kepingan 7

4 2 7
                                    

HAPPY READING ^^

--------

Suasana pagi di rumah besar ini tampak sepi, karena anggota keluarga mereka berkurang dan tak lengkap.

Ara dan kedua orang tuanya menduduki meja makan yang kini tak diduduki Aro. laki-laki itu masih tertidur dan akan bangun saat jam minum obatnya sudah tiba.

"Ara jadi jagain Aro kan hari ini?" tanya Sarah menatap sang putri yang tengah menyuap santapan paginya

"Jadi, kan sudah dibicarain kemarin sore" ucap Ara sambil mengangguk angguk

"Gapapa kan? Mama sama Papa malam ini sudah balik kok" ucap Sarah kembali mempertanyakan sang putri

"Gapapa Mama, Aro aman ditangan Ara" ucap Ara dengan cengirannya

"Anak Papa pinter, jagain adeknya ya" ucap Ferdinan kini menatap Ara

"Siap Papa" ucap Ara semangat

Tak lama setelah menyelesaikan sarapannya, Sarah san Ferdinan pamit untuk menghadiri acara di luar kota hari ini.

Berat untuk mereka meninggalkan sang putra yang kini tengah sakit. Namun Aro meyakinkan kedua orantuanya untuk pergi dan meninggalkannya dengan Ara.

"Mama Papa pamit ya, nanti malam sudah dirumah" ucap Sarah memeluk sang putri

"Iya Mama, kalau memang tidak memungkinkan pulang malam ini, gapapa besok pagi aja" ucap Ara, mengingat kedua orangtuanya akan penat jika harus Pulang-pergi dalam sehari

"Kami usahakan yaa nak" ucap Ferdinan kini bergantian memeluk anak sulungnya

"Titip salam untuk Aro, kalau sudah bangun langsung disuruh minum obat ya Ra" ucapan Sarah mendapat anggukan dari Ara

"Hati-hati ya Ma, Pa" ucap Ara dengan lambaian tangannya yang begitu semangat.

Ara melihat jam dinding di ruang tengah rumahnya, kini menunjukkan pukul 9 pagi, dimana Aro harus bangun sekitar 30 menit lagi.

Ara berjalan menuju kamarnya untuk menyiapkan papper yang akan diberikan pada Ora pagi hari ini.

---------

Ora sudah memasuki kawasan perumahan elit dekat kampusnya, sedari tadi mata Ora tak henti-henti berbinar menatap bagunan besar yang dilewatinya.

Rumah-rumah ini tampak lebih besar dari kos-kosan yang Ora tinggali. Namun rumah-rumah ini nampak sama, Ora tak bisa membedakan satu dengan yang lainnya.

Sudah 5 menit lamanya Ora mencari alamat rumah asisten dosennya, namun hasilnya masih abu-abu, Ora belum menemukannya.

"Setelah perempatan pertama, belok kiri dan rumah kedua sebelah kanan ya Naura"

Begitulah pesan yang Ora terima, tak lama dari membaca pesan itu, got it! Ora menemukan rumah itu. Rumah berwarna abu dengan gaya amerika dan gerbang hitam besar yang menutupinya.

Ora segera menekan bel yang ada di pilar tembok sebelah kanan, tak lama gerbang hitam tinggi menjulang itu terbuka. Ada sosok paruh baya berusia sekitar 50-an tahun membukakan Ora gerbang.

"Mau cari siapa neng?" tanya bapak itu, nampaknya itu satpam pikir Ora.

"Mau cari Kak Aurel, ada?" tanya Ora dengan sopan

"Aurel? Aurel teh saha neng?" tanya bapak itu nampak kebingungan

Ora menggaruk tengkuknya yang tak gatal, Ora tau kakak tingkatnya itu memiliki nama lain yang dikenal orang rumahnya, namun Ora tak tau apa panggilan itu.

BERKEPINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang