Berbunga-bunga

3 3 0
                                    

"Bumi bangun." Rembulan mencoba membangunkan Bumi. Menggoyang-goyangkan badan Bumi dengan keras, namun tak juga ia terbangun. Rembulan harus mencari cara untuk membangunkan Bumi yang tidur lelap disofa. Suara adzan masjid sudah mulai terdengar, Bumi harus pulang kerumah sekarang jika tidak ingin terlambat.

Rembulan mencoba berteriak sekali lagi. "Bumi bangun..!" Bumi merasa kesal sekali, siapa orang yang berani membangunkannya dengan kasar seperti ini. Bumi menarik tangan yang menggoyang-goyangkan badannya lalu orang itu terjatuh kedalam pelukannya.
"Bumi bangun."'Rembulan sudah mulai ketus. "Kalau lo gak bangun juga, gue siram lo dengan air dingin."
Bumi setengah tersadar dalam lelapnya. Tubuh siapa ini, tubuh Bintang tidak kecil dan lembut seperti ini. Tubuh Matahari juga tidak sependek ini. Wanginya harum, wangi vanila. Bumi teringat akan aroma Rembulan. Iya, Rembulan. Bumi membuka mata. Tepat didepan matanya wajah Rembulan sedang tampak kesal. Tapi Bumi ingin sekali menciumnya.
"Bumi.... Banguuunnn..."
Bumi terkejut bukan main. Ternyata ini bukan mimpi tapi sudah masuk ke dunia nyata.
"Gilak, susah banget bangunin lo," marah Rembulan saat berhasil keluar dari kungkungan Bumi. Dan Bumi masih tidak percaya, kenapa ia begitu cepat terbangun. Coba jika ia belum terbangun, pasti itu akan menjadi mimpi indah yang berkelanjutan.

"Lo harus pulang sekarang, kalo gak lo akan terlambat."
"Iya," jawab lemas Bumi
"Solat subuh dulu, ada sarung digantungan alat solat gue dikamar, sekalian gue siapin celana panjang buat lo."
"Solat subuh bareng yok.."
"Kalo lo gak solat, gue gak solat." Ucapan Rembulan membuat Bumi melotot terkejut lalu tertawa. "Udah kebaca banget isi diotak lo, gue lagi halangan, kalo lo emang mau dosa ya dosa aja."
Bumi bangkit dari duduknya dan berjalan kekamar mandi.

Rembulan membereskan bantal-bantal sofa dan dua lembar selimut. Ini pasti Mama, pikir Rembulan.

Bumi pamit pulang kepada Mentari. Sebelumnya Mentari meminjamkan Bumi celana panjang almahum ayah Rembulan. Jaket yang kemarin dipinjamkan kepada Rembulan juga sudah dikenakannya lagi. Dan Bumi pun pulang kerumah dengan hati berbunga-bunga.

Disekolah, Rembulan tidak siaran radio pagi karena ia dipanggil keruang BK. Bapak Rony sudah duduk dimeja kerjanya. Pak Rony dengan kumis tebal, berpostur tegap dan berwajah tegas, siapapun pasti merasa terintimidasi.

"Silahkan duduk Rembulan," Rony mempersilahkan duduk
"Terima kasih, Pak," jawab Rembulan
Rony menutup map berkasnya, lalu menatap serius Rembulan.
"Saya sudah dengar cerita persekusi kamu dari teman-temanmu, saya sebagai pihak sekolah minta maaf sama kamu dan berupaya jika hal ini tidak terulang lagi kedepannya bagi kamu atau ke siswa yang lain."
Rembulan mengangguk dan tersenyum tipis.
"Bagaimana perasaan kamu sekarang?" tanya Rony
"Saya sehat dan saya baik-baik saja Pak," jawab Rembulan
"Jika kamu perlu bantuan, jangan segan-segan untuk menghubungi saya."
"Baik pak, terima kasih," sambung Rembulan
"Kamu juga harus berterima kasih kepada Angga selaku osis, Bumi dan Matahari sebagai sesama siswa. Mereka sudah sangat membantu dalam mengungkap siapa pelakunya."
Rembulan tercengang, kapan dan bagaimana bisa mereka dapat menemukan pelaku persekusinya Rembulan tidak tahu.
"Maaf Pak, kalau boleh saya tahu, siapa pelakunya Pak?" tanya Rembulan
"Kamu belum tahu? Bumi belum kasih tahu?"
Rembulan menggeleng.
"Hhmm.. tanya sajalah sama trio hero kamu." Rony tersenyum.

***

Rembulan berjalan keruang kelasnya. Ia merenungkan bagaimana baiknya Bumi dan yang lainnya kepadanya. Rasanya ia ingin menangis terharu. Didalam kelas sudah ada Bumi duduk dimejanya.

"Darimana?" tanya Bumi
Rembulan menunduk menahan haru. Tak sanggup ia melihat Bumi, rasanya ia ingin sekali memeluknya.
"Hey, kamu gak pa-pa?" tanya Bumj mulai khawatir
"Aku gak apa-apa Bumi.." Baru saja Rembulan hendak bercerita tentang pertemuannya dengan Pak Rony, bel masuk kelas sudah berbunyi.

***

Sekolah telah usai. Rembulan menyempatkan diri untuk menemui Angga dilapangan basket, karena ia tahu dari Bintang bahwa ia akan sparing basket lagi hari ini. Dan pasti Angga sang kapten basket juga ada disana.

Dua punggawa basket SMA Mulia Jaya, Bintang dan Angga beraksi. Teriakan-teriakan penyemangat memenuhi lapangan basket SMA Mulia Jaya. Rembulan terkesima dengan penampilan permainan Bintang. Tembakan 3 poin bisa ia lakukan dengan mudah. Untuk ukuran anak kelas 10, bukankah itu sulit, pikir Rembulan. Rembulan terikut dengan euforia para suporter. Ia ikut berteriak-teriak sambil membawa balon tepuk dan akhirnya SMA Mulia Jaya menang telak.

Setelah selesai pertandingan, Rembulan menunggu didepan ruang klub basket. Ia ingin berterima kasih kepada Angga, dalam genggamannya sudah ada dua botol minuman isotonik dingin untuk pelepas dahaga. Tentu saja, satu botol lagi ingin diberikannya kepada Bintang. Didepan pintu ada seorang gadis lain yang sedang menunggu, yang Rembulan tahu bahwa ia adalah anak kelas XI juga sama seperti dia tapi Rembulan tak tahu namanya. Hanya bisa senyuman yang dapat diberikan Rembulan kepada gadis itu.

Angga pun keluar pertama dari ruang klub, Rembulan pun menghampiri.
"Angga, ini gue bawa minuman dingin untuk lo."
Angga sedikit terkejut namun tetap menerima minuman dari Rembulan.
"Gue cuma mau bilang terima..."
"Sayang, siapa dia?" tanya sewot gadis yang menunggu tadi
"Dia Rembulan sayang, kelas XI A," jawab Angga
"Dia fans baru kamu?"
Rembulan terbengong, Angga tertawa terbahak.
"Rembulan ini calon pacar gue ya." Suara lantang Bintang memecah kebingungan Rembulan. Bintang mendekat lalu merangkul Rembulan.
"Ini untuk gue kan sayang?" tanya Bintang sambil mengambil sebotol lagi minuman isotonik dari tangga Rembulan
"Eeh.. iya.." jawab Rembulan

Angga merasa tak enak hati kepada Bintang dan Rembulan.
"Gue ngerti kok Bulan, terima kasih juga minumannya ya." Angga menyudahi obrolannya dan meninggalkan Rembulan dan Bintang. Masih terlihat pacar Angga sewot kepada Angga. Dan Bintang pun masih merangkul Rembulan.

Plaak..
Lagi-lagi kepala Bintang dikeplak dari belakang. Dan Bumi masih menjadi pelaku utamanya. Nafas Bumi tersengal-sengal, seperti habis berlari jauh.
"Jauh-jauh dari pacar gue.."

RembulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang