kepingan 5

5 2 1
                                    

HAPPY READING ^^

-------

Rumah dengan dua lantai, suasana nampak hangat dan mengikat. Alunan lagu dalam headphone-nya membuat Ara berjalan dengan sedikit tarian. Langkahnya tertuju pada kamar kembarannya yang terletak tepat disebelah kamarnya.

Tangannya bergerak menekan volume min pada ponsel yang dimainkan, lalu dengan segera mengetuk pintu dihadapannya.

Ketukan kedua sudah Ara layangkan, namun belum kunjung ada respon dari sang pemilik kamar. Ara sudah naik pitam, hendak mengetuk dengan kekuatan penuh namun sebelum itu, sang pemilik sudah keluar.

Aro, sang pemilik kamar, berjalan lemas dengan pakaian rapi tak lupa tas ransel kuliah dibalik punggungnya.

Ara yang melihat keadaan kembarannya itu sedikit terkejut, Aro dengan bibir pucat, kulit sedikit kuning, dan telapak tangannya tampak bergetar. Ara sungguh tak suka jika Aro sudah seperti ini.

"Masuk lagi, gak usah kuliah" ucap Ara mendorong Aro pelan membuat kembarannya itu terdorong pelan.

"Ayo tidur aja" ucap Ara menuntun sang laki-laki untuk menuju ranjang

"Matkul gue hari ini penting Ra, gue mau kuliah" ucap Aro sedikit berusaha melepaskan tangannya

"Dengan keadaan seperti ini? gila lo" ucap Ara kembali menarik tangan Aro

Tarikan Ara lebih kuat daripada tenaga Aro kali ini, kini dia sudah terduduk di ranjangnya. Aro tersenyum menatap Ara yang kini tengah berusaha melepas sepatunya.

"Biar gue aja" ucap Aro membantu gadis itu berdiri

"Lo istirahat, gue panggil Mama ya" ucap Ara berdiri dari jongkoknya tadi

"Gue gapapa Ra, butuh tidur dikit aja" ucap Aro

"Perut lo nyeri? Mual gak?" Ara mengalihkan ucapan Aro tadi

"Gak Ara" ucap Aro dengan senyuman

"Maaf ya, kemarin gue banyak marahin dan suruh suruh lo" ucap Ara kembali mendudukkan dirinya di depan Aro

Tingkah Ara membuat lagi-lagi Aro tersenyum, tangannya tergerak mengelus surai panjang milik kembarannya itu.

"Gue gapapa, bilang Mama bawa obat gue ya" ucap Aro lalu dengan segera Ara mengangguk dan berlari menuju Mamanya.

Aro sangat tak ingin gadis itu bersedih, padahal dada dan perutnya begitu nyeri, dirinya pun merasa mual yang begitu memusingkan kepalanya.

Aro merebahkan badannya dan melepaskan kemeja yang tadi ia kenakan, matanya melirik lengan kiri yang tadi Ara tarik, di sana terdapat sedikit lebam kebiruan, Aro berusaha menutupinya.

Aro melihat pintunya yang kini dimasuki oleh dua perempuan yang terlihat tergesa itu. Aro sangat tidak suka sifat panikan yang ibu dan anak itu miliki.

"Ini sayang obatnya, perlu apalagi?" tanya Sarah yang hanya dibalas gelengan oleh Aro

"Perut kamu sakit? dada kamu nyeri? mual?" tanya Sarah beruntun membuat Aro menghela nafas pelan.

"Gak Mama, amann" ucap Aro lalu bangkit untuk minum obatnya

Hal itu tentu mendapat tatapan penuh oleh Ara, tatapan selidik Ara layangkan ketika melihat Aro mencoba menyembunyikan lengan kirinya.

Ara berjalan menaiki ranjang Aro, duduk disebelah kiri dan mencoba menyelidiki mengapa laki laki itu menyembunyikan lengan kirinya.

"Turun Ra, kotor lo naik naik" ucap Aro yang sudah merasakan Ara curiga pada lengan kirinya

"Kenapa lengan lo?" tanya Ara langsung tanpa ingin basa basi.

BERKEPINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang