Tak lama punggungnya terasa hangat. Kehangatan itu berasal dari sosok tubuh berbaju putih yang berdiri tepat dibelakangnya. Rembulan mulai menurunkan tangannya dan berhenti berjinjit. Sosok itu membantunya meraih buku dengan sangat mudah. Lengannya yang berisi terjulur meraih buku pilihan Rembulan. Aroma dan kehangatan yang hadir, Rembulan sudah hafal dengan itu. Rembulan menekuk dalam wajahnya dan tak mau berbalik badan, ia takut akan kenyataan yang akan kembali terkoyak-koyak.
Selaput kelabu mulai merayap direlung jiwa Rembulan. Ia tersadar akan suatu kenyataan yang lebih pahit. Rumah ini pasti rumah Hadijaya sekeluarga. Keluarga pengacara dan pebisnis. Rumah mewah dibandingkan rumah toko Rembulan. Mobil dan motor keren dibandingkan kemana-kemana naik ojek online. Jadi sangat wajar jika Bumi selama ini bersikap arogan kepadanya karena memang Bumi bisa bersikap seperti itu.
Rembulan mematung, ia bahkan tak mau membiarkan sosok ini menggoyahkan lagi hatinya. Bumi ingin sekali merengkuh Rembulannya, memeluknya dan menyandarkan kepalanya kepundak Rembulan. Tapi Rembulan tetap tak bergeming, ia menekuk wajahnya ke depan rak buku.
"Bulan, gue minta maaf." Bumi memulai perkataannya. "Gue salah, gue sudah salah bicara. Gue sudah menyakiti hati lo. Gue sudah dengar cerita lengkapnya dari Bintang dan Angga, dan gue bener-bener minta maaf." Suara lembut Bumi menggema ditelinga, Rembulan menutup telinganya dengan kedua tangannya. Tidak, tidak akan lagi terbujuk. Bumi membalik badan Rembulan.
"Kalo lo ingin pukul gue, pukul Bulan. Jangan dipendam dalam hati. Gue gak mau menambah luka batin ke dalam hati lo. Luapkan marah lo Bulan, luapkan! Gue bener-bener minta maaf." Rembulan mulai sesegukan. Pipinya basah, air matanya jatuh tak terbendung.
Bumi memeluk Rembulan, memeluknya dengan penuh kelembutan. Kasihan sekali gadis cantik ini, tak bisa untuk benar-benar meluapkan apa isi hatinya. Dari dipersekusi hingga disakiti hatinya namun ia hanya diam. Bumi sadar bahwa semua emosi buruk itu harus tersalurkan dengan benar, ia tak ingin menjadi bagian dari trauma kelam hidup Rembulan.
Rembulan mulai berhenti menangis. Bumi masih melingkarkan lengannya ketubuh kurus Rembulan. Ia tak mau melepasnya lagi kali ini. Bumi menarik tangan Rembulan untuk mengikutinya kelantai bawah perpustakaan. Dibawah sudah berdiri Lidya, Matahari dan Bintang. Mereka berdiri dan membawa buket bunga, boneka dan buket coklat
"Rembulan, gue suka sama lo, gue sayang sama lo, maaf gue kemarin termakan cemburu, gue lihat lo di video live streaming sparing basket Bintang kemarin. Gue takut lo akan mulai melirik Bintang, gak mau lagi dekat sama gue."
"Hhmm.." Bintang tersenyum bangga bahwa bisa juga ia mengalahkan abangnya yang rupawan dan jenius itu.
"Gue sayang sama lo, gue akan menjaga lo dengan benar, itu janji gue." Tatapan lembut Bumi mampu meluluhkan hati Rembulan. Dinding yang sudah ia bangun, runtuh seketika. Bumi mampu meyakinkan hati Rembulan lagi. Akan menjaganya, itulah kata-kata yang merasuk kejiwanya. Rembulan mengangguk. Bumi memeluk lembut Rembulan. Teman-temannya pun bereuforia akan penerimaan cinta dari Rembulan untuk Bumi.
"Bumi memang membutuhkan bulan, dan bagaimanapun bulan itu tak mungkin jauh dari bumi." Matahari tersenyum ikut berbahagia untuk sang adik.
***
Pagi hari yang penuh dengan kehebohan disekolah. Bintang dengan motor gagahnya, Lidya turun dari mobil Matahari, dan Rembulan turun dari mobil Bumi. Mata-mata mereka seperti tak percaya dengan apa yang mereka lihat sendiri. Termasuk Rosaline, ia membenci Rembulan dan Lidya sampai ke ubun-ubun. Mereka cantik, pintar, dan berhasil membuat keluarga Hadijaya bertekuk lutut kepada mereka. Bahkan Bumi bersedia membantu Rembulan dalam berjualan roti dikantin.
Tapi ia kembali teringat akan ancaman Matahari dan Bumi tentang bukti keterlibatannya sebagai pengedar barang haram. Belum lagi skors untuk Nelson Andreas dan rehabilitasi ketergantungan narkoba untuk Kimberly. Mereka bertiga senasib, mereka memiliki orang tua yang sangat keras bahkan cenderung kasar. Terbayang lagi bagaimana ayahnya Nelson diam-diam memukuli anaknya didalam mobil. Rosaline membuang wajah dan terus berjalan menuju ke kelasnya.
***
Didalam kelas, Ibu Lili memberikan pengumuman.
"Anak-anak jangan lupa, sebentar lagi akan ada ujian tengah semester."
Kelas menjadi riuh.
"Yah, mau bagaimana pun itu adalah rutinitas sekolah. Dan setelah itu, ini adalah kabar gembiranya..." Lili tak serta merta meneruskan ucapannya. Dari mata siswa-siswa nya, mereka pasti tidak akan percaya ini akan terjadi.
"Setelah UTS adalah hari ulang tahun sekolah kita. Dan tema hut sekolah kita kali ini adalah back to nature, kegiatannya adalah bazaar dan panggung seni. Semuanya harus ikut berpartisipasi, boleh membuat produk bazaar atau tampil dipentas seni. Semua orang tua akan menerima undangan, jadi kalian diharapkan harus bersemangat dalam berkarya." Lili menjelaskan dengan penuh semangat.
"Yeeeyyy" Para siswa juga turut bersemangatPara siswa antusias sekali, langsung ada yang ingin membuat grup dance korea, ada yang ingin membentuk girl band, dan band.
"Bumi, ikut ngeband lagi yok?" ajak Jimmy.
"No, sorry Jim. Gue mau sekelompok aja dengan Bulan. Apapun yang Bulan buat gue akan membantunya." Jimmy terkejut, seorang Bumi bisa bucin, mustahil, pikirnya. Dan kelas pun riuh kembali mendengar penyataan bucin Bumi.***
Bumi mengantarkan pulang Rembulan. Waktu seakan sangat singkat hari ini. Rembulan siaran pagi, siangnya Bumi yang sibuk, sekarang sudah waktunya pulang. Bumi masih menggenggam erat tangan Rembulan, ia terasa enggan untuk melepasnya.
"Bumi, gue harus masuk."
Bumi bertambah lemas seakan cintanya sudah tertolak.
"Malam, lo ngapain?"
"Belajar," jawab singkat Rembulan.
"Berarti lo gak mau diganggu?"
Rembulan tertawa
"Lo juga harus belajar Bumi, kita mau UTS."
"Tapi gue sudah pinter." Bumi mengungkap kenyataan
"Sesumbar lo, gue pasti yang akan menjadi juara umum pertama diUTS kali ini."
"Hhmm..?" Bumi berfikir sejenak. "Hahaha... oke.. oke.. lo mungkin bisa mengalahkan gue, tapi tidak dengan Matahari."
Dan mereka pun yakin dengan pernyataan mereka masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rembulan
RomanceRembulan, Matahari, Bumi dan Bintang. Bagaimana kisah mereka menemukan arti dari hidup mereka. Anak sekolah yang berusaha kuat menghadapi keras nya persaingan disekolah elit. Mampukah Rembulan menaklukkan tiga serigala dan sekolahnya..? Jangan lupa...