Pacar?

103 11 5
                                    

"Kamu ikut saya", titah Juan pada Yuna, lalu membuang wajahnya saat berpapasan dengan Janshen.

Yuna benar-benar kebingungan, kepalanya menoleh bergantian untuk melihat dua laki-laki itu.

"Tunggu apa lagi? Kenapa masih diam di sana?", Juan meninggikan suara, ia benar-benar dalam keadaaan marah.

Yuna pun akhirnya mengikuti langkah Juan, tapi baru saja beberapa langkah, Janshen mencekal lengannya.

"Dia masih bekerja di sini", ucapan Janshen ditunjukkan kepada Juan.

Merasa itu ditunjukkan padanya, Juan pun menoleh, dan menatap Janshen tajam, ia semakin geram saat melihat Janshen mencekal lengan Yuna. Tak mau kalah, Juan pun meraih satu lengan Yuna yang menganggur.

"Dia juga harusnya bekerja di perusahaan saya", Juan menarik lengan Yuna membuat cekalan Janshen terlepas.

Sukses membawa Yuna di sisinya, Juan pun menuntun Yuna untuk keluar dari cafe.

"Kau tidak pernah berubah Juan, kau selalu merebut milik orang lain", sindir Janshen membuat langkah Juan yang ada diambang pintu keluar cafe terhenti.

Juan menoleh, tatapan matanya pada Janshen masih tajam, dan itu membuat Yuna sedikit takut.

"Berkacalah, siapa yang menjadi perebut", Juan kembali meneruskan langkahnya sambil membawa Yuna dengan menuntut tangannya.

Seakan terhipnotis, Yuna hanya bisa diam sambil menatap tangannya yang kini digenggam Juan. Langkah kaki Juan yang cepat dan besar bisa diimbangi oleh Yuna sehingga ia tidak terlalu kesulitan dalam berjalan. Yuna dan Juan berhenti di depan perusahaan mereka, dengan lembut Juan melepaskan genggaman tangannya.

Mereka berdua kini saling berhadapan, Juan memijat area alis matanya seolah sedang meredam emosinya.

"Berhentilah berhubungan dengannya", ucap Juan tanpa menatap Yuna, ia masih memijat area alisnya.

"Maksud Bapak?".

"Janshen".

"Tapi Pak....".

"Saya bilang berhenti berhubungan denganya. Kamu mengerti?", kini Juan menatap Yuna, dan Yuna sadari ucapan atasannya itu tidak main-main.

Yuna tidak bisa menanggapi ucapan Juan, tenggorokannya seolah berat bahkan untuk sekedar menelan ludah.

"Saya anggap kamu mengerti", ucap Juan meninggalkan Yuna.

'Apalagi ini Tuhan.....', Yuna berjongkok setelah punggung Juan menghilang. Ia tidak mengerti kenapa selalu terlibat dengan Juan, bahkan disaat menegangkan tadi. Hubungan apa yang dimiliki Juan dan Janshen, dan kenapa harus berkaitan dengannya.

Yuna mengacak-ngacak rambutnya, mengutuk dirinya, namun uluran seseorang dengan jam tangan hitam yang melekat di lengannya membuat Yuna mendongkak.

'Pak Juan? Kenapa balik lagi?'.

Tangan Juan bergerak kembali, seolah memerintah Yuna untuk menyambut tangannya. Yuna menurut, ia meraih tangan Juan.

Yuna di bawa ke mobil, seperti biasa lelaki itu membukakan pintu untuk Yuna.

"Mau dipasang sendiri atau saya pasangkan?".

'Pasang? Pasangkan?', Yuna mencoba untuk berfikir cepat.

SEAT BLET....

"Saya pasang sendiri saja Pak", Yuna dengan cepat memasang seat belt-nya.

EH TUNGGU... Mau kemana ini?

Mobil Juan berhenti di depan gerbang hitam yang besar, tidak ada seseorang yang membukanya, tapi gerbang itu terbuka dengan sendirinya.

Love and JobTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang