Namish dan Tirta pergi ke ruang UPS setelah mendengar Juan pingsan di sana. Tidak mau ketinggalan moment ini, rekan-rekan lain pun mengikuti keduanya dengan sembunyi-sembunyi. Namish dibuat terkejut melihat Juan yang tergeletak dengan hidung yang mengeluarkan darah.
"Pak, Bapak. Ya ampun Pak", Namish membawa Juan ke punggungnya di bantu oleh Tirta.
"Kamu apain sih Yun, kok sampai gini?", tanya Tirta sambil membenarkan posisi Juan di punggung Namish.
"Aku ga sengaja, tadi Pak Juan pegang pantatku. Jadi aku refleks buat tendang", Yuna menjelaskan.
"APAAAA??", teriak rekan-rekan lainnya di balik pintu keluar ruang UPS membuat Yuna, Namish dan Tirta menoleh ke arah mereka.
"Hei kenapa menguping, siapa yang standby?", teriak Yuna membuat semuanya membubarkan diri karena takut jika Yuna marah.
"Sudahlah, kita bawa ke rumah sakit saja", ujar Namish mengajak Tirta untuk membawa Juan ke mobil.
"Aku ikut, aku merasa bersalah. Ini kedua kalinya aku menendang wajahnya", ucap Yuna.
"Ga usah Yun, nanti ga ada yang kontrol venue, dan persiapan lain. Aku aja yang pergi, nanti aku sampaikan permintaan maafmu kalau Pak Juan udah bangun", ungkap Tirta.
Yuna akhirnya menyetujui saran Tirta, ia memilih untuk berada di lokasi saja mengingat masih banyak pekerjaan yang harus mereka lakukan.
***
Juan sudah siuman, Tirta dan Namish yang menyadari itu langsung mendekat ke ranjang Juan, dan menanyakan apa yang dirasakan atasan mereka itu.
"Pak, anda baik-baik saja? Apa yang anda rasakan?", tanya Namish.
Juan meringis, tangannya menyentuh kepalanya dan mencoba untuk duduk. Tirta yang peka pun langsung membantu Juan untuk duduk.
"Saya dimana?", tanya Juan masih memegang kepalanya, ia merasa sedikit pusing.
"Anda di UGD Pak, anda pingsan", terang Namish.
"Pingsan?", Juan mencoba mengingat kembali apa yang terjadi padanya sebelum ia pingsan.
"Yuna...", ucap Juan saat mengingat kejadian sebelum ia pingsan. Yuna, ya Yuna, perempuan itu menendangnya kembali.
"Pak, Yuna bilang ia minta maaf atas hal ini. Ia benar-benar tidak sengaja", Tirta menunaikan janjinya pada Yuna untuk menyampaikan permintaan maaf pada Juan.
Juan memijat pelipisnya, 'Dia menendang sangat kuat".
"Ah ya, saya sudah tidak apa-apa. Kalian bisa bekerja kembali, bukannya lusa ada event?", tanya Juan pada Tirta. Sungguh ia tidak mau bertemu banyak orang hari ini, terlebih Tirta. Ia benar-benar malu karena ini kedua kalinya ia pingsan karena perempuan.
"Anda yakin Pak?", tanya Tirta.
"Saya baik-baik saja".
"Tapi tadi anda mengeluarkan darah di hi...", belum sempat Namish menyelesaikan kalimatnya Juan sudah melotot padanya.
"Saya bilang tidak apa-apa", ucap Juan dengan giginya yang rapat, sehingga suara terdengar seperti deheman membuat Namish mengerti bosnya itu sedang menahan amarahnya.
"Kau bisa kembali bekerja Tirta", titah Namish pada Tirta.
"Baiklah, tapi jika ada apa-apa tidak perlu segan untuk menghubungiku", ucap Tirta pada Namish dan Juan.
Tirta pun pamit untuk kembali ke venue, sedangkan Juan kini menunggu penjelasan dari Namish. Namish yang mengerti tanpa ditanya pun langsung menjelaskannya secara perlahan runtutan kejadian yang dialami Juan sebelum pingsan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Job
ChickLitJuandra, pria yang merupakan lulusan psikologi berakhir memimpin unit bisnis keluarganya. Unit bisnis yang mengelola perencanaan event dan pernikahan. Saat memimpin bisnis tersebut, ia bertemu dengan karyawan yang pekerja keras bernama Yunara. Seiri...