Pagi yang cerah di hari libur, Oci sudah menyusun kegiatannya pagi ini ia akan bersepeda disekitar taman komplek bersama Langit, karena lelaki itu berjanji akan membelikan dia es krim. Setelah itu Oci akan ke toko roti viral yang ia lihat di ponselnya.Gadis itu sudah siap dengan baju olahraganya sedang menunggu Langit di meja makan.
"Bundaa, abang kok lama banget kemarin malam bilang katanya Oci suruh tunggu di meja makan aja, ini udah tiga puluh menit abang ngga turun," rengek Oci menenggelamkan wajahnya ia kesal dengan abangnya itu, pintu kamar udah diketuk tapi ngga ada sahutan juga.
"Ya ampun adek, bunda lupa bilang. Abang ada pertemuan mendadak yang ngga bisa dibatalin." Wanita paruh baya itu menepuk jidatnya ia lupa maklum faktor usia ditambah banyak pikiran juga.
Oci sudah siap menumpahkan air mata yang sudah banjir di pelupuk matanya, ia sangat menaruh harapan pada Langit yang menjanjikannya untuk bersepeda bersama pagi ini. Oci paling tidak bisa diberikan janji, ia akan merasa sangat dikhianati jika dibatalkan seperti ini walaupun ada sebab akibatnya.
Bunda yang melihat itu segera menghampiri putrinya. "Sayang, jangan sedih yaa. Ini abang udah nitip sesuatu buat kamu." Bunda memberikan paper bag dengan motif bunga kepada Oci.
Oci membuka paper bag itu banyak sekali susu dan juga makanan di dalamnya juga ada selembar surat dari Langit.
Abang minta maaf ya tuan puteri ngga bisa temenin Oci sepedaan. Oci ngga boleh nangis nanti mukanya jadi jelek, ini semua buat Oci dihabiskan yaa, nanti abang pulang bawain roti viral yang Oci liat di Tiktok.
-with love Langit.Setelah membaca surat itu senyum manis terbit di bibir mungil gadis itu, rasa kesalnya berkurang sedikit karena paper bag yang diberikan Langit untuknya. Mudah sekali bagi Langit untuk membujuk tuan puterinya, Oci tidak akan pernah bisa marah lama-lama dengan dirinya.
"Bundaaa Oci mau sepedaan dulu yaa, baiibaiii!"
Kurang lebih sudah satu jam Oci keliling komplek pake sepeda pink kesayangannya. Sekarang Oci lagi duduk di taman komplek sambil makan es krim Oci berpikir seharusnya makan es krimnya berdua sama Langit tapi Langitnya malah ada urusan mendadak.
"Huh sayang banget Abang Langit ngga ikut Oci sepedaan, padahal es krimnya enak banget!" gumam Oci sambil melihat anak kecil yang sedang main bola di depannya.
Saat sedang menikmati es krim dan pemandangan anak yang main bola di depannya tiba-tiba dari arah belakang ada orang jahil yang ngambil topi punya Oci, huh ngga sopan banget topi lagi dipake dikepala main diambil aja, sama gadis itu dikejar dong maklum topinya masih baru, nanti bisa kena marah bunda kalau hilang.
"Bocil kematian kembaliin topi Oci!"
Anak itu terus berlari seakan sedang bermain, membiarkan Oci kelelahah mengejarnya di belakang.
"Akh!"
Oci terus berlari sampai tidak sadar kakinya tersandung akar pohon yang lumayan besar, sakit sekali. Hal itu membuat anak kecil tadi menghampirinya.
"K-kakak maaf."
"DION!"
Anak kecil yang diketahui bernama Dion itu menoleh mendapati kakak laki-lakinya menghampiri mereka.
Oci gadis itu sudah banjir air mata ia terus meringis merasakan kakinya yang terkilir ia sudah tidak peduli dengan keadaan sekitarnya, keadaan taman pagi ini cukup ramai anak kecil yang sedang bermain hal itu menyebabkan Oci yang menangis menjadi pusat perhatian.
Jeffrey yang melihat keadaan Oci terkejut segera ia menggendong gadis itu ala bridal dan mendudukkannya pada aula di taman.
"Sakit sekali ya? Bagian mana yang sakit?"
Oci tidak menjawab karena cukup terkejut dengan perlakuan Jeffrey yang tiba-tiba memindahkannya.
"Ocii," panggil Jeffrey sekali lagi. Gadis itu masih setia menangis.
Menyadari Oci yang takut–tidak mau menatapnya–Jeffrey mengusap rambut pirang gadis itu. "Jangan takut." Ini kali pertama keduanya berbincang lama, walaupun satu kelas Oci lebih akrab dengan Miguel dan Elvan.
Oci mendongkak sambil bibirnya mengerucut. "J-jeff kaki Oci sakit," cicit gadis itu, seluruh wajahnya sudah memerah karena menangis.
"Saya izin sentuh kaki kamu ya, lurusin, saya bakal coba obatin," jelas Jeffrey mencoba untuk memijat pergelangan kaki Oci yang terkilir, Jeffrey cukup berpengalaman akan hal ini beberapa kali Miguel selaku kapten basket SMADA mengalami cidera Jeffrey sendiri yang mengobatinya.
Oci menutup matanya merasakan jari-jari besar Jeffrey menekan, memutar dan sesekali menarik pergelangan kakinya. "Sudah selesai, bagaimana apa masih sakit?"
Oci membuka kedua matanya perlahan ia menggerakkan kakinya, sudah lebih baik dari sebelumnya, keduanya bersitatap menurut Jeffrey wajah Oci sekarang sangat menggemaskan pipi tembam dan hidungnya memerah karena habis menangis, persis seperti kepiting rebus.
"Maafkan perbuatan adik saya Dion, dia sangat nakal. Kaki kamu tidak akan terluka jika dia mengambil topimu," ujar Jeffrey merasa bersalah karena kelakuan adiknya.
"I-iya gapapa Jeff kaki Oci juga udah enakkan. Makasih ya Jeffrey."
Suasana kembali canggung. Namun tidak berlangsung lama saat Dion datang membawa es krim, gadis kecil itu berharap ia akan dimaafkan atas kesalahannya.
"Ini untuk kakak cantik, tolong maafkan Dion ya," pinta anak itu tulus, memberikan Oci es krim rasa vanilla dan juga topi motif strawberry yang ia ambil.
Oci menggangguk kemudian menerimanya, "Sini Dion makan es krimnya bareng Oci!" Gadis itu sedikit menggeser tubuhnya agar Dion bisa duduk di dekat mereka.
"Jeff mau? Cobain ini punya Oci," tawar gadis itu Jeffrey menggeleng. sedikit tersentak karena dari tadi dia melamun memerhatikan keduanya.
"Kakak ayo cobain punya kakak cantik, tadi katanya mau nyoba rasa vanilla," celetuk Dion dihadiahi tatapan tajam dari Jeffrey.
Oci kemudian menyodorkan es krimnya agar Jeffrey bisa mencobanya. Lelaki itu sedikit melirik Oci, meminta persetujuan dan dijawab anggukkan oleh gadis itu.
Jeffrey memakan es krim yang sama dengan Oci membuat telinga Jeffrey memerah. Gadis di hadapannya ini sangat manis.
Pagi menjelang siang itu menjadi bukti bahwa Jeffrey tidak semenyeramkan yang Oci kira, Jeffrey adalah laki-laki baik dan penuh kasih sayang hanya saja dia sedikit kaku, pikir Oci.
🦋🦋🦋
KAMU SEDANG MEMBACA
SMA : SAMA RASA
Fanfiction"Oci membelah diri jadi empat aja, dari pada kalian berantem terus. Pusing pala Oci." harsh words.