negeri.

Suasana di meja makan keluarga Ibra pun terkesan sangat hangat saat ini.

Mereka bercengkrama dan saling menceritakan apa saja kegiatan selama ini setelah lama tidak bertemu.

Sebetulnya semua sudah dibicarakan sih saat ditelepon atau video call. Tapi rasanya lebih seru saja jika dibahas ulang di meja makan itu.

"Mbak, nanti kapan-kapan ajarin aku masak ya Mbak! Eh tapi, nggak usah kapan-kapan deh, mulai besok aja! Gimana Mbak? Kali aja kita bisa bikin resto Jepang ngalahin Ndeso Cafe milik Umma!" celetuk Bunga yang memang sangat suka memasak, tapi makanan yang sudah dimasak olehnya tidak akan dimakannya.

Bunga sangat takut sekali gemuk. Jadi kalaupun dia memakan hasil masakannya tidak lebih dari satu suap dan dia akan memaksa siapa saja di rumah itu untuk menghabiskannya. Biasanya sih yang jadi korban Husein, buya-nya atau ART mereka.

Cita-citanya adalah membuka restoran. Dia ingin sekali sukses menjadi wanita karir seperti ibunya Qomariah yang bersama dengan kedua tantenya berhasil membuat sebuah kedai kopi kekinian tapi menghadirkan cita rasa tradisional dengan kuliner yang unik.

Makanya, Bunga sudah meneror Gendis yang sebetulnya dia tak masalah juga. Gendis sudah ingin menyetujuinya.

Sayangnya satu suara dari sampingnya sudah membuatnya bungkam.

"Gak boleh!"

"Mas Fadhlan pelit! Kenapa juga gak boleh?"

(Bersambung)

Cast:

1. Bunga

 Bunga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


2. Puspa

 Puspa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


3. Husein

 Husein

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Istriku Semanis Kopi SusuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang