13 : 🦋

596 116 19
                                    


Ruangan yang diisi dua pria berbeda usia itu memancarkan aura mencekam. Tuan Rashaka berdiri di depan anaknya yang duduk bersimpuh di bawah kakinya. Keadaan anak itu jauh dari kondisi baik, tubuhnya penuh dengan luka juga wajah tampannya yang sekarang dihias dengan lebam keunguan.

"Harus berapa kali saya mengingatkan kamu tentang hal ini Jarrel? Kamu benar-benar anak tidak tahu diuntung!"

Jarrel meremat kuat buku jarinya, ia sangat benci pada pria yang sekarang berdiri di depannya ini.

"Bangun. Segera temui Gisel dan minta maaf pada keluarganya, sikapmu ini benar-benar memalukan!"

"Jarrel!" bentak Rakshaka saat tidak mendapati respon atas perintahnya. Anaknya ini benar-benar keras kepala.

"Anak sialan!" hilang sudah kesabarannya, ia menendang anak itu. Entah sudah berapa kali ia membuat Jarrel terluka.

"Urus dia dan kurung lagi. Jangan biarkan anak itu berkeliaran sebelum saya mendengar kabar bahwa hubungannya dengan anak dari rekan bisnisku telah membaik."

Rakshaka memberi perintah pada dua orang yang berjaga di luar kamar Jarrel, sudah lebih dari satu minggu mereka ditugaskan untuk mengawasi anak dari Tuan-nya. Selama itu pula mereka melihat Jarrel disiksa oleh tangan ayahnya sendiri, tapi tidak ada perlawanan dari anak itu.

Selepas kepergian ayahnya Jarrel berdiri dengan tatapan penuh kebencian. Meminta maaf katanya, cih memangnya dia melakukan kesalahan apa. Meski ia tampak tenang di luar, di dalam hatinya tersimpan rasa benci yang menggerogoti dan Jarrel bersumpah akan membalaskan perbuatan yang telah dilakukan pria tua itu.




Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Waktu pintu kelasnya dibuka, yang dilihat pertama kali oleh Oci adalah sosok Jarrel dengan keadaan yang tidak bisa dibilang baik. Sudah dua minggu lamanya Jarrel tidak masuk sekolah tapi apa-apaan pagi ini cowo itu datang dengan wajah penuh luka dan yang paling menyebalkan adalah ekspresi Jarrel yang kelewat santai seolah tidak ada yang terjadi pada dirinya.

Hati Oci tergerak, dengan tekad ia berjalan mendekati Jarrel yang sudah duduk di bangkunya. Jam menunjukkan pukul 05:30 dimana keadaan kelas masih sangat sepi. Hanya ada mereka berdua.

"Hai, selamat pagi Jarrel. Oci seneng lihat kamu masuk sekolah lagi!" Entah mendapat keberanian dari mana gadis itu. Tolong sadarkan Oci bahwa mereka tidak sedekat itu!

Sapaan Oci hanya dibalas anggukan Jarrel. Cowo itu tidak berniat untuk membuka suara, ia hanya memandangi wajah cantik milik gadis di depannya ini.

Mati-matian Oci menahan gugup. Dipandang seperti itu oleh Jarrel rasanya Oci menyesal karena telah mengikuti kata hatinya untuk menghampiri pemuda itu.

"Umm ... Jarrel kamu baik-baik saja? Wajahmu terluka," ujarnya suaranya lembut dan penuh kepedulian.

Jarrel terlihat sedikit terkejut, apakah lukanya terlihat sejelas itu padahal sudah ia kompres agar lebam sialan itu hilang. "Gapapa."

Oci tidak puas dengan jawaban yang Jarrel berikan tapi ia akan hargai itu. Mungkin Jarrel memang belum mau untuk bercerita.

"Yaudah kalau Jarrel ngga mau kasih tau Oci." Gadis itu menunduk memainkan jari-jari tangannya bukannya kembali ke kursi tempat ia duduk, gadis itu masih setia berdiri di depan Jarrel duduk. Seakan masih mengharapkan jawaban yang memuaskan.

"Kenapa begitu?" tanya Jarrel tertawa kecil.

"Begitu gimana?" Oci bertanya dengan wajah polos, seolah tidak menyadari betapa menggemaskannya dia di mata Jarrel saat ini.

Jarrel hanya menggelengkan kepala, terlalu gemas akan Oci yang terlihat merajuk seperti anak kecil karena tidak dituruti keinginannya.

"Jarrel lukanya kita obatin yu, biar wajahnya ngga kayak ayam Oci yang warna-warni," ajak Oci perubahan mood nya sangat cepat.

"Kenapa ayam?"

"Itu wajah kamu ada warna merah, ungu, biru." Oci mengabsen dengan menunjuk satu persatu lebam yang ada di wajah Jarrel. Persis seperti warna anak ayam yang dia beli di pasar Minggu.

Tidak mengindahkan jawaban Oci. Cowo itu malah menarik tangan Oci yang mana hal itu menyebabkan wajah mereka terlampau dekat. Hanya meja Jarrel yang menjadi pembatas keduanya.

"Temenin gua Ci. Obatin gua sampai semua lukanya sembuh."







"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Kedua cucu Adam itu berada dalam suasana sunyi, di sebuah ruang kesehatan siswa. Di sudut ruangan, Jarrel duduk dengan wajahnya yang sedang diobati oleh Oci. Tangan gadis itu begitu lihai namun tetap hati-hati, takut malah menambah sakit jika saja sedikit salah gerak.

"Tahan sedikit lagi ya Jarrel, Oci udah mau selesai kok," ucap Oci lembut terlampau dekat dengan wajah Jarrel yang sibuk menatap keindahan Tuhan di depannya ini. Ada rasa syukur dan sedikit rasa sakit dalam pandangannya.

Saat Oci mengoleskan salep, tangan mereka bersentuhan sejenak. Jarrel merasa ada kehangatan dalam sentuhan itu, seolah luka di hatinya pun ikut terobati.

"Cantik."

"Hah, kamu bicara apa tadi?"

"Lo cantik," jujur Jarrel suaranya terdengar rendah.

"E-eh?" Yakinkan Oci jika gadis itu tidak salah mendengar penuturan Jarrel. Sekarang ia benar-benar tidak bisa menyembunyikan salah tingkahnya. Wajahnya sudah merah seperti kepiting rebus.

"Ci, muka lo merah."

"Jaarrel!" Oci kesal kenapa harus diperjelas sih, jadi ketahuan kalau sekarang dia lagi tersipu. Tawa Jarrel pecah dan ini kali pertama Oci melihatnya, membuat gadis itu ikut tersenyum.

Oci menyentuh pipi Jarrel dengan lembut, seraya meratakan salep. "Senyum terus ya El, jangan pasang muka datar terus. Nanti Oci kasih permen tiap hari deh," ujarnya, menatap dalam-dalam ke manik hitam milik Jarrel.

Lagi dan lagi, Oci membuat Jarrel banyak tersenyum hari ini.

Mereka terdiam sejenak, suasana hangat di antara mereka semakin terasa. Dalam momen itu, Jarrel menyadari bahwa bukan hanya luka yang ingin disembuhkan. Namun ada luka lain yang lebih dalam, yang perlahan mulai terobati dengan perhatian yang Oci berikan.

🦋🦋🦋

Aasikk lunas yaa full Jarrel Oci nii, siapa yang masih dukung mereka????Jarrel nya udah mulai luluh tuh :D

SMA : SAMA RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang