Sepanjang jalan Lidya bercerita tentang tiga bersaudara itu. Matahari Hadimulya, kelas XII, mantan ketua osis, juara umum pertama disekolah. Bumi Hadimulya, kelas XI, ketua klub radio sekolah, dan juara umum kedua disekolah, dan Bintang Hadimulya, kelas X, dicalonkan sebagai ketua klub basket karena sudah menonjol dengan kemampuan basketnya dari SMP. Ketiga bersaudara itu adalah anak dari lawyer ternama Candra Hadimulya dan pengusaha butik Violeta. Mereka bertiga terkenal karena tajir, cerdas tapi sangat jutek ke para cewek. Walau sudah jutek, namun fans cewek mereka tetap mengantri.
Rembulan tercengang mendengar fakta itu. Ia mengira, hal seperti itu hanya akan ada didrama-drama saja. Rembulan sudah tahu yang mana ketiga bersaudara itu, Rembulan memutuskan untuk tidak akan berurusan dengan mereka. Ia hanya ingin belajar dengan tenang.
Setiba dikantin sekolah, makanan sudah berjejer dimeja prasmanan kantin. Sekolah elit itu menerapkan sistem katering disekolahnya. Mulai dari nasi, lauk pauk, sayur, buah potong, kerupuk bahkan sambal berjejer menggugah selera. Sekolah Mulya Jaya memang beda, menu hari ini adalah ayam teriyaki, rolade ayam dan salad sayur. Rembulan terpukau, ini seperti menu restoran fastfoodq jepang.
"Baru pertama kali makan-makanan kayak gini?" tanya seorang gadis manis menor dengan jepit rambut berwarna ungu.
"Pernah sih, tapi gak nyangka bakal jadi menu makan siang dikantin sekolah." Rembulan menjawab jujur.
Si gadis menor tertawa.
"Ini belum seberapa, belum ada salmon, seafood dan daging."
"Waahh.. beruntung banget."
"Iya, beruntung banget anak miskin kayak lo bisa masuk ke sekolah Mulya Jaya," jawab gadis menor sambil tertawa diikuti oleh cewek-cewek menor lain dibelakangnya.Rembulan terhenyak dalam kenyataan. Ia melihat sekeliling. Ada murid-murid yang pura-pura tidak mendengar seperti Bumi dan Matahari, namun ada pula yang ikut menertawakan lelucon norak dari si gadis menor.
"Kayaknya iya, gue harus bersyukur banget bisa masuk sekolah elit ini, bisa makan makanan enak dan gratis semua biaya." Rembulan benar-benar bersyukur. Semua itu ada ganjarannya, ia harus bisa menjadi juara umum sekolah minimal juara umum ketiga. Rembulan bertekat untuk terus bertahan disekolah itu dan benar-benar ingin belajar dengan tenang.
Melihat senyum tulus Rembulan, si gadis menor malah tersenyum canggung dan meninggalkan Rembulan dan Lidya berdua saja. Teman-teman dibelakangnya pun mengikuti langkah si gadis menor.
Rembulan dan Lidya duduk dibangku kantin berdua saja. Mencoba menikmati menu makan siang mereka hari itu. Mencoba untuk terus mengunyah dan menelan makanan mereka. Selepas menghabiskan makanan, Lidya mengajak Rembulan ke perpustakaan sekolah.
Lidya bercerita, bahwa perpustakaan adalah area terdamai disekolah itu. Tak akan ada yang berisik dan mengganggu, dan itu akan menjadi area favorit juga bagi Rembulan.
Nama si gadis menor adalah Roseline, kelas XI B, sudah seperti itu dari awal sekolah, anak orang kaya yang jelas, tapi Lidya kurang paham orang tuanya bekerja dibidang apa.
Diperpustakaan dipenuhi oleh banyak buku dari segala bidang bahasan. Buku baru bahkan buku-buku lama. Aroma kertas melingkupi segala penjuru ruangan. Berjejer pula rak-rak buku, buku disusun bahkan sampai kebagian atasnya. Rembulan menemukan sebuah buku yang menarik matanya. Buku obat-obat penting, itu pasti berguna untuk pengetahuannya dalam merawat Mama Mentari yang menderita diabetes. Rembulan mencoba mencari tangga pinjakan untuk ia dapat menggapai buku itu namun tak ada. Rembulan juga mencoba untuk berjinjit namun tak juga sampai.
"Buku ini?" tanya Matahari sambil menunjuk kearah buku yang Rembulan maksud.
Rembulan terbelalak kanget. Matahari tepat disampingnya dan bersikap ramah padanya.
Rembulan mengangguk. Matahari dengan sigap mengambilkan buku itu dan memberikannya pada Rembulan. Rembulan menerimanya, mengangguk lalu pergi meninggalkan Matahari sendiri.Dimeja baca, Rembulan tak habis pikir. Tadi pagi memang Matahari bersikap baik padanya, bahkan terlalu manis. Lalu dikantin, Matahari terlihat cuek saja dengan apa yang menimpa Rembulan. Dan sekarang ia kembali bersikap baik. Namun cerita dari Lidya tadi, bahwa tiga bersaudara itu tidak pernah baik ke para cewek membuyarkan pikiran kusut Rembulan. Benar, jika ingin belajar dengan tenang ia harus menjauhi tiga bersaudara itu.
Waktunya pulang sekolah. Rembulan bergegas keluar dari kelas dan menuju kearah kantin. Ia berniat untuk menemui Ibu Nur dan mengambil uang serta keranjang rotinya. Namun didepan pintu ia mendengar suara Bumi tengah berbincang dengan anak-anak cowok teman sekelasnya juga.
"Bumi, hati-hati lo dengan Bulan." Suara pertama
"Bisa-bisa dia akan mengambil status juara umum kedua lo, atau bisa jadi Kak Matahari." Suara kedua.
"Halah.. anak miskin kayak dia bisa apa.." Yang ini suara Bumi, terdengar pula suara cekikikan dari orang-orang lain. Panas sudah telinga Rembulan sedari tadi dikatai miskin dan miskin. Apa yang salah dengan miskin. Rembulan sengaja menabrak Bumi didepannya. Bumi terkejut, cewek yang ia ejek sekarang berdiri garang didepannya."Apa yang salah dengan miskin," Bulan memulai balasannya. "Lo lupa ya Bumi, kalo gue adalah orang yang ngalahin lo dilomba cerdas cermat tahun kemaren."
Pupil mata Bumi mulai bergetar, tapi memang seperti itulah kenyataannya.
"Lo pasti akan kalah lagi dari gue yang miskin ini seperti tahun kemaren." Rembulan pergi menjauh.
Sumpahan Rembulan membuat Bumi semakin merah padam. Teman-teman Bumi bukannya menenangkan Bumi malah terpesona oleh Rembulan. Gadis cantik, pintar namun galak, siapa lelaki yang tidak tertantang untuk menaklukkannya.Rembulan berjalan terus ke arah kantin, dengan wajah kesal berjalan cepat agar lekas sampai. Namun dua keranjang kosong yang didapatnya membuat moodnya menjadi lebih baik. Tak menyangka anak-anak bangsawan ini doyan dengan roti kampungnya.
Rembulan kesulitan berjalan dengan dua keranjang plastik persegi panjang miliknya. Bukan tanpa alasan, ia sibuk dengan handphone ditangan kanannya sedang tangan kirinya berusaha mencengkram dua keranjang rotinya.
Ternyata didepan kantin, Bumi sudah menunggu Rembulan masih dengan wajah juteknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rembulan
RomanceRembulan, Matahari, Bumi dan Bintang. Bagaimana kisah mereka menemukan arti dari hidup mereka. Anak sekolah yang berusaha kuat menghadapi keras nya persaingan disekolah elit. Mampukah Rembulan menaklukkan tiga serigala dan sekolahnya..? Jangan lupa...