O3 : 🦋

1.1K 184 1
                                    


"Buruan duduk rapi, Pak Kamal jalan ke sini!"

Keadaan kelas XI IPA 2 mulai berubah kondusif saat ketua kelas memberi aba-aba untuk rapi karena wali kelas mereka sudah datang.

"Selamat pagi anak-anak, di tahun ajaran baru ini, kita mempunyai keluarga baru. Ayo Oci silahkan perkenalkan diri kamu," ujar Pak Kamal memperkenalkan gadis cantik yang berdiri di sampingnya.

"Hai selamat pagi teman-teman semua, aku Olyncia Avenna kalian bisa panggil aku Oci, aku pindahan dari Bandung. Salam kenal yaa semua!"

Seisi kelas X1 IPA 2 berdecak kagum melihat Oci, bagaimana tidak gadis itu bisa dikatakan sempurna, kulit seputih susu, rambut pirang panjangnya dan juga pipi tembam yang sangat menggemaskan.

"Oci 08 berapa?"

"Cantik banget gila, bidadari dari surga ini mah!"

"Gemes banget cok pipinya mau gua gigit."

Keadaan kelas kembali ramai. Oci bernapas lega, ternyata teman-teman barunya menyambut hangat dirinya.

"Oci sekarang duduk di samping Jarrel ya, meja ke tiga di paling pojok."

Oci mengikuti arah pandang Pak Kamal, seketika bola matanya membulat, itu lelaki kemarin yang membentaknya. Dari mejanya Jarrel menyeringai, ia suka melihat raut wajah gadis itu yang ketakutan terhadap dirinya.

Oci berjalan mendekati meja tempat dia duduk, ia menggigit bibir bawahnya-gugup-mata indahnya tidak berani menatap mata tajam milik Jarrel, ia terlalu takut.

"Umm permisi, kamu bisa berdiri dulu? Oci mau duduk di bangku kosong sebelah kamu," pinta Oci ia masih setia menundukkan kepalanya.

Entah kenapa ruang kelas berubah menjadi hening, Jarrel masih setia memerhatikan gadis di depannya, tanpa mau berdiri.

Melihat itu Miguel yang duduk di belakang Jarrel menepuk bahunya, "Minggir Jar, anak orang mau duduk."

Jarrel berdecak kemudian berdiri, membiarkan Oci masuk melewati depan badannya, tubuh keduanya sangat dekat hingga Jarrel bisa mencium wangi strawberry dari rambut pirang Oci. Shit.

"Kalau ngomong liat mata gua, mata lo masih berfungsi dengan baik 'kan, " bisik Jarrel membuat Oci mendongak dan kini mata keduanya bersitatap, sebelum Oci memutuskan sepihak buru-buru untuk duduk.

"Merekaka saling kenal ya Jeff?"
















"Merekaka saling kenal ya Jeff?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.












Sekarang waktunya istirahat. Oci sudah mempunyai beberapa teman, tadi juga dia sudah tahu tentang empat pentolannya SMADA, Elvano, Jarrel, Jeffrey, dan Miguel. Elvano juga menawarkan diri untuk mengajak Oci berkeliling sekolah, menurut Oci Elvano itu keren dia juga baik, ketua OSIS yang sangat bisa mengayomi. Kalau wakilnya Jeffrey, Oci belum banyak ngobrol sama dia sih, karena Jeffrey minim ekspresi sebelas dua belas sama temen duduknya–Jarrel–jujur aja Oci tuh takut, badan mereka besar-besar ditambah muka datar, ngebayanginnya aja bikin Oci gemeter.

Sekarang Oci lagi sama Miguel diajak buat keliling sekolah, harusnya mereka bertiga sama Elvano, tapi ketos itu tiba-tiba dapet panggilan buat ke ruang wakasek.

"Nah Oci ini tuh tempat yang biasanya anak-anak pada bolos. Kalau mau kabur mereka pada lewat tangga ini."

Oci mengangguk paham, dari tadi Miguel memberi tahu banyak tempat rahasia di sekolah ini, tempatnya anak-anak nakal.

"Miguel sering bolos ya? Emang ngga dimarahin ibu guru?"

"Kalau ngga ketahuan, ya ngga bakal kena omel," ungkap Miguel mati-matian ia menahan gemas akan ekspresi polos gadis di depannya ini.

"Miguel, kapan-kapan Oci mau ikut bolos juga dong boleh ngga?"

"Ngga boleh."

Bukan Miguel yang menjawab melainkan Jeffrey yang tiba-tiba datang menghampiri mereka.

"Kenapa Jeff?" Oci mengerjabkan matanya sambil menutup mulutnya menggunakan kedua tangannya, pertanyaan itu spontan ke luar dari mulut Oci, liat Jeffrey aja takut ini mulutnya malah ngajak ngobrol.

"Ngga usah ikut-ikut Miguel," tutur Jeffrey melirik Miguel sinis. Membuat Oci menundukkan kepalanya.

"Gua cuman ngasih penawaran Jeff, dari pada dia pusing sama pelajaran terus berakhir stres," celetuk Miguel mengendikkan bahunya, toh sekalipun murid serajin Jeffrey dia juga butuh tempat pelampiasan kayak begini.

Miguel hanya ngga mau munafik di depan gadis ini, seperti teman-temannya.

Oci yang tidak paham hanya memperhatikan mereka berdua yang saling memandang sinis satu sama lain.

Miguel menunduk merasa ada yang menarik-narik baju seragamnya, rupanya tangan Oci. "Kenapa?"

Oci menggerakkan tangannya memberi arahan agar Miguel menunduk. "Oci takut Jeffrey ngeliatin kita kayak begitu, pergi aja yuk ... Oci laper," bisiknya sesaat Miguel sudah menyamakan tingginya dengan Oci.

Cowok itu menggenggam tangan Oci kemudian melirik Jeffrey sekilas dengan sudut bibirnya yang terangkat. "Bye Jeffrey selamat menjalankan tugas."

Jeffrey menghela napas kasar, temannya itu benar-benar tengil, susah sekali dibilangin, Jeffrey hanya ingin menjaga anak baru itu agar tidak teracuni oleh pergaulan Miguel yang cukup bebas, terlebih Oci adalah adik dari alumni yang sangat berpengaruh di sekolah ini, Elvano sudah menceritakannya.

Jeffrey yakin sekarang tugasnya akan bertambah lagi, bukan hanya mengawasi Miguel yang super duper nakal tapi juga di tambah Oci, gadis lugu itu pasti dengan polosnya akan ikut Miguel, dilihat dari kedekatan keduanya.






🦋🦋🦋

SMA? SAMA RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang