O9 : 🦋

1.4K 198 55
                                    


"OLYNCIA, ANAK 11 IPA 2 ANGKAT TANGAN LO!"

"BUDEG YA LO SEMUA? GA PUNYA KUPING KAH?!"

"CEPET NGAKU, ANJING!"

Suasana kantin yang semula ramai menjadi hening karena teriakan-teriakan yang disebabkan oleh Gisel dan antek-anteknya. Empat gadis dengan seragam yang sengaja dikecilkan memperlihatkan lekuk tubuh mereka dan jangan abaikan bibir semerah cabai adalah pemandangan yang biasa anak SMADA saksikan saat melihat mereka berempat. Cabenya SMADA, itu sebutan untuk mereka.

Hampir seluruh siswa menghindari interaksi atau berhubungan dengan keempat cewek gila itu, masing-masing dari mereka adalah pemuja empat pangerannya SMADA. Namun hanya Gisel salah satu yang beruntung karena bisa menjalin hubungan dengan Jarrel. Banyak sekali yang penasaran kenapa mereka bisa menjalin hubungan tapi lebih memilih bungkam, alasannya tidak mau berurusan dengan circle cabe itu.

"OLYNCIA, ANGKAT TANGAN LO!" teriak Lucy cewek berambut merah di sebelah Gisel.

Merasa namanya dipanggil Oci yang baru saja ke luar dari toilet kantin bersama Elisa merasakan banyak pasangan mata yang menatap ke arahnya.

Gisel, Lucy, Mylen, dan Serra yang melihat Elisa segera menghampiri gadis itu karena mereka tahu Elisa anak IPA 2 pasti kenal cewek yang lagi mereka cari, keempatnya menatap sinis Elisa dan gadis pirang di sebelahnya.

"Kasih tau gua yang mana Olyncia?! Lo pasti tau 'kan!"

"Akuu Olynciaa!" seru Oci semangat, karena ia pikir akan mendapatkan teman baru. Oci belum menyadari pandangan orang-orang sekitar yang menatap mereka iba, seakan menyuruh mereka lari dari sana.

"Oh jadi ini jalangnya empat pacar kita?"

"Jaga mulut lo bitch!" Elisa membentak marah, segera menarik tangan Oci ke belakang tubuhnya, sebisa mungkin menyembunyikan tubuh mungil temannya.

"Si cupu ini mulai sok berani ya!"

Serra mulai menarik rambut Elisa yang langsung dibalas tak kalah bringas oleh cewek itu, keduanya mulai saling menjambak tidak ada yang berani memisahkan mereka bagaikan tontonan yang seru banyak dari mereka merekam kejadian itu.

"Elisaa berhentii! Elisaa." Oci berusaha memisahkan tapi tenaganya tidak cukup kuat.

"Sini lo!" bentak Gisel menarik paksa tangan Oci untuk ia bawa ke pinggir kantin.

"Apa aja yang lo lakuin kemarin malem sama Jarrel?! Sampai buat dia batalin makan malem bareng gua, anjing!"

Badan Oci bergetar hebat matanya mulai berkaca-kaca, seumur hidupnya tidak ada yang pernah membentak bahkan melemparkan kata-kata kasar padanya. Ia menatap Gisel takut, perlahan buliran bening itu turun di wajah cantiknya.

"Jawab bangsat bukan malah nangis!" Mylen mendorong tubuh lemah Oci hingga membentur pinggiran meja kantin.

Gadis itu meringis merasakan perih di pinggulnya. "O-oci cuman d-dianter Jarrel s-setelah jenguk Miguu."

"Alesan! Gua liat lo boncengan sama Elvan di depan toko kue!"

"Sialan ya lo! Mati aja sana!" Lucy yang memang tadi sudah menyiapkan ember berisi air langsung menyiram tubuh Oci yang terkulai lemas di lantai.

Elisa yang sudah lepas dari jambakan Serra segera menghampiri Oci untuk mendorong tubuh Lucy tetapi terlambat air itu sudah membasahi seragam temannya.

"Ci tahan yaa," Elisa mendekap tubuh Oci yang terus menggumamkan nama kakaknya. "Abang Langit, sakit." Oci benci dirinya yang lemah, yang tidak bisa membela dirinya bahkan temannya sendiri.

Gisel yang melihat itu tak tinggal diam dia menendang tubuh Oci membuat gadis itu sedikit berguling, ia menghampiri gadis itu dengan amarah yang membara badannya merunduk agar tangannya bisa mencengkram kuat pipi gadis itu.

"Gua peringatin lo, jauhin mereka atau lo bakal gua buat menderita!" ancam Gisel tangannya sudah siap untuk melayangkan pukulan sebelum sebuah suara seseorang menghentikan tindakannya.

"Sebelum kamu buat dia menderita, saya bakal pastikan hidup kamu seperti di neraka."

Gisel membolakan matanya terkejut, dia sangat tahu siapa pemilik suara dingin itu. Jeffrey Pratama. Gadis itu langsung mengurungkan niatnya yang ingin menampar Oci, membuat Elisa sedikit bisa bernapas lega.

Perlahan Gisel mengangkat wajahnya sebelum Miguel menampar dengan keras pipinya membuat tubuhnya tersungkur di hadapan Oci.

Serra, Lucy, dan Mylen segera menghampiri Gisel. Posisi mereka tepat berada di bawah kaki Jeffrey dan Miguel. 

Seperti seorang pahlawan kedua cowok itu datang di waktu yang tepat. Membuat Gisel dan teman-temannya tidak akan berbuat lebih jauh lagi.

Miguel merundukan badannya agar berhadapan dengan empat cewek itu. "Ngomong apa aja kalian ke Oci?!" rahang Miguel mengeras melihat keadaan gadisnya yang pucat juga terluka. "Ngomong apa aja bangsat?!" bentak Miguel hampir lepas kendali sebelum tangan Oci menyentuh pergelangan tangannya.

Wajah putih itu terlihat pucat badannya gemetar karena kedinginan. "M-miguu, Oci gapapa,"

Melihat itu Mylen terbakar api cemburu ia tidak suka melihat pandangan Miguel yang seakan memuja pada Oci. "Gua bilang, dia jalang. Cewek murahan!"

Plak

Suara tamparan tangan Miguel menggema di setiap sudut kantin, Miguel tidak pandang bulu mau itu laki-laki atau perempuan, jika mengusik miliknya ia tak segan-segan untuk langsung menyingkirkannya.

Bisik-bisik mulai terdengar riuh di sana, mereka sadar kenapa Mylen begitu berani, gadis itu telah menyimpan rasa pada Miguel saat di bangku SMP tapi cowok itu tidak pernah menganggapnya ada.

"L-lisa Oci takut," lirih Oci sebelum kehilangan kesadaran.

"Oci pingsan!" teriak Elisa segera Jeffrey mengangkat tubuh mungil itu ke dalam dekapannya ia membawa gadis itu ke luar dari kantin, jantungnya berpacu sangat cepat melihat wajah pucat pasi Oci.

"Apa-apaan ini?!"

Tidak berselang lama suara itu berhasil membuat seisi kantin mengalihkan pandangannya pada Elvano yang baru saja memasuki kantin bersama Jarrel, raut wajah keduanya terlihat bingung melihat Jeffrey yang pergi sambil mengangkat Oci. Namun dengan tenang cowok itu mendekat ke arah Gisel dan teman-temannya yang bersimpuh di bawah kaki Miguel.

"Baby ... sakit," adu Gisel manja saat melihat Jarrel mendekatinya. 

"Urusin itu cabe lo kayak anjing liar! Makin keliatan ngga ada harga dirinya," ujar Miguel menepuk bahu Jarrel sebelum ia pergi menyusul Jeffrey.

🦋🦋🦋

Haii, terimakasih banyak yaa atas dukungan kalian untuk ceritaku ini! Aku salting bangett bacain komen dari kalian hihihi ^__^

Tebak-tebakan kira-kira si cantik ini bakal jadi pacarnya siapa yaa?

Miguel/Elvan/Jeffrey/Jarrel?

ATAU KE-EMPATNYA AJA KALI YAA?

SMA : SAMA RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang