Pekerjaan

102 11 8
                                    

'Sial', batin Yuna.

Semua teman-temannya kembali bekerja kecuali Yuna yang mengikuti Juan dan Namish di belakang. Mereka masuk ke dalam ruangan Pak Dindo yang sekarang menjadi ruangan Juan.

"Siapa namamu tadi?", tanya Juan sambil mendudukkan dirinya di kursi yang telah menjadi miliknya.

"Yunara Pak", jawab Yuna mencoba untuk tersenyum.

"Apa?? Ucapkan dengan keras".

Yuna berdecih, jelas-jelas tadi Juan memanggil namanya, bahkan nama lengkapnya.

"Yunara Pak, Yunara Salsabila Marwan, teriak Yuna membuat Namish dan Juan terkejut.

"Hmmm", Juan berdehem agar Namish juga tersadar dari keterkejutannya.

"Saya tidak tuli".

'Lah bukannya tadi dia bilang lebih keras', ingin rasanya Yuna menjerit, tapi ia harus tetap tenang dan sabar. Juandra sekarang atasannya.

"Ah ma...", baru saja Yuna membuka mulutnya, Juan dengan cepat memotongnya.

"Tidak usah minta maaf, saya sudah memaafkan", Juan tersenyum miring membuat Yuna mulai gerah dengan perilaku atasannya itu.

"Jabatanmu?", tanya Juan pada Yuna.

"Dia staf ahli pak", bukan Yuna yang menjawab, tetapi malah Namish.

"Aku tidak bertanya padanya", ketus Juan dengan lirikan mengerikannya pada Namish.

"Saya staf ahli Pak", cetuk Yuna membuat Juan tersenyum kembali padanya.

"Staf ahli? Kalau begitu berikan saya data terkait event yang akan kita tangani dalam satu tahun ke depan ini. Mulai dari data customer, budget, waktu, tempat, keuntungan dan segala sesuatunya".

"Baik Pak, saya akan mengirimkan bundlenya ke alamat email Bapak terkait hal tersebut", ungkap Yuna.

"Saya tidak mau bentuk bundle, buat dalam bentuk ppt, satu slide ppt, satu event", lanjutnya.

"Hah, apa anda gil...", Yuna langsung menutup mulutnya, ia lupa kini berbicara dengan atasannya.

"Kamu mengumpat?".

"Bukan begitu maksud saya pak, saya hanya....".

"Shtttt", Juan menyimpan telunjuk di bibirnya.

"Hanya kerjakan saja, terima kasih. Kau boleh pergi", Juan tersenyum sangat lebar dan mempersilahkan Yuna meninggalkan ruangannya.

Yuna menatap Juan kembali sebelum pintu ruangan Juan tertutup, dan Juan masih tersenyum lebar pada Yuna.

***

Yuna sekarang di meja kerjanya, mulai mengerjakan apa yang Juan minta. Rekan kerjanya yang lain ingin mendekati Yuna untuk sekedar menanyakan apa yang terjadi, tapi melihat raut wajah Yuna, mereka mengurungkan niat mereka.

Sambil mengerjakan pekerjaan dari Juan, Yuna memanfaatkan waktu dengan baik. Pekerjaannya tidak terganggu sama sekali. Yuna mengerjakannya dengan baik.

Jam makan siang telah datang, namun Yuna masih tenggelam dalam pekerjaannya. Enyla, Yurika, dan Sintia pun mendekat untuk mengajak Yuna makan siang bersama.

"Yun, jeda dulu yuk. Kita makan siang bersama", ajak Yurika.

Yuna memperlihatkan raut wajah sedih, "Belum selesai", rengeknya.

"Iya, makanya jeda dulu. Yuk kita pergi makan", Sintia menarik lengan Yuna untuk berdiri dari tempat duduknya.

"Yasudah", Yuna bangkit dari tempat duduknya dengan sisa-sisa tenaganya.

Love and JobTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang