Prolog

345 19 0
                                    

Seorang perempuan menunduk serta menungkupkan kedua tangannya saat costumer terus mencercanya dengan beragam kalimat yang penuh cacian. Rekan-rekannya yang lain merasa iba karena sudah hampir lima belas menit perempuan paruh baya yang merupakan customer jasa mereka mengomeli staf ahli mereka.

Yunara, gadis yang sejak tadi dimarahi hanya bisa pasrah karena kesalahannya sehingga menu yang dipesan pelanggan tidak sesuai harapan. Yuna lupa tidak mencatatnya dengan baik saat melakukan pertemuan terakhir dengan pelanggannya itu.

"Saya minta maaf, Bu", ungkap Yuna masih terus menunduk.

"Saya tidak butuh maaf kamu. Ini acara penting, dan makanan yang tersedia bahkan hanya setengahnya. Tamu sebanyak ini, mana cukup. Mau ditaruh dimana muka saya!!", bentaknya untuk kesekian kalinya.

Yuna mengigit bibirnya tipis, bahkan tidak terlihat sama sekali. Sungguh telinganya sudah sangat sakit mendengar perempuan paruh baya itu mengomel. Apa daya, ia bekerja di bidang jasa, dan kepuasan customer adalah hal yang paling utama.

"Kami akan mencari solusi, bisakah Ibu memberi saya kesempatan...".

"Ya, harus. Kau harus mencari solusi, itu tugasmu", perempuan itu menyela kalimat Yuna membuat Yuna kembali mengigit bibirnya tipis.

"Kalau begitu saya izin dulu ke belakang", Yuna sedikit  membukukkan badannya, merogoh ponsel miliknya, dan melangkahkan kakinya lebar sehingga suara helsnya terdengar sangat jelas.

"Gawat dia kemari, bersiaplah kita akan menggila hari ini", keluh Tirta, rekan kerja Yunara.

Mereka pun bersiap dengan posisi mereka, bahkan diantaranya membenarkan posisi earphone walkie talkie mereka.

"Kalian sudah lihat bagaimana dia memarahiku kan?", tanya Yuna yang dijawab oleh anggukan rekan-rekannya.

"Apa kau baik-baik saja Yuna?", tanya Yurika.

"Itu tidak penting, yang terpenting kita harus mencari bahan makanan yang kurang  di menu itu secara cepat. Kalian siap?", tanya Yuna pada rekannya dengan menatap mereka satu persatu.

Semuanya mengangguk menatap Yuna.

Yuna pun melepas sepatu helsnya dan menggantinya dengan sepatu kets putihnya yang warnanya sudah kekuningan. Selesai mengganti sepatunya, Yuna kembali menatap rekannya satu persatu, dan kemudian berlari ke luar gedung disusul dengan rekan-rekannya yang lain. Mereka berpencar untuk mendapatkan beberapa makanan yang ada di menu tersebut. Hanya satu jam lagi sebelum acara dimulai, dan mereka harus mendapatkan semuanya.

Yuna dengan cepat menaiki sepeda motornya, tidak lupa dengan helm yang sudah terpasang di kepalanya. Gerakan Yuna yang cepat saat menaiki motornya membuat roknya sedikit sobek di bagian samping. Yuna mendesah sambil melihat rok dan jalan yang dilaluinya secara bergantian.

"Aku harus membeli rok lagi", keluhnya.

Sesampai di toko kue dan roti, Yuna memarkirkan motornya sembarang sehingga tanpa sengaja menggores sisi belakang mobil yang juga terparkir di sana. Sekarang Yuna merengek, kenapa hari ini dia sial sekali.

"Wahai pemilik mobil, aku akan bertanggung jawab, tapi nanti setelah pekerjaanku selesai", Yuna bermonolog karena pemilik mobil sepertinya ada di dalam toko.

Yuna pun masuk ke dalam toko, dan matanya mulai mencari sesuatu yang dibutuhkannya. Setelah menemukannya Yuna berlari ke kasir dengan dompet hitam kecil yang penuhi dengan kartu-kartu milik perusahaan.

"Aku membeli semua egg tart yang ada di display dan di dapurmu", ungkap Yuna sambil menyerahkan kartu hitam kepada sang kasir.

"Mohon maaf, anda memotong antrian", ucap seorang pria sambil menepuk pundak Yuna sehingga Yuna berbalik.

"Maafkan saya Pak, tapi saya sedang buru-buru", ungkap Yuna dan kembali menoleh pada penjaga kasir.

"Saya juga buru-buru", ucap pria itu.

"Saya minta maaf pak, saya minta maaf, tolong bantu saya", Yuna memohon dengan wajahnya yang sangat menyedihkan membuat pria itu akhirnya mengangguk.

"Terima kasih", ungkap Yuna sambil langsung menyerahkan kartu hitam itu pada sang kasir.

Setelah mendapatkan semua egg tart dalam tiga dus besar, Yuna mengikatnya di bagian belakang jok motornya dengan tali rapia yang di dapatkannya dari pegawai. Pria yang tadi mengantri di belakang Yuna berteriak tepat di dekat telinganya membuat Yuna terkejut dan menoleh padanya.

"Kenapa bisa?", pria itu mengelus sisi mobil belakangnya.

Yuna akhirnya tahu siapa pemilik mobil itu, tapi ia berpura-pura tidak melihatnya dan mulai memutar gas agar segera sampai di gedung tempat hari ini ia bekerja. Rekan-rekannya pun sudah kembali dengan menu yang telah mereka bawa. Sepeluh menit lagi acara di mulai, mereka berhasil menyelesaikan masalah.

"Terima kasih semuanya, dan maafkan aku. Semua ini terjadi karena salahku", sesal Yuna.

"Sudahlah tidak apa-apa yang terpenting semuanya sudah tertangani dengan baik", Tirta tersenyum pada Yuna.


***

Juandra meremas gelas kopi kosong yang ada di tangannya saat melihat cctv di toko tempat ia membeli roti untuk sarapannya. Pelaku yang menggores mobilnya adalah perempuan yang menyela antriannya tadi.

"Dasar, dia kabur".


***

Cast

Cast

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





13/5/2024


















Love and JobTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang