kepingan 8

4 2 8
                                    

HAPPY READING ^^

--------

Ruangan berukuran kecil ini menampung tiga gadis yang kini tengah menjenguk sahabatnya. Ora benar benar menepati perkataannya membawa Sandra untuk menjenguk Alin yang kini sudah lebih sehat.

"Nih gue dipaksa nih sama Ora buat beliin lo buah" ucap Sandra sambil mendoronng keranjang buat lebih dekat dengan Alin

"Oh lo gak ikhlas? Fine" ucap Alin sok tak mau menerima buah itu

"Gak usah drama lo" ucap Sandra lalu berjalan menuju kasur dan merebahkan dirinya

"Aku mau bertanya sama kalian, boleh?"

Suara itu tentu dari Ora yang kini duduk bersandar pada tembok putih dan menjadikan bantal tumpuan untuk tangannya.

Alin dan Sandra yang mendengar itu tentu saja langsung menoleh, karena jarang jarang Ora bersikap serius pada mereka.

"Kenapa?" tanya Alin dengan tangan kembali menaikkan selimut untuk menutup tubuhnya

"Kalau sampai kakak di mimpiku itu nyata, apakah itu mungkin?" tanyanya membuat kedua sahabatnya menatapnya lekat.

Sebab, Ora sangat jarang mau membahas tentang "kakak" itu, kecuali gadis itu baru memimpikannya.

"Lo mimpiin dia lagi?" tanya Sandra yang mendapat gelengan pelan dari Ora

"Bagaimana kalau aku ketemu dia di dunia nyata?" tanya Ora lagi

"Gak mungkin lah, dia kan bunga tidur aja" ucap Sandra menenangkan

"Betul, itu orang fiktif Ra" ucap Alin membenarkan ucapan Sandra

"Beberapa hari yang lalu, aku ketemu orang dengan suara yang sangat mirip dengan kakak itu" ucap Ora

Kini kedua sahabatnya sudah duduk mendekat ke arah Ora, ceritanya nampak membuat dua gadis itu sangat penasaran.

"IYA?!" ucap Sandra sedikit berteriak

Anggukan pada kepala Ora membuat Alin dan Sandra terdiam, selama ini Ora selalu menceritakan setiap mimpi yang ia dapatkan. "Kakak" yang sejak tadi Ora sebutkan selalu menjadi peran utama mimpi itu.

Sejak kepergian kedua orang tuanya dulu, Ora selalu mendapatkan mimpi yang menurutnya tak masuk akal. Entah karena apa, ia selalu bermimpi diajak ke surga.

Kepergian orang tua Ora menyisakan sakit yang mendalam bagi gadis itu, Kecelakaan tunggal yang mengakibatkan kedua orang tuanya harus meregang nyawa di tempat kejadian.

Ora yang saat itu berusia 10 tahun, tak tahu harus bereaksi seperti apa. Ia bungkam seribu bahasa, hanya dia yang selamat dari kejadian mematikan itu. Ora dengan benturan di kepalanya yang hampir menghilangkan nyawanya juga.

"Dimana? Lo ketemu dimana?" tanya Sandra yang menunggu cerita Ora

"Malam itu, saat aku berantakan di depan pintu kos, aku bertemu dia" ucap Ora pelan dengan menunduk dan memainkan kuku tangannya

Sandra dan Alin bertatapan dan mengangguk anggukan kepalanya, ternyata itu sebab gadis 19 tahun ini menangis dan berantakan tempo hari.

"Dia apain lo?" tanya Sandra mulai turun dari kasur yang sedari tadi menjadi tempatnya bersila.

"Tidak apa-apa, tapi suaranya benar benar berputar di kepalaku" ucap Ora lagi

"Jika dia memang ada di dunia ini, bisa jangan ganggu aku tidak? bisa jangan--" perkataan Ora terhenti karena ia menghembuskan nafas beratnya perlahan

"Kalau belum bisa cerita gapapa, kita masih disini Ra" ucap Alin mulai mendekati dan memeluk pelan badan kecil Ora

"Hari ini aku bertemu dia lagi"

BERKEPINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang