Anak Magang

80 11 3
                                    

Yuna kini berjalan ke ruanganya, sejujurnya ia malas untuk bekerja kembali dengan alasan atasannya itu. Yuna mengingat kembali kemarin ia marah-marah tidak jelas kepada Juan karena Juan memaksa untuk mengantarnya pulang.

"Pak saya sudah pesan grab. Bapak jangan ikuti saya lagi", Yuna terus berjalan menjauh dari gerbang rumah Juan.

Juan tidak menanggapi, ia hanya tersenyum tipis sambil membututi Yuna dengan mobilnya. Setiap Yuna berhenti melangkah, Juan pun menghentikan kemudinya, begitu seterusnya.

"Bapak.. Saya bilang jangan ikuti saya", Yuna kembali menoleh saat Juan kembali menginjak pedal gas mobilnya.

"Saya antar kamu pulang".

"Pak, saya bilang tidak usah", Yuna sedikit menghentakkan kakinya, kesal dan gemas dengan kelakuan atasan yang bersikeras mengantarnya pulang.

"Mau berapa kali kamu coba pesan grab/gojek, mereka tidak akan datang".

Yuna terdiam, Kok bisa ga datang? Kenapa? Kini Yuna menoleh pada Juan untuk mencari jawaban dari ucapan atasannya itu.

"Grab sama gojek dilarang masuk", jelas Juan menatap Yuna yang juga kini menatapnya.

"Masuk", titah Juan.

Cukup lama terdiam, dan tidak beranjak dari tempatnya, Yuna terperanjat saat mobil Juan membunyikan klaksonnya.

"Cepat, saya tidak mau menunggu", ucapan itu sukses membuat Yuna masuk ke dalam mobil, dan tanpa basa-basi Juan melajukan mobilnya cepat.

Tidak ada percakapan di antara mereka selama menuju tempat kost Yuna. Juan juga sudah tahu alamat kost Yuna sehingga ia tidak bertanya kembali. Yuna diturunkan tepat di depan pagar kost-annya. Juan kali ini tidak turun, ia hanya membuka setengah kaca jendela mobil untuk memastikan Yuna masuk ke dalam.

Yuna yang merasa bersalah karena bersikap tidak sopan, akhirnya ia pun berbalik lagi sebelum Juan pergi.

"Makasih ya, Pak", ucap Yuna malu, tapi tetap ia harus berterima kasih kepada Juan.

"Sama-sama. Apapun itu untuk pacar saya. Sampai jumpa besok, Yunara".

SINTING.... Pacar katanya? Yuna kebingungan dengan ucapan Juan, kontesknya bercanda atau bukan?

"Hei, liat-liat itu mau nubruk vas", goda Sintia sambil memberikan segelas kopi padanya.

Tersadar, Yuna melangkah ke arah lain, dan menerima segelas kopi dari Sintia. Ia meneguknya, sensasi hangat dari kopi membuat pikirannya sedikit relax.

Eh tunggu... "Kamu kasih ini ke aku? Tumben banget?", Yuna menatap Sintia heran, biasanya anak itu pelit kalau soal makanan.

"Bukan dari aku, tuh dari..", tunjuk Sintia pada Namish yang juga ada Juan di sebelahnya. Juan tersenyum tipis padanya.

Sial... Mau nangis.... Yuna menutup wajahnya dengan gelas kopi yang diberikan Sintia tadi.

"Baik banget tau Pak Juan, beda banget sama pertama ketemu".

"Iya", jawabku singkat.

"Oh ya, hari ini kita mau dampingin salah satu pelanggan VIP buat fitting gaun pengantin. Kemarin kan kamu lama ga masuk, jadi semuanya di handle Mirza. Nanti kalau ketemu bilang makasih sama Mirza".

"Iya, nanti aku bilang", ucap Yuna sambil memencet tombol lift.

"Kami gabung ya", Namish mempersilahkan Juan lebih dulu masuk sebelum dirinya.

Love and JobTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang