O5 : 🦋

1.3K 193 12
                                    


"Abangg Langit udah sampai sini aja, kaki Oci udah gapapaaa."

Selama perjalanan menuju SMADA Oci terus meyakinkan Langit akan kondisinya, biasanya Oci akan minta diturunkan dekat halte bus untuk menunggu temannya--Elisa. Namun kali ini ia tidak diberi izin Langit, pasalnya karena kejadian kaki Oci keseleo kemarin dan berujung diantar pulang cowok yang entah siapa Langit tidak kenal, menjadikan lelaki itu makin overprotective terhadap adik manisnya ini.

"Abang anter sampai depan kelas kamu. Oci ni kebiasaan kalau pergi sendiri ada aja pulang bawa luka, dasar ceroboh."

"Oci gapapaa ihh Abangg, salahin aja lukanya yang mau ikut Oci pulang," celetuk Oci asal sambil mengerucutkan bibirnya.

Sebelah tangan langit yang tidak memegang kemudi ia gunakan untuk mengusap surai panjang adiknya. "Lain kali hati-hati ya, Abang gamau tuan putri kesayangan Abang ini lecet lagi, udah sana turun." Bertepatan dengan itu keduanya telah sampai di depan sekolah, tangan besar Langi mencubit gemas pipi temban Oci.

"Ngga jadi anter Oci sampai depan kelas?" tanya Oci, Langit menggeleng memerhatikan Oci yang enggan keluar dari mobil, gadis itu sedang menunggu sesuatu darinya.

"Udah sana masuk nanti telat loh," Langit bersiap membuka pintu mobilnya tapi dengan cepat Oci tahan.

"Ada yang kurangg ihh!"

"Apa sayang?"

"Ngga tau ah, nyebelin!"

Langit sebenarnya  peka akan keinginan Oci. Namun ia senang sekali melihat adiknya marah, karena dimatanya Oci jadi berkali-kali lipat lebih menggemaskan.

Oci lebih memilih memandang kaca, dari pada menatap Langit yang cekikikan di belakang sampai sebuah uluran tangan dengan permen di atasnya muncul dari samping membuatnya menoleh.

"Sini cium, abang ngga lupa kok." Langit mengecup kening dan kedua pipi Oci membuat gadis itu menampilkan giginya, membuat Langit tersenyum gemas. "Seperti biasa, satu permen rasa strawberry dan tiga permen rasa mangga buat kesayangannya abang."

"Terimakasii abangg sayang!"

"Hei, hati-hati ya!" peringat Langit setalah Oci meninggalkan mobilnya.

Karena bunda Oci single parent dan sibuk bekerja untuk membesarkan mereka berdua. Kebiasaan sedari kecil mereka yang saling mengandalkan satu sama lain,  membuat Abang dan Adik itu sangat dekat terlebih tidak ada sosok ayah diantara mereka, membuat Oci tumbuh menjadi gadis manja yang selalu ingin diperhatikan Langit.

Pokoknya Oci ngga mau sekolah, sebelum dicium kening dan kedua pipinya oleh Langit atau ngga gadis itu bakal badmood seharian karena berpikiran bahwa Langit udah ngga sayang dia lagi.







Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






"Pagi Oci," sapa Elvano saat melihat tubuh gadis mungil itu memasuki pekarangan sekolah.

"Haii, pagi Elvan!" sapa balik Oci dengan ceria, gadis itu mendekat ke arah Elvano. "Elvan bawa apa itu?" tanya Oci penasaran saat melihat Elvan mengeluarkan amplop dari tasnya.

"Surat izinnya Miguel, dia sakit," jawab Elvano yang kini keduanya berjalan beriringan di lorong kelas.

"Migu sakit apa?" tanya Oci menghentikan langkahnya. Karena diantara ke-empat pentolan sekolah SMADA, Oci paling deket sama Miguel jujur aja Oci khawatir, raut wajah gadis itu sekarang jadi sedih.

Elvano memutar badannya kala tidak mendapati Oci yang berjalan di sampingnya. Cowok itu langsung menghampiri Oci yang sudah berhenti lima langkah di belakangnya. "Kenapa berhenti?"

"Migu sakit apa? Padahal hari ini Oci mau kasih coba permen rasa mangga ke Migu," jelas Oci sambil menunjukkan permen di hadapan Elvano.

"Biasa kecapean kalau abis tanding, Miguel suka demam," jawab Elvan kemudian mengambil satu permen dari tangan Oci. "Yaudah buat gua aja." Elvano langsung memakannya tanpa persetujuan Oci.

"Ihh Elvan nakal! Itu buat Miguuu," rengek Oci menghentakkan kakinya kesal membuat Elvano tertawa gemas melihat tingkah gadis mungil ini. Interaksi keduanya tak luput dari banyak pasang mata siswa-siswi SMADA, salah satunya Jarrel yang mengurungkan niatnya masuk kelas dan langsung memutar balik badanya menuju tongkrongannya, bisa dipastikan ia akan bolos mapel pertama.

"Ihh Elvan nyebelin sama kayak Abang!"

Elvano kembali menetralkan raut wajahnya. "Ayo cepet ke kelas, nanti gua ganti permennya."

"Sekalian anter Oci jenguk Migu yaa!" Oci kembali bersemangat, sedikit mendongkak menatap Elvano yang lebih tinggi darinya.

Elvano mengangguk. "Dari tadi lo nyebut Miguel, Migu? Panggilan sayang?" tanya Elvano ia jadi penasaran, karena setelah beberapa minggu Oci bersekolah di sini dan berteman baik dengan Miguel, Elvano perhatikan Miguel sedikit berubah ke arah yang positif.

"Huum." Oci mengangguk semangat sambil mengunyah permennya. Mendengar itu Elvano entah kenapa malah merasa kesal(?)

"Jadi lo sayang Miguel?"

"Iyaa, semuanya yang baik Oci sayangg," ujar Oci kemudian menatap Elvano yang lebih tinggi darinya.

"Sekarang Oci juga sayang Elvan!" lanjut gadis itu kemudian pergi meninggalkan Elvano setelah ia dipanggil Elisa untuk pergi ke kantin.

"DADAH ELVAN!"

Perkataan Oci barusan mampu membuat dunia Elvano berhenti untuk beberapa saat. Sebelum Jeffrey datang menepuk pundaknya.

"Kenapa Jeff?"

"Kamu liat Oci?" tanya Jeffrey saat cowok itu datang ia langsung bertanya pada satpam parkiran, karena ia tahu Elvano dan Oci adalah dua anak SMADA yang paling rajin berangkat pagi.

"Barusan bareng gua tapi sekarang lagi di kantin anaknya, sama Elisa."

"Oke, makasih ya Van," ujar Jeffrey hendak pergi ke kantin. Namun keburu ditahan Elvan.

"Tunggu Jeff, kenapa lo cari Oci? E-eh maksud gua ngga biasanya." Elvano merutuki dirinya yang tiba-tiba jadi kepo.

Jeffrey menunjukkan paperbag di tangannya. "Saya mau balikin jaket punya abangnya. Udah dulu ya Van," putus Jeffrey meninggalkan Elvano.

Jaket Langit? Kok bisa? Elvano ketinggalan apalagi ini ya Tuhan, tadi sayang Miguel sekarang Jaket abangnya Oci ada di Jeffrey?

"Ck, kok lu jadi kepo begini sih Van," gumam Elvan pada dirinya sendiri.

🦋🦋🦋

SMA : SAMA RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang