11 : 🦋

623 121 12
                                    


Jika bukan karena Langit kasihan melihat adiknya yang terus menangis sepanjang malam juga tidak mau tidur sebelum diberi izin untuk sekolah, Langit tidak akan memberi Oci izin untuk masuk sekolah hari ini.

Lelaki itu berencana untuk membuat Oci homeschooling kembali, juga membatasi dan menyeleksi pertemanan Oci. Namun karena ia sangat menyayangi adiknya, semua batasan yang telah ia rencanakan, lelaki itu batalkan. Langit berpikir bahwa memang sudah waktunya Oci merasakan dunia luar, tidak terus menerus diatur dan dilindungi secara berlebihan.






Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






Hari senin pagi ini, langkah kaki Oci menarik perhatian siapa pun yang melihatnya. Senyum manis menghiasi wajah cantik gadis dengan kepang dua itu. Siswa-siswi di sekitarnya, yang sibuk dengan rutinitas mereka tak bisa menahan diri untuk melirik atau menyapa gadis manis itu. 

Oci sangat bersemangat menjalani hari ini. Setelah kurang lebih dua minggu ia beraktivitas di rumah akhirnya Langit mengizinkan Oci untuk masuk sekolah. Namun dengan beberapa syarat yang harus ia patuhi.

“OCI!”

“HAI ELISA! OCI KANGEN BANGET!”

Oci menghampiri Elisa yang sudah merentangkan tangan untuk memeluk gadis itu, keduanya berpelukan untuk melepas rindu.

“Gimana kabar lo?”

“Oci baik kok! Kalau Elisa gimana?”
Elisa menarik tangan Oci untuk ia bawa berjalan menuju kelas mereka, karena apel pagi akan segera dimulai.

“Baik banget Ci, apalagi pas hama-hama itu dapet hukuman setimpal! Pokoknya gua seneng banget, mereka diskors 2 bulan, dan satu lagi yang perlu lo tau! Ijazah mereka bakal di tahan kalau sampai berbuat aneh-aneh lagi.”

Oci yang mendengar itu mengangguk paham, jujur saja ia sedikit merasa kasihan, karena Oci masih beranggapan bahwa kejadian bully itu hanya sebuah kesalah pahaman.

“Tapi apa ngga berlebihan Lis? Bentar lagi kita lulus, kasihan mereka.”

“Aduh Oci, biarin aja sih! Lagian siapa suruh berulah.”

Hukuman yang Langit sarankan kepada pihak sekolah tentu menjadi pertimbangan. Lelaki itu ingin mereka yang telah menyakiti adiknya dikeluarkan dari sekolah ini dan tidak bisa diterima di sekolah mana pun.

Namun, di satu sisi keluarga Gisel adalah donatur untuk SMADA, di sisi lain Langit menawarkan diri menjadi donatur tetap dengan jumlah yang lebih besar untuk sekolah, penawaran ini tentu saja bisa dengan mudah ia lakukan untuk menyingkirkan hama-hama yang mengganggu orang tersayangnya. Maka dari itu pihak sekolah tidak mau rugi dan berujung mengambil jalan tengah dengan memberi skors kepada Gisel dan teman-temannya.

“Selamat pagi cantiknya Miguel.”
Sapa Miguel menyelipkan tubuhnya di tengah-tengah Oci dan Elisa, lengan kekarnya ia gunakan untuk merangkul leher Oci yang lebih rendah darinya.

Perlakuan tiba-tiba itu membuat Oci sedikit tersentak. “Eh, pagi Migu.”

"Heh anjing, Oci gua!" Elisa tidak tinggal diam saat sahabatnya dirangkul tiba-tiba apalagi sama buaya, ia segera menarik pergelangan tangan Oci. Mereka jadi tontonan karena rebutan Oci.

"Ih jangan berantem, lepasin Oci!" Gadis cantik itu berusaha melepas tangan yang ditarik Elisa, untuk melepas rangkulan Miguel pada lehernya.

"ENGGA, GUA MAU SAMA LO!"

Miguel sama Elisa berucap barengan. Oci makin pusing.

"Gantian lah Sa, gua kangen sama Oci."

"Lo pikir gua peduli? Awas siniin cewek gua!" Elisa mencubit pinggang Miguel dan kali ini berhasil melepas rangkulan Miguel pada Oci.

Ini mah kalau rebutan Oci bukan berempat, tapi jadi berlima nambah Elisa. Anjing lah.

Oci terkikik geli melihat ekspresi ke dua temannya yang saling menatap tajam.

"Udah ih, ayo barengan aja. Tapi sebentar dulu ya Elisa."

Oci menghampiri Miguel yang berdiri tidak jauh dari mereka.

"Hai Migu!"

Miguel menarik tangan Oci untuk lebih dekat dengannya. "Apa kabar?"

"Ngga ada pertanyaan lain kah? Dari tadi Oci ditanyain itu terus. Liat nih Oci baik-baik aja!"

Miguel terkekeh gemas, "Iya deh, gua kangen lo nih. Kalau lo kangen gua ngga?"

"Modus anjing," cibir Elisa yang menatap jengah mereka disambut oleh ledekan lidah Miguel.

Oci memberi gestur seakan sedang berpikir. "Kangen ngga ya?"

"Kangen lah! Gua ganteng gini pasti dikangenin." kalian pasti tau siapa yang jawab, jelas Miguel dengan akurasi tingkat PDnya yang seratus persen.

"Betul, Oci kangen diajak Miguel makan bakso di samping sekolah."

Ternyata kangen makan bakso, tapi gapapa :(

"Oke nanti balik sekolah kita makan."

"Yeay!"  Miguel mengusak gemas rambut pirang milik si cantik, cowok itu benar-benar merindukan gadis manis di depannya ini.

Miguel menggamit lengan gadis itu mengajak pergi Oci dari sana. Namun sebelum itu, Elisa melakukan hal yang sama. Jadilah mereka jalan bertiga dengan Oci yang berada di tengah.

Elisa sialan, ganggu orang pacaran aja.

Eh emang udah pacaran ya? Kalau Jeffrey, Elvan, Jarrel tau Miguel bisa bonyok karena ngaku-ngaku pacarnya si cantik.

🦋🦋🦋

SMA : SAMA RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang