Interogasi

5 3 0
                                    

Keesokan paginya, diruang osis, Bumi dan Matahari sedang duduk menghadapi Rosaline yang sangat ketakutan setelah dipertontonkan video bukti keterlibatannya dalam persekusi Rembulan.
"Sumpah bukan gue," Rosaline buka suara. Suara gemetar Rosaline tak meluluhkan kemarahan Bumi.
"Jadi siapa?" Suara berat Bumi mengintimidasi Rosaline
"Itu ide Kimberly, dia gak terima kalo lo sekarang dekat dengan Rembulan."
Bumi mengernyitkan dahi.
"Kimberly masih suka sama lo Bumi."

Bumi tertawa sinis mendengar penjelasan Rosaline yang tidak masuk akal baginya.
"Dan kenapa lo memulai membully Rembulan?" tanya Bumi lagi.
Rosaline tidak menjawab
"Karena enak membully orang setelah orang rumah lo menyakiti hati lo?" tanya Matahari
Rosaline tertunduk, tak mampu menjawab. Matanya mulai bergetar, tak terima bagaimana Matahari bisa tahu fakta itu.
"Please, jangan kasih tau yang lain kalo keluarga gue keluarga broken home," rayu Rosaline
"Itu masalah gampang Rosaline, tapi gimana dengan lo yang ikut menyuplai narkoba ke anak-anak saat pesta kenaikan kelas dirumah Kimberly kemaren?" Matahari membunuh hati Rosaline. Lengannya lemas, tak mampu lagi bersandar dimeja.
"Please, please, jangan sampai orang tua gue tau, please jangan lapor polisi." Rosaline mulai menangis.
Matahari dan Bumi mengangguk, dan menunggu mangsa selanjutnya.

***

Kimberly baru tiba, baru saja tiba didepan lobi sekolah. Angga mendekatinya dan melancarkan godaan maut supaya Kimberly menurutinya. Tak sulit untuk menggoda Kimberly, selain Angga yang rupawan Kimberly juga suka jika emagenya adalah penakluk cowok-cowok keren sekolah.

Angga membawa Kimberly keruang osis. Tampak oleh Kimberly, Angga membawa-bawa satu bungkus coklat ditangannya. Pikiran Kimberly sudah melayang jauh, dia akan bermesraan dengan Angga diruang osis. Namun semua itu buyar, karena sudah ada Matahari dan Bumi disana.

"Silahkan duduk Kim." Senyuman maut Matahari membuatnya tersadar akan dirinya yang mulai terjebak. Kimberly memutar badannya ingin keluar dari ruangan itu namun Angga berdiri tegap berjaga dibelakang pintu.
"Ada apa sih?" tanya Kimberly ke Matahari
"Duduk dulu sini." Matahari menunjukkan kursi tepat didepan kursi Matahari dan Bumi. Kursi interogasi, seperti itu yang lihat Kimberly.

Kimberly pasrah dan duduk dikursinya.
"Lo yang kemarin menyiram Rembulan ditoilet?" Bumi memulai interogasi
"Gak, itu si Vallen," jawab cepat Kimberly
"Tapi itu ide lo." Bumi menggebrak meja. Bumi kesal minta ampun dengan tingkah konyol Kimberly.
"Kenapa lo ingin menjahati Rembulan, Rembulan itu gak ada apa-apanya dibandingkan lo, lo cantik, lo kaya, masa depan lo sudah terbayang. Beda dengan Rembulan. Dia.. dia itu.." Bumi tak sanggup menjelek-jelekkan lagi Rembulan seperti dulu. Sudah cukup dengan yang kemarin. Ia membayangkan Rembulan tiba-tiba mendengar hinaan itu lagi dari mulut Bumi. Mungkin ia akan benar-benar tak sanggup menggapai untuk menggapai Rembulan.

Kimberly terdiam, dalam diam Kimberly pun sadar bahwa ia sudah memiliki segala. Wajah cantik khas suku melayu, berkulit putih bersih, anak direktur perusahaan, masa depannya pun terjamin oleh relasi dari orang tuanya. Kimberly tersenyum bangga dan mengibaskan rambutnya kebelakang. Bumi terlihat muak dengan Kimberly yang tidak mengerti atau tidak mau mengerti dengan ucapan Bumi tadi.

"Apa mau lo dari Bulan?" Matahari melanjutkan interogasi mereka
"Gak mau apa-apa."
"Lo janji gak akan membully Rembulan lagi?" tanya Matahari.

Angga mendekati mereka, tak mau kehilangan momen untuk menjebak Kimberly.
"Kasihan si Bulan, sekarang anak itu dimana ya?" tanya Angga
"Diruang radio," sahut Bumi
"Gue mau kasih coklat ini ke Bulan.."
Kimberly bereaksi, ia mengebrak meja lalu berdiri merasa cukup perkasa untuk balik menyerang mereka.
"Rembulan lagi, Rembulan lagi, kenapa sampai kamu juga Angga!" Teriak Kimberly kepada Angga.
"Lo maunya semua perhatian adalah untuk lo? Rembulan tidak boleh mendapatkan perhatian dari kami?" Angga sok polos
"Rembulan sedang siaran Angga, gak usah diganggu." Bumi bahkan bersikap cuek atas gebrakan Kimberly.
"Cukup dengan Rembulan." Tangan Kimberly bergetar menahan amarahnya. "Kenapa lo gak kayak gitu sama gue Bumi, gue yang kenal lo duluan, bahkan Papi dan Mami lo seneng banget kalo gue bisa sama lo." Kimberly memalingkan wajahnya ke Angga. "Dan Angga, gue gak nyangka lo juga suka sama dia," lanjut Kimberly. "Apa kalian sudah pernah merasakan vaginanya Rembulan, sampai-sampai kalian jadi kacung dia kayak gini, haaa.. haa..?!" Mata kosong Kimberly begitu terlihat diwajah kusamnya.

Bumi sudah ingin sekali meninju mulut tahi Kimberly namun ia sadar bahwa itu hanya akan memperkeruh suasana.

"Fix, dia sudah gak waras." Omongan Matahari membuat Kimberly mengamuk setengah mati. Matahari dan Bumi meninggalkan ruang osis dan membiarkan Angga berada bersama dengan Kimberly yang sudah menggila didalamnya.

***

Rembulan menunggu Bumi dikelas. Dia memegang proposal yang ia buat semalam suntuk. Namun bukannya wajah lelah yang tampak, wajah kesal yang lebih dominan. Bumi datang dan menaruh tasnya diatas meja.

"Ini proposal yang kamu minta." Rembulan setengah niat melempar proposal itu. Bumi terkejut melihat sikap arogan Rembulan. Bumi mengambil proposal itu dan mulai melihat-clihat isi proposal itu.
"Apa maksud lo gue harus bikin proposal ini dan diserahkan pagi ini?" tanya Rembulan. Bumi menatap mata Rembulan, Rembulan tampak benar-benar marah. Bumi belum mau buka suara.
"Gue tadi ketemu Anna, dia bilang tema untuk acara hut sekolah aja belom ada, kenapa kita sudah buat proposal." Mata Bumi terbelalak mengetahui bahwa Rembulan sudah tahu akal-akalan Bumi.
"Sudah cukup Bumi lo kerjain gue. Gue harap kita bisa bersikap profesional untuk kedepannya."
Bumi tercengang melihat betapa merah wajah Rembulan menahan semua kesal didada.

RembulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang