kepingan 3

2 1 0
                                    

HAPPY READING ^^

-------

"AROOOO"

Teriakan itu membuat Aro yang tadinya tenang menonton TV kini menoleh spontan pada pintu yang terbuka lebar menampilkan kembarannya dengan cengiran menyeramkan menurut Aro.

"kenapa?" ucap Aro saat Ara sudah duduk di single sofa dekat Aro

"look at this Aroo, my cutie pie sudah kembali" ucapnya memperlihatkan gelantungan flashdisk kecil berwarna pink itu

"ketemu dimana?" tanya Aro masih memfokuskan dirinya pada TV

"ada mahasiswa yang nitip ke pak Rahmat, i hope can meet with this guy" ucap Ara memohon

"that a guy?" tanya Aro

"maybe, because pak Rahmat said Mahasiswa not Mahasiswi" ucap Ara membuat Aro tertawa

"belum tentu guy kali Ra, maybe girl but pak Rahmat just wanna to say Mahasiswa" ucap Aro

"whatever a gender Ro, i must meet this person" ucap Ara memohon lagi

"aamiin" ucap Aro kembali berfokus pada TV dihadapannya

-------

Ara berjalan dengan nampan di tangannya, langkahnya riang menuju pintu yang tertutup rapat itu.

"Arooo" teriaknya pasa sang pemilik kamar

"mau apa?" kata Aro tanpa membukakan kembarannya itu pintu

"gak sopan ya lo" ucap Ara kesal, sebab rasanya seperti berbicara dengan pintu.

Tak berselang lama, Aro muncul dengan baju tidurnya dan stik PS di tangannya.

"nih obatnya, lepas PS lo dan minum obat lo" ucap Ara menyodorkan nampan yang berisi segelas air dan beberapa botol obat yang dikatakan Ara tadi.

"taruh di dalem aja Ra, nanti gue minum" ucap Aro lalu berjalan kembali menuju single sofa kamarnya.

"Ro, jangan ditunda, minum sekarang" ucap Ara kini menaruh nampan diatas meja depan TV PS Aro.

"iyaa diminum, tapi nanti, selesein satu game aja" ucap Aro dengan pandangan masih fokus pada TV dihadapannya.

"ARO!" bentak Ara membuat Aro terkejut dan menoleh pada kembarannya itu.

"lo paham kata sekarang gak? gue mau lo minum obat SEKARANG" Ucap Ara menekankan kata terakhirnya

Tanpa kata, Aro mulai mengeluarkan beberapa pil dari botol dan mulai meneguk airnya. Senyum laki laki itu ia tunjukkan untuk gadis yang kini berdiri di dekatnya.

"puas? sana keluar" ucap Aro lalu kembali memberikan fokusnya penuh pada TV di depannya dan stik PS di tangannya.

Mau tak mau Ara benar-benar keluar dari kamar Aro, saudara satu-satunya milik Ara. Raut wajah gadis itu susah dijelaskan, tampak sedih dan lega sekaligus.

"udah diminum?"

Pertanyaan itu membuat Ara menoleh, mendapati Papa dan Mamanya kini menatapnya. Ara melayangkan senyum menandakan semua berjalan lancar.

Senyum Ara membuat kedua orang tuanya paham dan ikut melengkungkan bibir tipis. Ara mendudukkan dirinya pada sofa panjang yang juga diduduki sang Mama.

"Apa gak sebaiknya Aro lanjutin perawatan?"

Pertanyaan itu membuat kedua orang tuanya menatap dalam sang putri.

"Aro gak mungkin terus terusan minum obat kan Ma, Pa?" tanya Ara lagi

BERKEPINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang