"Kamu ngaku jadi pacar saya?".
Pertanyaan Juan membuat Yuna mengutuk dirinya sendiri. Harusnya ia tidak mengatakan itu. Yuna menyesal, dan ia lebih memilih untuk tidak menjawab pertanyaan Juan.
"Ayo", tepat setelah pintu lift terbuka, Juan kembali menarik Yuna. Kali ini ia membawanya ke mobil pribadinya.
Yuna diam menurut, mau dibawa kemana pun Yuna sudah pasrah.
Juan memarkirkan mobilnya di parkiran dekat taman kota. Alih-alih turun, ia memutar volume AC mobil agar lebih dingin.
"Saya kasih waktu buat kamu jelaskan hal tadi", ucap Juan memperbaiki posisi duduknya, agar bisa menatap Yuna leluasa.
'Disini??Di mobil?? Ga salah'
Tidak adanya jawaban dari Yuna membuat Juan kembali meraih tangan Yuna.
"Mau jelasin hal tadi?".
"Ah iya Pak.... Sebelumnya... saya minta maaf, saya menggunakan alasan bahwa saya sakit tadi. Saya benar-benar minta maaf".
Juan hanya mengangguk tanpa melepaskan Yuna dari pandangannya.
"Yesa... Saya salah karena tidak konfirmasi terlebih dahulu ke Pak Namish. Saya kira jika sistem magang tidak melalui persetujuan Bapak terlebih dahulu karena tahun lalu pun proses anak magang langsung saya yang pegang".
Yuna menunggu Juan untuk menanggapi, tapi nyatanya pria itu masih betah menatap Yuna, seolah jawaban Yuna tidak memuaskannya.
"Jadi.. saya mohon maaf Pak. Yesa juga sudah diterima, kasihan dia jika harus diberhentikan sepihak".
Masih tidak ada tanggapan dari Juan, pria itu masih terus menatap Yuna seolah menelisik lebih dalam apa yang ada dipikiran gadis di depannya.
"Pak??".
"Itu jawaban seorang pegawai, bukan seorang pacar".
Jleb... Yuna lupa bahwa tadi ia membujuk Juan dengan dalih pacarnya.
"Lalu saya harus menjelaskannya bagaimana, Pak?".
"Rayu saya, pacar biasanya merayu".
APA?? Mana bisa Yuna melakukan. Yuna belum pernah berpacaran, jadi bagaimana ia tahu taktik merayu.
"Pak...".
"Iya".
"Sebenarnya...".
"Iya?".
"Saya tidak tahu caranya merayu. Saya belum pernah berpacaran", Yuna tertunduk malu. Sungguh sangat malu, di usianya yang hampir menginjak umur 30 tahun ia belum pernah berpacaran. Bukan karena tidak mau, tapi karena tidak ada waktu dan ada rasa takut untuk memiliki hubungan istimewa.
Juan tersenyum tipis, tangannya kini bergerak menyentuh dagu Yuna agar sang gadis kini dapat menatapnya.
"Nanti saya ajarkan ya".
Seolah terhipnotis dengan tatapan Juan, Yuna hanya mengangguk pelan.
"Saya maafkan untuk kali ini, tapi Yesa tetap harus pergi", ucap Juan melepaskan tangannya yang tadi ada di dagu Yuna.
"Saya tidak mau lengah", lanjutnya.
Juan menatap nanar pandangan di depan kaca mobilnya. Yuna menyadari bahwa hubungan Juna dan Yesa tidak baik seperti rumor yang didengarnya. Iba dengan apa yang dialami Juan, tangan Yuna mengusap punggung tangan Juan, membuat sang empunya menoleh padanya. Anggap saja Yuna kini sedang merayu Juan, tapi Yuna merasa ia musti melakukan ini.
"Pak, apakah mau dicoba dulu?".
"Maksudnya?", Juan mengangkat alisnya, masih membiarkan tangan Yuna yang masih betah berada di punggung tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Job
ChickLitJuandra, pria yang merupakan lulusan psikologi berakhir memimpin unit bisnis keluarganya. Unit bisnis yang mengelola perencanaan event dan pernikahan. Saat memimpin bisnis tersebut, ia bertemu dengan karyawan yang pekerja keras bernama Yunara. Seiri...