SUAMI PENGERTIAN

186 15 0
                                    

"Kalau begitu, perawatan yang saya pilih untuk istri saya, mikrodemabrasi, chemical peeling dan laser setelah facial."

"Mas itu tapi-"

"Apa Sayang? Kamu takut? Tadi kan Bu Dokter sudah bilang, gak apa-apa. Paling kaya digigit semut."

Rasanya tersangkut sudah kata-kata yang ingin keluar dari bibir Gendis karena suaminya bahkan tidak malu di hadapan dokter memanggilnya dengan sebutan sayang.

Tadi, Gendis sudah memperingatkan suaminya saat keluar dari kedai mie ayam untuk tidak memanggilnya dengan sebutan yang bikin dirinya malu dan jadi pusat perhatian.

Cuma apa kata suaminya?

SEBUTAN SAYANG LUMRAH UNTUK SEPASANG KEKASIH. APALAGI UNTUK ISTRI, HARUSNYA YANG LEBIH MESRA.

Gendis tak tahu ide dari mana Fadhlan sudah membuatnya gugup dari tadi malam. Sungguh Gendis menyesal setuju!

Dan saat ini, Fadhlan tak malu-malu untuk memberikan kecupan di dahinya di hadapan dokter cantik yang memperhatikan mereka.

"Saya ingin menjaga istri saya. Jadi saya ingin perawatan yang terbaik untuk kulitnya Dokter."

"Wah, kalau pengantin baru itu memang manis ya! Beruntung loh mbak Gendis punya suami sebaik Mas Fadhlan."

Gendis tak menampik, dia memang beruntung. Dari tadi pun Gendis tidak berhenti mengucapkan lafadz hamdalah di dasar hatinya melihat perubahan sikap suaminya, meski agak norak.

Apalagi genggaman tangan suaminya sudah membuat dirinya semakin gugup, walaupun Gendis juga merasa lebih hangat hatinya.

Tapi rasa terbang ke awan-awan ini hanya berangsur sebentar sebelum dilakukan tindakan oleh beauty. Lalu kini Gendis pun berderai air mata.

"Sakit?"

"Iya Mas. Kok mau ya perempuan-perempuan mukanya disakitin kayak gini, Mas?" polos Gendis mengaduh setelah sekitar empat jam dia di ruang perawatan.

Gendis selama ini belum pernah melakukan facial sehingga banyak sekali komedo yang harus dikeluarkan dari wajahnya dan juga terdapat tambahan kutil yang harus di laser. Belum lagi dua tindakan lainnya juga menyakiti kulit wajahnya.

Gendis tadi sempat bercermin, bukannya cantik seperti yang diharapkannya seperti artis-artis televisi, tapi wajahnya memerah dan kulitnya mengelupas, agak bengkak-bengkak. Ada luka-luka sedikit dari bekas-bekas darah juga meski cuma setitik.

Apanya yang terlihat cantik?

Jujur saja, Gendis gagal paham. Dia rasa, wajahnya dijadikan bahan percobaan, maka dengan polosnya Gendis kembali laporan pada suaminya apa yang ada dalam lubuk hatinya itu.

"Sabar ya Sayang, itu sengaja dibuat seperti itu supaya sel-sel kulit matinya terangkat dan luka itu nanti merangsang tubuh untuk membuat sel kulit baru yang lebih sehat. Bau gosong saat di laser itu wajar, gapapa. Kutilnya kan itu diangkat. Nanti lama-lama belangnya hilang, Gendis jadi secantik bidadari."

Meski harapan tingkat kecantikan yang Fadhlan sebut menurutnya lebay, karena Fadhlan seorang dokter, jadi Gendis percaya saja kalau suaminya tidak berniat untuk membuat dirinya menjadi si itik yang buruk rupa makin hancur wajahnya. 

"Ayo kita pulang yuk! Soalnya kalau sudah seperti ini kamu nggak boleh panas-panasan terus."

Gendis menurut dan dia kembali tercengang ketika mereka sudah ada di parkiran.

"Mas, tadi bukannya kita ke sininya pakai motor ya Mas?"

Motor yang dipakai Fadhlan sudah berganti kendaraan lain yang tentunya lebih nyaman jika dikendarai apalagi dengan wajah Gendis yang memang sedang merah dan sensitif itu.

"Hm, tadi Mas tanya kira-kira kamu berapa lama di dalam. Ya sudah Mas inisiatif menyuruh sopir mengantarkan mobil ke sini dan dia bisa pulang bawa motornya."

"Waduh, jadi ngerepotin ya Mas?"

Istriku Semanis Kopi SusuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang